Unedited
Brandon pun menarik wanita tersebut ke tempat yang lebih sunyi. Dalam hatinya, dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Brandon ingin tahu siapa pria yang menghamilinya.
Wanita tersebut memberontak ketika Brandon menariknya. Tapi ketika Brandon melepaskan topi dan kacamata-nya, wanita itu langsung diam tidak berkutik.
Got you !!
Brandon ingin tertawa begitu melihat ekspresi dari wanita yang sekarang ini ada di depannya. Ekspresinya itu merupakan salah satu faktor yang membuat Brandon tertarik dengannya.
Rencananya yang semula ingin melupakan wanita tersebut, hilang begitu saja. Melihat wanita itu ada di hadapannya, entah kenapa membuat hati Brandon bahagia. Tapi kebahagian-nya itu tidak berlangsung ketika dia melihat perut wanita itu.
Perasaan ingin membunuh seseorang begitu kuat dirasakan Brandon sekarang.
"Siapa orangnya?" tuntut Brandon dengan tatapan tajam masih memegang pergelangan tangan wanita itu.
Wanita tersebut terlihat kebingungan akan pertanyaan dari Brandon.
"Siapa laki-laki bangsat yang berani-beraninya menghamili elo?" tuntut Brandon sekali lagi dengan cara mengeja pertanyaannya itu.
Wanita di depannya itu terlihat sangat marah begitu Brandon menanyakan pertanyaan itu.
"Itu bukan urusan elo. Lepasin gue" bentak wanita itu sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari Brandon. Namun Brandon malah memegangnya lebih erat lagi.
"Gue tanya sekali lagi. Sebaiknya lo jangan membuat gue marah. Siapa pria itu?" tanya Brandon dingin menatap wanita di depannya itu tepat di manik matanya.
Plak.
Wanita itu dengan berani menampar Brandon. Mata Brandon terbelalak tidak percaya. Dia menyentuh pipinya. Matanya menatap marah wanita yang ada di depannya ini.
"Cowok brengsek, bejat, bangsat, bajingan, tidak tau diri. Ini semua gara-gara elo" maki wanita tersebut menatap Brandon dengan tatapan ingin membunuh kemudian meninggalkan Brandon yang sementara Berdiri seperti orang bodoh.
Jika tatapan bisa membunuh, mungkin Brandon sekarang sudah berada dua meter di bawah tanah.
Melihat wanita itu pergi meninggalkannya, Brandon langsung berlari mengejar wanita tersebut. Dia menarik tangan wanita tersebut dengan keras sehingga wanita itu langsung berbalik dan berhadapan dengannya.
"Apa maksud lo tadi?" tanya Brandon tidak mengerti kenapa wanita itu menyalahkannya.
Salah gue apa coba?
Wanita tersebut menatapnya tidak percaya. Brandon melihat dia mengepalkan kedua telapak tangannya dan menggertakan giginya berusaha menahan emosi.
"Maksud elo gara-gara gue apa?" tanya Brandon dengan suara lembut, mulai merasa menyesal karena sadar bahwa sebenarnya itu bukan urusan dia jika wanita yang ada di depannya ini hamil.
Brandon tahu betul perbuatannya itu sudah berlebihan, dan melebihi batasannya. Dia sudah di butakan amarahnya sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Brandon menyesal.
Melihat wanita tersebut tidak menjawabnya, Brandon pun memberanikan dirinya, "Gue minta maaf. Gue tau gue sudah keterlaluan. Gue sadar ini bukan urusan gue. Serius, gue minta maaf" ucapnya menyesal.
"It's yours. Yours. Goddammit. Ini anak lo" teriak wanita tersebut melepaskan semua emosinya.
Brandon seperti disiram air dingin.
Dengan cepat dia melepaskan pegangannya dari wanita itu. Tanpa sadar kakinya mundur menjauhi wanita itu.
"Enggak. Ini gak mungkin" gumamnya pelan menggelengkan kepalanya.
Tidak mungkin.
"Ini gak mungkin" gumamnya sekali lagi tidak percaya.
"Maksud elo gak mungkin, apa?" tanya wanita itu menatapnya marah.
"Anak itu gak mungkin anak gue" bantah Brandon.
"This's your baby" balas wanita itu serius.
"Me? are you sure?"
"Absolutely"
************