Di kerajaan Garamon yang subur dan luas, terdapat seorang perempuan muda bernama Vinia. Ia adalah peramu obat yang dikenal seluruh rakyat sebagai penyembuh yang bijaksana. Setiap hari, ia melayani para penduduk dengan ramuan-ramuan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, baik jasmani maupun batin. Bukan hanya ahli dalam meracik obat, Vinia juga seorang pendengar yang baik, memberikan kenyamanan pada mereka yang datang dengan rasa sakit.
Vinia tumbuh besar di bawah bimbingan neneknya, seorang peramu obat yang sangat dihormati di Garamon. Neneknya mengajarkan segala hal tentang alam dan ramuan yang tersembunyi di dalamnya, sementara Vinia mempelajari kebijaksanaan hidup yang terkandung dalam obat-obatan tersebut. Meskipun ia seorang peramu, Vinia merasa hidupnya lebih dari sekadar meracik ramuan. Ia merasa ada takdir yang lebih besar menantinya.
Setiap pagi, Vinia pergi ke hutan yang lebat untuk mencari tanaman-tanaman yang dibutuhkan untuk ramuan-ramuannya. Hutan Garamon adalah tempat yang penuh kedamaian baginya, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kerajaan. Di sana, ia bisa merasa lebih dekat dengan alam, meresapi ketenangan yang tak bisa ia dapatkan di keramaian istana.
Namun, di balik kehidupan yang tenang itu, ada sebuah rahasia gelap yang tersembunyi. Di dalam istana kerajaan Garamon, Pangeran Horsa, sang pewaris takhta, memandang Vinia dengan cara yang berbeda. Horsa, meskipun dikenal sebagai pemimpin yang bijak dan adil, memiliki ambisi tersembunyi untuk menjadikan Vinia miliknya. Ia melihat kecantikan dan kecerdasan Vinia sebagai sesuatu yang sangat menarik, dan ia berniat untuk menjadikannya selir.
Di istana, Horsa sering mengirimkan para penjaga dan pelayan untuk mencari keberadaan Vinia. Meskipun ia adalah seorang pangeran, ia tidak pernah benar-benar memahami atau menghargai keberadaan seorang perempuan seperti Vinia. Ia menganggap bahwa dengan kekuasaannya, ia bisa mendapatkan segala yang diinginkannya, bahkan hati seorang wanita. Namun, bagi Vinia, hidupnya tidak bisa diukur dengan ukuran kekuasaan.
Suatu malam, ketika Vinia sedang meramu ramuan di rumahnya, seorang pelayan istana datang. "Pangeran memanggilmu," kata pelayan itu dengan suara datar. Hati Vinia berdegup kencang, menyadari bahwa panggilan ini bukanlah panggilan yang baik. Dalam hati, ia sudah tahu apa yang dimaksud oleh Pangeran Horsa.
Keputusan pun tiba. Dengan perasaan yang tak menentu, Vinia memutuskan untuk melarikan diri dari Garamon. Ia tahu bahwa jika ia tetap tinggal, tidak hanya kebebasannya yang terancam, tetapi juga masa depannya yang cerah akan lenyap begitu saja. Malam itu, ia meninggalkan rumahnya dengan cepat, membawa sedikit bekal dan sebuah kantong berisi obat-obatan yang ia anggap penting.