Vinia melangkah pergi dengan perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan. Keputusan yang ia buat terasa seperti pisau yang menembus hati, namun di satu sisi, ia merasa lega. Ia tidak bisa lagi hidup dalam dunia yang hanya dipenuhi dengan kekerasan dan kebencian. Setiap langkah yang ia ambil menjauh dari Tarek dan dari perang ini adalah langkah menuju kebebasan yang selama ini ia cari.
Namun, di dalam dirinya, ada rasa takut yang mendalam. Takut akan apa yang akan terjadi setelah perpisahan ini, takut bahwa ia mungkin tidak pernah menemukan jalan yang lebih baik, dan takut bahwa semua yang ia lakukan hanya akan sia-sia. Tapi satu hal yang pasti: ia tidak bisa lagi mengabaikan panggilan hatinya untuk mencari cara yang lebih damai, lebih manusiawi, meskipun itu berarti melawan jalan yang selama ini ia anggap sebagai takdirnya.
Dengan berat hati, ia melanjutkan perjalanannya, menyadari bahwa konflik yang memuncak tadi bukan hanya perpisahan dengan Tarek, tetapi juga dengan sebuah dunia yang penuh dengan peperangan yang tak ada habisnya. Dunia itu kini terasa lebih jauh, lebih asing—dan mungkin, lebih sulit untuk ditemukan kedamaian.
***
Waktu berlalu begitu cepat setelah Vinia memutuskan untuk meninggalkan Tarek dan jalan peperangan yang diambilnya. Hutan-hutan yang lebat, sungai-sungai yang deras, dan pegunungan yang tinggi telah dilewatinya. Meskipun hati dan pikirannya penuh dengan kegelisahan, ia merasa setiap langkah yang diambil membawa dirinya lebih dekat dengan apa yang ia anggap sebagai harapan terakhir. Tanpa Tarek di sampingnya, tanpa perjuangan untuk merebut takhta yang jauh dari kedamaian, ia kini hanya punya satu tujuan: mencari solusi yang lebih damai untuk mengakhiri penderitaan.
Pada suatu sore yang tenang, setelah berjalan jauh melewati padang rumput yang luas, Vinia akhirnya mencapai perbatasan yang dikenal sebagai daerah Rattas. Kerajaan yang seharusnya menjadi pelabuhan terakhir bagi semua mimpi dan harapan. Meskipun ia tidak yakin apa yang akan terjadi setelah tiba, ia tahu bahwa ini adalah langkah yang benar. Rattas, dengan semua kebijaksanaan dan perdamaian yang dimilikinya, adalah tempat di mana ia bisa mendapatkan jawaban yang telah lama ia cari. Ia berharap di sana, ada jalan untuk mengakhiri semua perang dan kekerasan yang telah menguasai hidupnya.
Ketika memasuki wilayah Rattas, Vinia merasakan perubahan yang sangat berbeda dibandingkan dengan atmosfer yang ia tinggalkan di Garamon. Udara terasa lebih segar, dan jalanan lebih tenang, meskipun jauh dari kesempurnaan. Rakyat yang lewat menyapanya dengan ramah, dan semua perasaan cemas yang ia bawa dalam perjalanan perlahan mulai mereda. Namun, meskipun ia merasa lebih tenang, ia juga tahu bahwa ia harus segera bertemu dengan orang yang dapat membantunya—seseorang yang bisa membimbingnya menemukan cara yang lebih bijak untuk menyelesaikan segala permasalahan.
Setibanya di ibukota Rattas, Vinia disambut oleh beberapa penjaga yang tampaknya sudah menantinya. Tidak ada kata-kata kasar atau ancaman seperti yang sering ia temui di kerajaan Garamon. Justru mereka mengantarnya dengan penuh rasa hormat ke sebuah istana yang lebih sederhana namun penuh dengan aura kebijaksanaan. Di sanalah ia akan bertemu dengan Ardent, sang pemimpin bijak yang sudah lama dikenali oleh seluruh kerajaan.
Ardent adalah seorang pria dengan rambut perak yang melambangkan kebijaksanaan dan pengalaman. Wajahnya tenang, matanya tajam, namun penuh dengan empati. Ia telah mendengar tentang perjalanan Vinia, dan meskipun ia belum pernah bertemu dengannya, Ardent sudah cukup paham bahwa perempuan ini memiliki visi yang berbeda tentang bagaimana dunia ini harus dijalani. Ardent juga memahami bahwa ada kekuatan dalam pikiran dan hati Vinia yang tidak boleh dianggap remeh.
Vinia dipertemukan dengannya di sebuah ruang yang penuh dengan cahaya matahari, di mana Ardent duduk di sebuah kursi kayu yang sederhana. Tatapan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Vinia merasakan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan—sebuah kedamaian yang mulai menyelimuti dirinya. Ardent menyambutnya dengan senyum yang hangat.
"Vinia," katanya dengan suara yang dalam dan penuh kekuatan, "aku sudah menunggu kedatanganmu. Aku tahu bahwa perjalananmu penuh dengan rintangan dan pengorbanan. Tetapi sekarang kamu sudah di sini, dan ini adalah awal dari sesuatu yang besar."
Vinia duduk di depan Ardent, merasakan ketegangan di tubuhnya sedikit mengendur. "Aku datang untuk mencari jawaban," katanya, suara pelan namun penuh keinginan. "Aku ingin menemukan cara untuk mengakhiri perang ini, cara untuk mengembalikan kedamaian tanpa kekerasan."
Ardent mendengarkan dengan penuh perhatian. "Dan aku tahu bahwa jalan yang kamu pilih tidak mudah," ujarnya dengan bijaksana. "Namun aku percaya bahwa setiap perubahan besar dimulai dengan satu langkah berani. Kamu sudah mengambil langkah itu, Vinia."
Dengan perlahan, Vinia mengeluarkan beberapa bahan ramuan dari tasnya. "Aku seorang peramu obat," ia melanjutkan, "dan aku tahu bahwa setiap racun yang ada di dunia ini, bisa diubah menjadi obat yang menyembuhkan. Aku ingin mencari cara untuk menyembuhkan dunia ini—untuk mengubah kebencian menjadi kedamaian, kematian menjadi kehidupan."
Ardent mengangguk, matanya berkilat penuh kebijaksanaan. "Apa yang kamu bawa bukan hanya ramuan, Vinia. Kamu membawa harapan. Banyak orang yang sudah terluka, baik fisik maupun emosional, akibat peperangan. Tetapi penyembuhan sejati tidak hanya datang dari obat, tetapi juga dari perubahan dalam hati dan pikiran."
Mereka berbicara panjang lebar, tentang bagaimana cara-cara yang lebih damai bisa digunakan untuk mengatasi konflik dan bagaimana masyarakat bisa diajarkan untuk hidup berdampingan dalam harmoni. Ardent juga menyadari bahwa meskipun ada banyak cara untuk mencapai perdamaian, inti dari semuanya adalah mengubah paradigma yang ada di dalam pikiran orang banyak. Itulah yang dibutuhkan oleh seluruh kerajaan Garamon, Rattas, dan semua kerajaan lainnya—pemahaman dan pengampunan, bukan hanya kemenangan di medan perang.
Ardent berjanji untuk membantu Vinia mengembangkan ide-ide yang ia miliki, membangun sebuah pergerakan yang bisa menjangkau banyak orang dan menyebarkan kedamaian. Bersama-sama, mereka mulai merencanakan sebuah jalan untuk membuka hati dan pikiran rakyat, mulai dari kerajaan Rattas dan kemudian menyebar ke tempat lain.
Vinia merasa sedikit lebih ringan di hati, seolah beban yang ia tanggung selama ini mulai terangkat. Namun, ia tahu bahwa perjalanannya belum berakhir. Ini adalah permulaan dari sebuah perubahan besar—bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk seluruh dunia yang telah lama terperangkap dalam lingkaran kekerasan.
Saat matahari terbenam, Vinia dan Ardent berdiri di luar istana, memandang cakrawala yang penuh dengan harapan. Di sana, di ujung langit, mereka bisa melihat secercah cahaya—cahaya yang menuntun mereka pada masa depan yang lebih cerah. Dan dalam hati Vinia, ia tahu bahwa ia telah menemukan tempat di mana impiannya untuk membawa kedamaian, tanpa kekerasan, akan dimulai.