Chereads / Kitab Perjalanan Vinia | All Story / Chapter 9 - Kehidupan Baru dan Bayang-Bayang Perang

Chapter 9 - Kehidupan Baru dan Bayang-Bayang Perang

Hari-hari pertama Vinia sebagai Kepala Medis Istana Rattas dipenuhi dengan tantangan dan pembelajaran. Ia diberi tanggung jawab besar, namun ia merasakannya sebagai kesempatan untuk melayani lebih banyak orang, mengubah hidup mereka dengan caranya sendiri—melalui penyembuhan fisik dan batin. Ruang medis di istana selalu dipenuhi oleh pasien yang datang dari berbagai penjuru kerajaan. Beberapa datang dengan luka fisik akibat pertempuran, sementara yang lain membawa luka yang lebih dalam—luka batin akibat peperangan yang tak pernah usai.

Vinia, dengan pengetahuannya tentang ramuan dan penyembuhan, menjadi sosok yang sangat dihormati. Ia bekerja tanpa lelah, meracik obat-obatan herbal yang efektif, memberikan perawatan untuk para prajurit dan rakyat yang terluka, dan berbicara dengan mereka yang membutuhkan dukungan emosional. Perlahan-lahan, ia mulai merasakan kepuasan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya di Garamon. Namun, meskipun ia telah menemukan tempat yang lebih damai di Rattas, bayang-bayang masa lalu selalu mengikutinya. Ia tahu bahwa dunia di luar istana tidak sesederhana yang terlihat.

Suatu pagi yang tenang, ketika Vinia sedang meracik ramuan di ruang kerjanya, ia mendengar kabar yang mengguncang seluruh istana. Pangeran Ardent mengirimkan panggilan darurat, memintanya untuk segera datang ke ruang pertemuan kerajaan. Saat ia tiba di sana, ia melihat Ardent yang tampak tegang, dengan ekspresi yang tidak biasa.

"Vinia," kata Ardent dengan suara serius, "berita buruk datang dari Garamon."

Vinia menatapnya dengan penuh perhatian, merasakan ketegangan yang mencekam. "Apa yang terjadi, Ardent?" tanyanya, hatinya mulai gelisah.

"Kerajaan Garamon telah mendeklarasikan perang kepada Rattas," jawab Ardent dengan nada yang berat. "Mereka merasa terancam oleh perubahan yang kami bawa, dan mereka tidak bisa membiarkan kami berkembang lebih jauh. Mereka ingin menghancurkan apa yang telah kami bangun di sini, dan mereka akan menyerang kami dalam waktu dekat."

Vinia terkejut, tubuhnya terasa kaku. "Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi," katanya, meskipun ia tahu bahwa perang tidak bisa dihindari begitu saja. "Apa langkah selanjutnya?"

Ardent menghela napas panjang, kemudian berbicara dengan penuh tekad. "Kami harus bersiap. Kami akan memperkuat pertahanan istana dan mencari aliansi dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Tetapi kami juga membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk rakyat biasa yang ingin hidup dalam kedamaian."

Vinia merasakan beban yang berat. Perang, yang ia coba hindari, kini datang ke hadapannya. Ia tahu bahwa meskipun ia bekerja keras untuk menyembuhkan dan membawa kedamaian, ada hal-hal yang tak bisa dihindari—termasuk konflik yang datang dengan kekuasaan dan ketidaksetaraan. Ia merasa tidak siap untuk menghadapi kenyataan ini, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa ia tidak bisa berlari lagi.

Namun, lebih dari itu, ada satu hal yang membuat Vinia semakin tergerak: ia tidak bisa membiarkan peperangan merusak impian yang telah ia bangun bersama Ardent dan Tarek. Ia memutuskan untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam perang ini, tidak hanya sebagai penyembuh, tetapi juga sebagai bagian dari perjuangan yang lebih besar.

Vinia bertekad untuk tidak hanya menjadi seorang dokter atau penyembuh di Rattas. Ia ingin menjadi bagian dari perubahan itu—perubahan yang lebih besar dari sekadar pertempuran fisik. Ia ingin memastikan bahwa setelah perang ini, ada sesuatu yang lebih indah yang akan tumbuh. Dengan penuh tekad, ia berbicara kepada Ardent.

"Jika perang ini tak terhindarkan, maka kita harus bersiap," kata Vinia dengan suara yang penuh semangat. "Saya akan tetap di sini, memberikan dukungan medis untuk setiap prajurit yang melawan. Namun, saya juga akan berusaha untuk memastikan bahwa setelah perang, ada ruang untuk penyembuhan, baik secara fisik maupun emosional. Saya akan berjuang bersama Anda, Ardent."

Ardent menatap Vinia dengan rasa terima kasih dan kekaguman. "Vinia, keberanianmu luar biasa. Kami semua akan membutuhkan dukunganmu lebih dari sebelumnya."

Sementara itu, Tarek, yang telah kembali dari perjalanan sebelumnya, mendengar kabar ini dan merasa cemas. Ia tahu betul bahwa perang ini akan mengubah segalanya, dan ia tidak ingin Vinia terlibat dalam peperangan. Namun, ia juga menyadari bahwa ada hal-hal yang lebih besar dari sekadar menjaga keselamatan orang yang kita cintai.

"Vinia, kau tidak perlu terlibat dalam ini," kata Tarek dengan serius saat mereka bertemu beberapa hari kemudian. "Ini bukan tempatmu. Kamu lebih dari sekadar seorang penyembuh, kamu bisa membawa perubahan tanpa harus menyentuh pedang."

Vinia menatap Tarek dengan mata yang penuh tekad. "Aku tahu apa yang aku lakukan, Tarek. Aku sudah memilih untuk berada di sini, di tengah-tengah ini. Kita tidak bisa hanya berharap perang ini selesai begitu saja. Kita harus berjuang untuk masa depan kita, dan aku akan memastikan bahwa apapun yang terjadi, kita akan tetap memiliki harapan."

Tarek terdiam, akhirnya mengerti bahwa keputusan Vinia sudah bulat. "Jika itu yang kau inginkan, aku akan mendukungmu. Kita berjuang bersama, Vinia. Kita akan membawa kedamaian, meskipun harus melalui jalur yang penuh darah."

Kehidupan di Istana Rattas semakin memanas dengan ancaman perang yang semakin mendekat. Para prajurit dilatih lebih keras, dan persiapan defensif pun dilakukan dengan serius. Vinia, meskipun merasa takut dan cemas, tetap teguh dalam tekadnya untuk memberikan perawatan terbaik bagi mereka yang akan berperang. Ia tahu bahwa perang ini bukan hanya soal pertahanan fisik, tetapi juga soal menyembuhkan luka-luka yang akan datang, baik itu luka tubuh maupun luka hati.

Pada saat yang sama, kerajaan Garamon semakin menunjukkan sikapnya yang agresif. Mereka mengirimkan ultimatum kepada Rattas, meminta agar mereka menyerah atau menghadapi kehancuran. Ardent dan para penasihatnya menanggapi dengan hati-hati, berusaha mencari solusi tanpa harus mengorbankan rakyat mereka. Namun, ketegangan terus meningkat, dan perang sepertinya sudah tak terhindarkan lagi.

Namun, dalam kebingungannya, Vinia merasa satu hal yang pasti: perjalanan hidupnya di Rattas, yang dimulai dengan pelarian dari Garamon, akan membawanya ke jalur yang jauh lebih besar dan lebih rumit dari yang ia bayangkan. Ketika perang meletus, ia tahu bahwa ia tidak hanya akan menjadi seorang penyembuh, tetapi juga bagian dari perjuangan yang lebih besar. Dan perjalanan ini, yang penuh dengan ujian dan tantangan, akan menjadi bagian dari kisah yang akan terus berlanjut dalam Kitab Perjalanan Vinia II (KPV2).

Di sinilah semuanya akan dimulai—di tengah peperangan, harapan, dan perjalanan yang penuh liku, Vinia akan menemukan dirinya lebih kuat daripada sebelumnya.