Chereads / Kitab Perjalanan Vinia | All Story / Chapter 8 - Keputusan yang Mengikat dan Pertemuan yang Menyembuhkan

Chapter 8 - Keputusan yang Mengikat dan Pertemuan yang Menyembuhkan

Vinia duduk di ruang pribadi Istana Rattas, tempat yang baru saja ia sebut rumah. Ruangan itu penuh dengan cahaya alami yang mengalir melalui jendela-jendela besar, memberikan suasana yang tenang dan damai. Namun, meskipun suasana sekitar terasa begitu menyenangkan, hatinya masih dipenuhi dengan perasaan yang belum terpecahkan. Ia merenung, memikirkan perjalanan panjangnya yang penuh dengan keputusan sulit dan langkah-langkah yang telah ia ambil.

Ardent telah memberinya kesempatan besar untuk memulai hidup baru sebagai Kepala Medis Istana Rattas. Sebuah posisi yang sangat dihormati, dan ia tahu bahwa ini adalah kesempatan emas untuk mengubah nasib dan memberikan manfaat yang besar bagi rakyat. Namun, di balik penghargaan itu, ada satu hal yang tak bisa ia lupakan—perasaan terhadap Tarek, yang masih menghantui hatinya.

Tarek adalah seseorang yang telah menjadi bagian dari hidupnya dalam cara yang rumit. Ia telah meninggalkan Garamon karena alasan yang lebih besar, mencari kedamaian yang lebih sejati, tetapi Tarek tidak hanya seorang pemimpin yang berjuang untuk rakyatnya—ia juga adalah seseorang yang sangat ia pedulikan. Namun, keputusan untuk berpisah dari Garamon dan hidup di Rattas adalah langkah yang benar bagi dirinya, dan ia merasa perlu mengungkapkan semua itu dengan jelas.

Ardent duduk di seberang meja, memperhatikan Vinia dengan penuh perhatian. Ia tahu betul apa yang ada dalam hati Vinia, dan ia memahami betapa berat perasaan yang dialami perempuan itu.

"Vinia," Ardent berkata dengan suara lembut, "Aku tahu perasaanmu. Memulai hidup baru di sini adalah langkah yang besar, dan aku ingin memastikan kamu tahu bahwa di Rattas, kamu memiliki tempat yang aman. Kami semua mendukungmu, dan kamu bisa mengembangkan keahlianmu untuk membawa perubahan yang lebih besar."

Vinia menatap Ardent dengan rasa terima kasih. "Aku tahu, Ardent. Aku berterima kasih atas kesempatan ini. Tapi aku juga ingin mengungkapkan sesuatu yang lebih jelas. Aku melarikan diri dari Garamon bukan hanya untuk mencari tempat yang aman. Aku melarikan diri karena aku tidak bisa lagi hidup dalam kebohongan dan peperangan itu. Aku merasa bahwa aku tidak bisa terus berada di sana, terjebak dalam kekerasan yang tiada akhir."

Ardent mengangguk dengan penuh pengertian. "Itulah sebabnya kami ingin kamu ada di sini. Rattas bukan hanya tempat pelarian, tapi tempat untuk membangun sesuatu yang lebih baik. Aku tahu kamu memiliki potensi besar, Vinia. Dan aku berharap kamu bisa menemukan kedamaian yang kamu cari di sini."

Vinia tersenyum tipis, meskipun hatinya masih penuh dengan banyak pertanyaan. "Aku juga ingin melarikan diri dari masa lalu itu. Aku ingin hidup dengan cara yang berbeda. Dan aku berharap di Rattas, aku bisa memberikan kontribusi yang lebih besar, untuk menyembuhkan lebih banyak orang—baik fisik maupun batin."

Setelah pembicaraan itu, Vinia merasa lebih ringan. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk dirinya, untuk mencari kedamaian sejati yang selama ini ia cari. Dan dengan semangat baru, ia akhirnya menerima jabatan sebagai Kepala Medis Istana Rattas. Posisinya bukan hanya sebagai pengobat, tetapi juga sebagai simbol perubahan dan harapan untuk seluruh rakyat Rattas.

Namun, perjalanan Vinia di Rattas tidak hanya akan berkisar pada tugas-tugas medis semata. Tarek, yang masih dalam misi yang diutus oleh Ardent, akhirnya kembali ke Istana Rattas setelah beberapa waktu mengemban tugas di luar kota. Ia melaporkan kepada Ardent mengenai perkembangan misi yang telah dijalaninya. Tarek merasa lega karena misi tersebut telah mencapai titik yang cukup baik, meskipun hatinya tidak pernah bisa lepas dari pikirannya tentang Vinia.

Ketika Tarek tiba di hadapan Ardent, ia merasa ada sesuatu yang belum terselesaikan. Ia tahu bahwa ada sebuah pertemuan yang harus terjadi—sesuatu yang harus diperbaiki antara dirinya dan Vinia. Sesuatu yang lebih dari sekadar misi atau rencana. Sebuah pertemuan yang akan menyembuhkan luka-luka di hati mereka.

Ardent, yang sudah mengetahui perasaan Tarek, menatapnya dengan penuh perhatian. "Tarek," katanya dengan nada serius, "saat ini kamu perlu menemui Vinia. Ada hal yang perlu kalian berdua bicarakan. Perjalanan kalian berdua bukan hanya tentang misi, tetapi tentang hubungan yang lebih dalam dari itu."

Tarek menatap Ardent, matanya penuh tekad. "Aku tahu, Ardent. Aku sudah siap. Aku ingin meluruskan semuanya, memperbaiki semuanya, jika dia mau."

Ardent tersenyum tipis, tahu bahwa Tarek sangat menghargai Vinia. "Pergilah. Jangan biarkan waktu yang berlalu menghalangi apa yang seharusnya kamu selesaikan."

Tarek kemudian berjalan menuju ruang tempat Vinia biasa bekerja. Ketika ia masuk, suasana menjadi hening. Vinia, yang sedang menulis di atas meja, menoleh dan melihat sosok Tarek berdiri di ambang pintu. Untuk sesaat, mereka saling bertatapan. Semua kenangan, semua perasaan yang tak terucapkan, mengalir begitu saja di antara mereka.

Vinia tidak berkata apa-apa pada awalnya. Ia hanya menatap Tarek dengan mata yang penuh perasaan campur aduk. Tarek pun perlahan mendekat, dan akhirnya berbicara dengan suara pelan namun tulus.

"Vinia," katanya dengan lembut, "aku tahu kita pernah melewati banyak hal bersama, dan aku tahu aku membuat keputusan yang salah untuk menjauhkanmu dari diriku. Tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah bermaksud menyakitimu. Aku berjuang untuk masa depan yang lebih baik, dan aku tahu kamu juga menginginkan hal yang sama."

Vinia memandang Tarek, hatinya dipenuhi rasa rindu yang dalam. Meskipun ia memilih jalan yang berbeda, perasaan terhadap Tarek masih terasa kuat. "Aku tahu, Tarek. Aku tahu bahwa kamu hanya ingin yang terbaik. Tapi aku harus pergi untuk menemukan kedamaian, untuk mencari hidup yang berbeda dari yang selama ini aku jalani. Dan aku berharap, meskipun kita berpisah, kita tetap bisa saling mendukung."

Tarek mengangguk, air matanya hampir menetes, tetapi ia menahan diri. "Aku menghormati keputusanmu, Vinia. Dan aku minta maaf jika aku pernah membuatmu merasa bahwa aku tidak mendengarkanmu. Aku akan selalu mendukungmu, tidak peduli apa yang terjadi."

Vinia menatapnya dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa seperti ada sesuatu yang benar-benar sembuh di dalam hatinya. "Aku juga minta maaf, Tarek. Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan tanpa melihat segala sesuatu dari semua sisi."

Mereka berdiri dalam keheningan yang penuh makna, saling memahami bahwa meskipun perjalanan mereka mungkin berbeda, kedamaian dalam hati mereka bisa tercapai. Tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka saling memaafkan, dan di sanalah, di tengah Istana Rattas yang damai, mereka mulai membuka lembaran baru—tidak lagi terperangkap dalam masa lalu, tetapi bergerak ke depan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.