Malam itu, langit Garamon dipenuhi awan kelabu yang gelap. Angin bertiup kencang, seakan mengiringi langkah-langkah Vinia yang semakin jauh dari rumahnya. Ia berlari melalui hutan, merasa kebebasan itu semakin dekat. Suara langkahnya bergema di tengah malam yang sunyi, sementara hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk: ketakutan, kecemasan, namun juga harapan yang membara.
Tapi, takdir terkadang datang dengan cara yang tak terduga. Di tengah perjalanan, Vinia tersandung sebuah jebakan yang dipasang oleh para pengawal Garamon. Mereka sudah menunggunya di jalan setapak yang sepi, dan begitu melihat Vinia, mereka langsung mengepungnya. "Pangeran Horsa memerintahkan untuk membawa mu kembali," kata seorang pengawal dengan suara yang datar, seakan tidak ada rasa empati sedikit pun.
Vinia menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian. Ia tahu bahwa meskipun ia seorang peramu yang bisa menyembuhkan banyak orang, ia tidak memiliki kuasa untuk melawan kekuatan istana yang begitu besar. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja. Dengan tubuh yang gemetar, ia berusaha mencari jalan keluar, tetapi sudah terlambat. Para pengawal segera membawanya kembali ke Garamon.
Namun, saat perjalanan kembali menuju istana, sesuatu yang tak terduga terjadi. Tiba-tiba, sebuah kelompok pengawal dengan pakaian kebesaran kerajaan Rattas muncul dan menyerang para pengawal Garamon. Mereka datang dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, memukul mundur pasukan Garamon yang masih terkejut.
Di antara kelompok pemberontak itu, ada seorang pria yang mengenakan jubah kebesaran kerajaan Rattas. Wajahnya penuh ketegasan, matanya berkilat tajam. Ia adalah Pangeran Tarek, seorang pangeran dari kerajaan yang telah lama berperang dengan Garamon. Tarek, yang selama ini bersembunyi dan merencanakan pemberontakan, datang untuk menyelamatkan Vinia dari cengkeraman Garamon.
Dengan langkah cepat, Tarek melangkah ke arah Vinia, yang masih terkejut dengan peristiwa yang terjadi begitu cepat. "Kau tidak perlu khawatir," katanya dengan suara lembut, namun penuh keyakinan. Tarek mengangkat Vinia ke atas kudanya, dan mereka segera beranjak pergi dari tempat itu, meninggalkan pasukan Garamon yang masih dalam kekacauan.
Dalam perjalanan yang penuh ketegangan itu, Tarek menjelaskan tujuannya kepada Vinia. "Saya datang untuk membebaskan rakyat saya," katanya. "Kerajaan Garamon telah lama menindas kami. Kami harus bertindak untuk membawa perubahan." Vinia mendengarkan dengan saksama, hatinya berdebar. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan seorang pangeran dari kerajaan yang berbeda, yang memiliki misi yang begitu mulia.
Namun, meskipun ia merasa aman untuk sementara, Vinia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Tarek mengungkapkan bahwa kerajaan Garamon sedang dalam ancaman besar, dan mereka harus segera melancarkan serangan. Vinia merasa bingung, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada secercah harapan. Takdirnya, yang semula gelap dan terperangkap, kini mulai terbuka.