(Kota Telaga, Jam 10.15 pagi)
"Jambret...!! Tolong..!! Tasku di jambret!!"
Seorang lelaki dewasa terlihat berlari membawa tas hasil curian nya setelah korban nya yang seorang wanita paruh baya itu berteriak meminta pertolongan.
Dia bernama lengkap Havian Shahreza, seorang pria tampan berusia 48 tahun. Dia juga terkenal sebagai seorang residivis kambuhan. Havi yang kini berprofesi sebagai tukang jambret ulung itu, memang sudah di kenal di lingkungan sekitar Pasar Mulyo.
Dia kerap kali melakukan aksi nya di sekitaran daerah tersebut. Tidak hanya menjambret saja, Havi bahkan pernah melakukan tindakan-tindakan kriminal lain nya seperti curanmor, begal, bahkan pernah juga membunuh seseorang.
Tindakan kriminal pembunuhan nya bahkan tidak terbukti karena Havi dengan cerdik nya berhasil membuat teman korban yang saat itu sedang bersama nya, menjadi tersangka kasus pembunuhan tersebut.
Rata-rata korban dari aksi Havi adalah seorang wanita muda atau wanita paruh baya yang terlihat sedang menenteng tas nya.
Sebelum melakukan aksi bejat nya, Havi akan memantau setiap pergerakan calon korban nya dengan teliti. Havi bahkan membuat resiko-resiko dari yang terberat hingga teringan saat melakukan aksi nya itu.
Selain itu, Havi juga di kenal sudah berkali-kali keluar masuk penjara dan setiap kali dia keluar dari penjara, dia tidak pernah sekalipun melakukan upaya untuk mengubah diri nya menjadi lebih baik.
Berkali-kali bahkan Havi kerap menjadi sasaran kemarahan warga karena tindakan meresahkan yang sering di lakukan nya tersebut.
Havi yang mempunyai tubuh mulus dan atletis ini, jika baju nya di buka, sudah banyak sekali bekas-bekas kekerasan dari para warga dan polisi yang menghajar nya dengan brutal. Tapi Havi seolah tidak pernah merasa jera dengan segala perbuatan nya.
Para pedagang dan masyarakat daerah sekitaran Pasar Mulyo itu sebenar nya sudah sangat geram dengan aksi-aksi penjambretan dari pria bernama Havi itu. Tapi Havi yang cerdas dan cerdik selalu mempunyai akal agar bisa mengelabui masyarakat sekitar nya.
Peribahasa sepandai-pandai nya tupai melompat pasti akan terjatuh pula, nampak nya memang terjadi kepada Havi kali ini. Dia terpojok dalam sebuah gang sempit dengan masih membawa tas dari hasil jambretan nya tersebut.
Havi melihat puluhan orang yang sedang berdiri di depan nya dengan ekspresi kemarahan. Puluhan orang itu membawa berbagai senjata seperti kayu, besi bahkan ada juga yang membawa bebatuan.
Havi yang panik tidak bisa memikirkan jalan lain selain menerobos kerumunan massa itu. Dia berharap akan lolos dari ancaman pengeroyokan dan berharap juga semoga dia tidak terluka cukup parah kali ini.
Dengan sekuat tenaga, Havi menerobos puluhan massa yang menghadang nya. Dia menerjang ke sana dan kemari dengan menggunakan tas hasil dari jambretan nya yang di gunakan sebagai senjata pertahanan diri.
Tubuh nya yang tinggi dan atletis itu, juga menjadi salah satu kunci dari upaya diri nya meloloskan diri. Banyak warga yang mengepung nya justru kewalahan dengan aksi seorang diri Havi.
Tapi itu hanya sementara saja sebelum seorang warga yang membawa besi, berhasil memukul kepala belakang Havi.
Bang....
Suara dari sebuah besi yang di pukulkan di kepala terdengar sangat nyaring di antara kegaduhan tersebut. Warga yang melihat nya sontak begitu hening saat menyaksikan Havi yang langsung ambruk dan tengkurap di tanah dengan darah yang sudah menggenangi tanah, sementara tas hasil jambretan itu masih di pegang kuat oleh Havi.
"Ah.. Seperti nya kita sudah berlebihan kali ini!!", kata seorang warga yang terkejut karena tindakan nya membuat Havi langsung diam tak bergerak.
"Cepat panggil ambulance! Selamatkan dia dulu! Nanti aku yang akan memberi penjelasan kepada pihak kepolisian!!", perintah seorang warga lain nya.
Salah seorang warga kemudian menghubungi Rumah Sakit terdekat dan 15 menit kemudian ambulance pun datang. Petugas ambulance mengecek kondisi Havi yang saat itu masih mempunyai tanda-tanda kehidupan.
Segera petugas ambulance bersama seorang perawat laki-laki dengan di bantu beberapa warga yang terlibat pengeroyokan itu, membawa Havi naik ke mobil ambulance. Mobil itu pun langsung berangkat dengan kecepatan tinggi.
Wanita paruh baya korban penjambretan tadi, sebenar nya merasa cukup iba dengan kondisi Havi yang sudah menjadi korban pengeroyokan.
Meskipun Havi bersalah, tapi aksi massa ini di rasa cukup kejam untuk seorang penjambret yang bisa saja hasil jambretan nya bukan untuk bersenang-senang. Wanita paruh baya tadi juga sempat sekilas melihat wajah tampan Havi dan tubuh atletis nya itu.
Wanita itu hampir merasa ragu dengan penglihatan nya sendiri saat melihat seorang pria tampan dan berkulit putih bersih melakukan aksi bejat nya seperti itu. Ada apa dengan dunia ini, begitu salah satu isi di dalam pikiran nya.
Mengapa lelaki tampan seperti dia tidak mempunyai pekerjaan tapi malah menjadi seorang penjambret?
Mungkin jika waktu bisa di putar kembali, wanita paruh baya yang memang terlihat kaya itu, akan menawarkan beberapa pekerjaan yang cocok untuk nya. Tapi sekarang, nasi sudah menjadi bubur.
Wanita paruh baya yang bernama Nuriana Salim, 55 tahun, yang kebetulan adalah seorang pengusaha kaya di berbagai bidang usaha di Kota Telaga bersama beberapa warga yang terlibat dalam aksi pengeroyokan, menceritakan awal dari kejadian penjambretan ini kepada polisi yang baru saja tiba di lokasi.
Mereka semua yang terlibat di mintai keterangan dan para warga juga berkata jujur dalam setiap ucapan nya. Tidak ada yang di kurangi atau di tambahkan. Para warga bahkan menyesal sudah melakukan tindakan kekerasaan, penganiayaan dan aksi main hakim sendiri ini.
Polisi itu, Wildan Prakoso, 32 tahun, hanya menghela nafas dan kemudian membubarkan semua warga yang terlibat aksi pengeroyokan di tempat kejadian perkara. Dengan raut wajah masih penuh dengan penyesalan, semua warga itu pun satu per satu membubarkan diri dari hadapan polisi itu.
Kecuali Bu Nuriana, dia bersikeras ingin ikut ke Rumah Sakit di mana Havi saat ini di rawat. Polisi itu awal nya sempat melarang nya karena keterangan Bu Nuriana dan para warga sudah di rasa cukup lengkap. Jika nanti di kemudian hari ada sesuatu yang buruk, polisi akan segera mengabarkan nya.
Tekad keras dari Bu Nuriana meluluhkan hati sang polisi. Dengan alasan akan membayar biaya Rumah Sakit, polisi itu pun akhir nya mengizinkan Bu Nuriana ikut juga.
"Terima kasih Pak Polisi.. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih", kata Bu Nuriana dengan gestur sopan dan membungkuk di hadapan polisi itu.
"Yang penting ibu benar-benar berniat membayar biaya administrasi rumah sakit ya Bu?", balas Wildan petugas polisi itu dengan ramah.
"Baik Pak.. Saya pasti akan membayar nya", jawab Bu Nuriana lagi.
Segera polisi yang bernama Wildan itu, bersama Bu Nuriana berangkat menuju ke rumah sakit di mana Havi saat ini sedang mendapatkan pertolongan.
===========================