Chereads / Doamu Merubah Takdirku / Chapter 3 - Jiwa Havi

Chapter 3 - Jiwa Havi

"Di mana aku?"

Jiwa Havi melayang di suatu tempat luas tak berpijak yang hanya terlihat kabut tebal hitam di sekeliling nya. Dia sangat merasa kebingungan dengan tempat yang tidak di kenal nya ini.

Dalam hati nya, Havi merasa sangat ketakutan melihat pemandangan luas tak di kenal yang juga berkabut tebal dan hitam sejauh mata memandang yang entah sudah berapa kali di lihat nya. Apakah semua ini hanya mimpi? Begitulah yang saat ini terpikirkan di dalam benak Havi.

Havi segera melihat kedua tangan nya yang sekarang berwarna putih pucat dan juga terlihat transparan itu. Havi juga melihat kedua kaki nya sendiri yang tampak tidak berpijak dan sedang melayang-layang di udara. Segera, tangis dan penyesalan Havi pecah di antara keheningan kabut hitam itu.

"Ti.. Tidak mungkin!!! A.. Apa aku.. Sudah.. Mati?!!"

Havi yang kian sadar bahwa diri nya kemungkinan sudah berpindah alam, benar-benar merasa sangat terpukul dengan keadaan nya kini. Dia berteriak keras dan terbang ke segala arah, berharap ada yang mendengar kemudian menolong nya.

Havi berharap dia saat ini bisa kembali lagi ke kehidupan dunia. Dia sangat berharap menemukan jalan untuk bisa pulang ke sana. Dan setelah sekian lama Havi mencari nya, dia sadar bahwa semua ini sudah terlambat. Tidak ada lagi jalan untuk pulang.

Dalam keadaan bersujud sambil tetap melayang di udara, Havi menangis sejadi-jadi nya. Terbayang masa-masa kehidupan kelam nya dahulu saat berada di dunia. Entah hukuman macam apa yang akan di berikan Tuhan nanti kepada nya. Havi hanya bisa pasrah menerima takdir yang sudah di tentukan nya.

Havi juga mengingat saat dia masih muda dulu, saat kedua orang tua nya masih hidup. Saat-saat di mana kebahagiaan dan cinta masih memeluk erat diri nya. Kedua orang tua nya, yang hanya memiliki seorang Havi saja sebagai anak, begitu sangat memanjakan nya.

Meskipun terlahir dalam keluarga yang sederhana, namun kedua orang tua Havi berusaha mati-matian agar Havi bisa tetap melanjutkan sekolah nya.

Segala kebutuhan Havi dalam pendidikan, selalu saja di utamakan. Kedua orang tua nya hanya berharap Havi menjadi orang yang sukses di dunia dan juga akhirat.

Kedua orang tua nya berharap Havi di masa depan tidak seperti mereka yang hanya bisa bekerja pas-pasan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Bahkan untuk persoalan makan saja, Havi benar-benar di usahakan agar diri nya bisa makan 3 kali dalam sehari meskipun resiko nya kedua orang tua Havi hanya bisa makan sekali sehari atau bahkan tidak makan sama sekali. Sungguh benar-benar pengorbanan yang begitu besar dari orang tua kepada anak nya.

Hasil nya pun sudah bisa terlihat. Meskipun Havi adalah anak dari orang tua yang memiliki kehidupan yang sederhana, tapi di masa sekolah nya dulu, Havi lah yang tercerdas di antara teman-teman sebaya nya.

Entah sudah berapa kali juga Havi menjadi murid dengan peringkat tertinggi mengalahkan seluruh murid yang lain.

Tidak hanya di sekolah nya saja, namun juga tertinggi di seluruh Kota Telaga. Nama nya bahkan masuk ke dalam 10 besar murid tercerdas di Provinsi Hensa dengan meraih peringkat kedua atau Runner Up. Dia hanya tertinggal nol koma sekian poin saja dari murid berperingkat tertinggi saat itu.

Selain cerdas, Havi juga di anugerahi dengan wajah tampan, tubuh tinggi dan fisik yang atletis. Banyak sekali wanita-wanita yang ingin menjadi kekasih nya saat di sekolah dulu. Dari teman sekelas, adik kelas hingga kakak kelas, bahkan dari sekolah lain pun juga ada.

Murid dengan peringkat tertinggi di Provinsi Hensa saat itu, Diana Galuh, sekaligus rival Havi dalam perebutan posisi pertama di seluruh Provinsi Hensa, juga diam-diam menaruh rasa kepada Havi setelah beberapa kali mereka berdua bertemu.

Tapi dengan sopan, Havi akan selalu menolak semua wanita yang mengejar nya dengan halus dengan alasan masih berfokus dalam pendidikan. Sehingga, mereka semua tidak merasa sakit hati karena sikap nya.

Kebahagiaan Havi itu benar-benar lenyap saat kedua orang tua nya, Pak Ridho dan Bu Saras meninggal dunia akibat di tabrak lari oleh seorang pengendara mobil yang sampai saat ini, Havi belum mengetahui siapa pelaku di balik peristiwa naas tersebut.

Havi yang saat itu baru saja pulang dari sekolah nya, mendapati rumah nya penuh sesak dengan tetangga-tetangga di sekitar area rumah nya, dan ada juga beberapa polisi yang sedang berbincang-bincang dengan Bapak Ketua RT saat itu, Bapak Sugiyatmono.

Havi saat itu benar-benar merasakan ada firasat yang buruk mengenai kedua orang tua nya. Segera saja dia bertanya kepada Pak Sugi, akan tetapi Pak RT nya itu malah tidak menjawab pertanyaan nya.

Beliau hanya mengelus kepala Havi dan berkata agar Havi tabah dan sabar menjalani segala macam ujian dari Tuhan.

Segeralah Havi masuk ke dalam rumah nya sambil berlari. Havi bahkan sempat terjatuh karena tidak sengaja bertabrakan dengan seorang polisi yang juga akan keluar dari dalam kediaman nya.

Polisi itu tidak marah dan kemudian membantu Havi saat masih dalam keadaan jatuh terduduk. Polisi itu lekas menyuruh Havi masuk dan menemui kedua orang tua yang sangat di cintai nya.

Betapa hancur hati seorang Havi saat melihat kedua orang tua nya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa dengan keadaan yang bisa di bilang mengenaskan tersebut.

Pak Ridho dan Bu Saras tampak sudah di pakaikan kain kafan di setiap masing-masing tubuh kedua nya.

Hanya tangisan dan teriakan Havi yang menggema di dalam ruangan itu yang menyebabkan atmosfer di dalam rumah itu seolah naik beberapa derajat Celcius.

Keadaan Havi yang seperti itu berlangsung cukup lama dan juga bisa di maklumi. Tapi tidak bagi Havi, karena tepat hari ini adalah hari ulang tahun nya yang ke 17 tahun. Di hari ulang tahun nya, kedua orang tua nya malah pergi untuk selama nya.

Setelah agak mereda tangis nya, salah seorang polisi di bantu dengan Pak Sugi, mendekati Havi kemudian menceritakan kronologi kejadian yang di alami oleh kedua orang tua nya. Havi yang mendengar nya kembali menangis saat itu juga.

Singkat cerita, setelah kedua orang tua nya di kebumikan, Havi yang merasa terpukul dengan keadaan nya memilih untuk berjalan-jalan di luar rumah hanya untuk sekedar menghibur diri nya sendiri yang masih dalam keadaan bersedih itu.

Ternyata keputusan Havi untuk berjalan-jalan saat sedang bersedih itu merupakan keputusan yang salah. Karena dari sinilah awal dari perbuatan bejat Havi di mulai.

Havi melihat kedua teman sebaya nya yang terkenal sebagai pengganggu di lingkungan area tempat tinggal nya itu, sedang berjalan ke arah nya. Mereka berdua bernama Rofik dan Teguh.

Awal nya, Havi berusaha menghindari mereka berdua. Tapi karena Rofik dan Teguh terus mendekat dan terlihat tulus dalam berbela sungkawa atas kejadian meninggal nya kedua orang tua Havi, perlahan Havi pun melunak.

Dengan segala ucapan manis dari Rofik dan Teguh, Havi benar-benar mengira bahwa kedua orang yang sebenar nya terkenal dengan pemuda yang di cap tidak mempunyai masa depan itu adalah benar-benar teman sejati nya.

Maka saat itu juga, tanpa pikir panjang lagi, dan juga di tambah dengan keadaan nya saat itu, Havi memutuskan untuk berteman dengan Rofik dan Teguh. Havi bahkan langsung menganggap mereka berdua sebagai sahabat nya.

Namun tanpa sepengetahuan Havi saat itu, Rofik dan Teguh hanya saling tersenyum menatap ke arah masing-masing. Yang di pikirkan mereka berdua sekarang adalah kini mereka mempunyai 'anggota' baru untuk melancarkan aksi-aksi kejahatan nya.

===========================