Chereads / Doamu Merubah Takdirku / Chapter 7 - Rawa di Desa Loban

Chapter 7 - Rawa di Desa Loban

Setelah cukup lama berjalan sambil mengamati keadaan di desa nya, Havi terlihat begitu lelah dan memutuskan untuk kembali ke rumah.

Havi pun pulang dengan menyusuri jalan pintas melewati hutan-hutan rimbun. Dalam ingatan nya di kehidupan lama, seharus nya jalan pintas dari hutan ke rumah nya tidaklah jauh dari sini.

Dulu di kehidupan lama nya, Havi sangat menyukai berpetualang di desa nya. Hampir semua tempat di Desa Loban sudah pernah dia jelajahi.

Banyak sesepuh atau warga yang usia nya jauh lebih tua dari nya bahkan belum pernah mengeksplorasi kedalaman hutan ini. Mereka di pastikan merasa takut jika melewati hutan yang saat ini di lalui oleh Havi.

Alasan nya adalah karena di hutan ini di anggap wingit atau angker oleh sebagian warga. Dan itu berlangsung turun temurun dari nenek moyang mereka.

Havi pun pernah mendengar dari kedua orang tua nya tentang wingit dan angker nya hutan ini.

Tapi untuk Havi sendiri yang tidak percaya dengan hal-hal klenik atau mitos-mitos seperti itu, dia hanya menganggap nya santai.

Havi yakin jika di Desa Loban ini pasti nya menyimpan sesuatu tersembunyi yang bahkan jauh dari perkiraan banyak orang.

Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba di tengah jalan Havi melihat suatu tempat yang di genangi oleh cukup banyak air.

Tempat itu di tumbuhi oleh pohon-pohon tinggi dan cukup tebal. Rumput nya pun sudah sangat rimbun. Dan lebih mengejutkan nya lagi adalah tempat itu adalah sebuah rawa.

Havi spontan terkejut karena di ingatan kehidupan sebelum nya dia tidak pernah tahu akan ada nya rawa di Desa Loban ini. Dengan jantung berdebar, Havi memutuskan untuk melihat nya dari dekat.

"Ah.. i.. ini kan.. Rawa!!!", gumam Havi yang masih terkejut.

"Aku tidak pernah tahu ada sebuah rawa di desa ini", tambah nya lagi.

Havi kemudian mendekati rawa yang masih di genangi banyak air itu. Dia mengecek dengan cermat kondisi rawa yang ternyata sudah di tumbuhi oleh beberapa pohon yang tinggi menjulang ke langit.

Havi mendekati salah satu pohon dan sesaat kemudian, dia tersenyum cerah. Senyum nya terlihat sangat cerah hingga terlihat gigi-gigi putih Havi yang tersusun rapi.

Ternyata di rawa yang terletak di Desa Loban ini, di tumbuhi banyak sekali pohon yang merupakan pohon yang sedang menjadi buruan beberapa tahun ini. Pohon ini di namakan Pohon Perca.

Entah bagaimana di rawa ini bisa tumbuh Pohon Perca. Yang dia tahu, Pohon Perca hanya tumbuh di Amerika Selatan dan sekitar nya.

"Ini adalah anugerah lain nya dari Tuhan", kata Havi yang semakin antusias.

"Jika benar, seharus nya hanya aku yang tahu tempat ini. Dan aku bisa memanen getah perca sepuasku di sini", kata nya lagi.

Benar, getah perca di tahun 1993 adalah produk alami hasil dari hutan dan bernilai jual tinggi. Getah perca merupakan sumber getah karet alami.

Getah perca biasa nya di gunakan sebagai bahan baku di industri pembuatan ban mobil atau sepeda.

Selain itu juga bisa di gunakan di industri tekstil, pakaian dan beberapa kerajinan yang berbahan dasar karet. Bahkan untuk membuat obat-obatan pun bisa, seperti obat anti inflamasi dan juga obat anti oksidan.

Dengan hati yang puas, Havi meninggalkan rawa itu. Dalam pikiran nya, Havi berencana untuk memanen getah perca dari pohon perca tersebut.

Havi ingat di ujung perbatasan antara Desa Loban dan Desa Wlahar di bangun sebuah pabrik tekstil. Untuk sementara, jiwa bisnis Havi tertuju ke arah pabrik tekstil itu.

Havi yakin di pabrik tekstil tersebut pasti membutuhkan banyak bahan baku seperti getah perca ini. Kemungkinan nya adalah pabrik itu mendatangkan bahan baku dari kota lain atau bahkan mengimpor dari luar negeri.

Jika di Desa Loban memiliki banyak persediaan bahan baku yang di butuhkan oleh pabrik, bukan tidak mungkin diri nya bisa menjadi penyuplai utama di pabrik itu.

Dan tentu saja bukan hanya pabrik tekstil. Masih ada beberapa industri seperti industri pembuatan ban untuk mobil, sepeda dan yang lain sebagai nya.

Untuk sementara, masalah keuangan sudah menemukan sedikit solusi nya. Hanya tinggal pelaksanaan pemanenan pertama nya saja.

Havi sangat berharap diri nya bisa ikut berkontribusi di Desa Loban ini bukan hanya lewat nama nya saja yang masuk ke dalam peringkat 3 besar di provinsi, tapi juga dengan hal-hal yang akan dia lakukan ke depan nya terhadap desa tercinta nya ini.

Sampai di rumah, Havi tidak menemukan siapa pun di rumah. Di jam-jam seperti ini, Havi ingat bahwa ayah dan ibu nya pasti sedang sibuk dalam mencari rezeki demi kelangsungan hidup keluarga kecil mereka.

Dengan perasaan yang begitu haru mengingat perjuangan ayah dan ibu nya, Havi berjanji dan bertekad dalam hati akan segera menjadi orang sukses dan besar di kemudian hari.

Tak berapa lama kemudian, Havi merasa sedikit mengantuk. Dia membaringkan badan nya di sebuah kursi panjang yang terbuat dari anyaman bambu. Havi pun tertidur sejenak.

======================

(Di Tempat Lain)

Seorang pemilik pabrik tekstil yang kebetulan terletak di perbatasan Desa Loban dan Desa Wlahar ini, dengan perasaan yang sangat marah, sedang memarahi salah satu bawahan nya.

Pemilik pabrik tekstil yang bernama lengkap Haryo Wibowo, seorang pengusaha di bidang industri tekstil berpengalaman dan sudah berusia 51 tahun itu begitu panik saat mendapatkan laporan dari bawahan nya jika penyuplai utama bahan baku karet alam sudah tidak mau lagi bekerja sama dengan mereka.

PT. Nictex Usaha Jaya atau lebih di kenal dengan singkatan PT. Nujaya, yang saat ini beroperasi di wilayah yang masih ikut ke dalam wilayah Desa Loban, sedang dalam ambang kebangkrutan jika tidak ada nya lagi penyuplai bahan baku di industri tekstil nya.

Penyuplai utama mereka, PT. Karet Bagus, tiba-tiba saja mengambil keputusan untuk tidak lagi meyuplai bahan baku getah perca ke PT. Nujaya.

PT. Nujaya tidak kehabisan akal. Mereka kemudian berusaha bekerja sama dengan penyuplai besar lain nya, bahkan juga bekerja sama dengan penyuplai kecil dan para petani karet yang mereka ketahui.

Akan tetapi, seperti 'sudah ada nya kesepakatan' dari semua penyuplai dan para petani karet, mereka semua menolak untuk bekerja sama dengan PT. Nujaya, agar mereka semua bersedia menjadi penyuplai dan mengirimkan hasil perkebunan karet mereka ke PT. Nujaya.

Usut punya usut, para penyuplai itu mempunyai kesepakatan baru dengan kompetitor PT. Nujaya, yaitu PT. Hextex Abadi.

Pemilik PT. Hextex, Yunus Adirjo, memang sudah lama membenci PT. Nujaya. Dia selalu menganggap PT. Nujaya adalah hama yang harus segera di basmi.

Meskipun PT. Nujaya bisa di bilang adalah pabrik baru, namun pemilik nya, Haryo Wibowo adalah pebisnis ulung yang sudah lama malang melintang di berbagai industri di negara ini.

Dengan tangan dingin dari Haryo Wibowo, PT. Nujaya yang masih tergolong baru itu dengan cepat merajai industri tekstil dalam negeri berkat produk-produk jadi mereka yang sangat berkualitas.

Yunus Adirjo tidak ingin PT. Nujaya terus menerus meraup kesuksesan. Itu tentu saja akan mempengaruhi produk di pabrik tekstil nya juga.

Jika semua orang di negara ini lebih memilih menggunakan produk dari PT. Nujaya, bisa-bisa pabrik tekstil nya akan segera gulung tikar. Karena itulah Yunus Adirjo membuat sabotase seperti ini.

==============================