(RS Hadiyaksa)
Tiiiiittttttt....
Bunyi panjang dari monitor ICU, menandakan bahwa Havian Shahreza atau Havi baru saja meninggal dunia.
Pak Polisi bernama Wildan dan Bu Nuriana yang terlambat datang pun merasa tidak berdaya saat dokter yang menangani Havi menyatakan bahwa dia sudah menghembuskan nafas terakhir nya pada jam 10.45 pagi, tepat 10 menit setelah Havi di bawa ke RS Hadiyaksa dan di tangani dengan segala macam pertolongan darurat.
Dengan izin dari Dokter, Pak Polisi dan Bu Nuriana memasuki Ruang ICU dan melihat bahwa jenazah Havi sedang akan urus oleh beberapa perawat wanita.
Dengan sopan, Bu Nuriana kemudian menghampiri salah seorang perawat agar di beri kesempatan melihat jenazah Havi untuk yang terakhir kali nya. Perawat yang mengenali bahwa Bu Nuriana adalah salah satu orang terkaya di Kota Telaga ini, segera saja mengizinkan nya.
Polisi Wildan yang melihat jenazah Havi, turut berbela sungkawa atas kejadian naas ini. Dia mengingat saat-saat di mana Havi yang merupakan residivis kambuhan ini, saat masih mendekam di penjara beberapa waktu yang lalu.
Saat itu, Polisi Wildan yang juga mempunyai usaha lain di bidang peternakan, merasa kebingungan dengan masalah manajemen yang hadapi nya. Hampir saja usaha nya itu bangkrut jika Havi tidak menyarankan suatu perubahan di sistem manajemen kecil nya itu.
Meskipun seorang residivis, setelah di pikirkan dengan matang saran dan tips yang di berikan oleh Havi, Polisi Wildan mencoba saran dan tips tersebut. Dan hasil nya, hanya dalam waktu satu minggu saja, perubahan manajemen dari usaha peternakan Polisi Wildan, menjadi lebih teratur, rapi dan lebih baik tentu nya.
Meningkat nya usaha peternakan Polisi Wildan, sangat membuat nya terkejut. Karyawan nya pun memuji saran dan tips yang di berikan dari Polisi Wildan, yang merupakan ide dari Havi tentu nya. Sangat luar biasa pemikiran jenius dari seorang residivis kambuhan seperti Havi.
Polisi Wildan bahkan tidak malu kepada rekan-rekan polisi lain nya dan menceritakan bahwa usaha kecil nya itu selamat dan bahkan meningkat pesat dalam hal omset utama nya, semua berkat saran dan tips dari Havi.
Beberapa polisi itu terkejut dengan pernyataan dari Polisi Wildan itu. Bahkan, ada beberapa polisi yang juga mempunyai usaha sampingan, langsung saja bertanya kepada Havi tentang permasalahan yang di hadapi oleh usaha kecil mereka.
Dan hasil nya, seperti Polisi Wildan, beberapa polisi yang juga mendapatkan 'wejangan' dari Havi, segera saja mempraktekkan apa yang di katakan oleh Havi. Tidak menunggu lama, usaha kecil mereka juga meningkat pesat.
Karena kebaikan dan kejeniusan Havi lah, dia tidak lama mendekam di penjara dan segera di bebaskan sebagai bentuk rasa terima kasih, meskipun saat itu juga Havi di berikan berbagai macam saran dari polisi agar dia berubah dalam hidup nya dan mencoba mencari pekerjaan atau membuat sebuah usaha kecil. Tapi, Havi yang sudah terlanjur menikmati 'profesi' nya itu, menghiraukan semua saran yang di berikan kepada nya.
Polisi Wildan juga menceritakan sedikit pengalaman nya tentang Havi kepada Bu Nuriana. Dengan air mata yang tiba-tiba mengalir dari pelupuk nya, Bu Nuriana dengan cermat mendengarkan kisah kejeniusan Havi.
Bu Nuriana yang merupakan wanita cantik, kaya dan seorang pengusaha ini, ternyata masih melajang di usia 45 tahun. Dia merasa sangat terharu sekaligus kagum dengan sosok jenazah di hadapan nya ini.
Ingin sekali dia kembali ke saat di mana Havi akan menjambret tas nya. Dan ingin sekali dia menahan nya agar Havi tidak melakukan tindakan bodoh yang akan merenggut nyawa nya. Tapi itu sudah terlambat. Bu Nuriana hanya bisa berdoa di dalam hati nya.
'Oh Tuhan.. Aku ingin sekali mengenal lelaki bernama Havi ini. Baru pertama kali ini aku merasakan jatuh cinta pada seorang lelaki meskipun itu adalah pandangan sekilas'.
'Oh Tuhan.. makhluk Mu ini terlihat begitu sempurna meski saat ini dia telah tiada. Aku merasa tidak berdaya. Mengapa Engkau malah langsung mengambil nya dariku tanpa memberikanku sebuah kesempatan lain'.
'Oh Tuhan.. Jika ada kesempatan sekali lagi, tolong kembalikan waktu saat itu, saat lelaki ini akan mencuri tasku. Atau kembalikan di waktu jauh sebelum nya. Berikan kami berdua kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam dan lebih jauh lagi'.
Itu adalah doa dan harapan dari Bu Nuriana yang tiba-tiba saja langsung berlutut dan menundukkan kepala nya di hadapan jenazah Havi.
Polisi Wildan pun terkejut dan berusaha untuk menenangkan Bu Nuriana.
'Sebenar nya ada apa dengan Bu Nuriana ini. Kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini. Sangat berbeda jauh dengan kabar yang ku dengar bahwa dia adalah seorang wanita kaya dengan berbagai macam usaha, dan mempunyai aura ketegasan di wajah nya'.
'Apakah Bu Nuriana ini.. Apakah dia jatuh cinta dengan Havi. Jika benar dia jatuh cinta dengan Havi yang merupakan seorang residivis kambuhan, itu akan sangat menyakitkan hati para lelaki yang telah di tolak pinangan nya oleh Bu Nuriana'.
'Mereka semua yang ingin meminang Bu Nuriana bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka semua mempunyai status yang tinggi di Kota Telaga dan bahkan di kota-kota lain juga'.
'Jika orang-orang itu tahu apa yang terjadi di sini, mungkin mereka akan membakar mayat Havi. Hanya seorang residivis, tapi mereka semua di kalahkan? Sebenar nya dunia ini kenapa? Seperti nya sedang tidak baik-baik saja'.
'Dan yang ku lihat di sini sekarang bukanlah rasa iba dari kematian seseorang. Yang ku lihat di sini adalah sebuah kesedihan dari seorang wanita kepada pria yang di cintai nya'.
'Aku melihat mata Bu Nuriana yang biasa nya tajam dan penuh ketegasan sekarang berganti menjadi mata yang penuh dengan perasaan kehilangan. Seperti perasaan seorang wanita yang baru saja di pisahkan oleh maut kepada pria pujaan hati nya'.
Itu semua adalah perkataan hati dari seorang Polisi bernama Wildan saat memperhatikan lebih dalam ekspresi kehilangan Bu Nuriana. Sebagai seorang polisi, Wildan di haruskan membaca pikiran orang-orang dalam berbagai kasus kejahatan tindak kriminal.
Apakah Polisi Wildan saat ini bisa membaca semua perasaan yang terjadi pada Bu Nuriana? Jawaban nya tentu saja bisa.
Bahkan Polisi Wildan pun sudah sangat jelas dalam membaca nya, bahwa yang di rasakan oleh Bu Nuriana ini adalah benar-benar perasaan cinta yang murni kepada Havi yang hanya seorang residivis kambuhan ini.
"Pak Polisi.. Apakah pria bernama Havi ini masih mempunyai orang tua atau sanak saudara nya yang lain?", tanya Bu Nuriana tiba-tiba.
"Sesuai penyelidikan kami, Havi sudah tidak mempunyai orang tua. Dia adalah seorang anak tunggal. Kedua orang tua nya sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Dan Havi ini kemungkinan bertahan hidup hanya dengan mengandalkan hasil dari mencuri ini", jawab Polisi Wildan jujur.
"Dia.. Pria ini.. Kasihan sekali", kata Bu Nuriana yang kembali menitikkan air mata.
Polisi Wildan membenarkan perkataan Bu Nuriana. Setelah beberapa saat di dalam Ruang ICU, akhir nya Bu Nuriana mempersilahkan kembali beberapa perawat menjalankan tugas yang tertunda sebelum nya untuk segera mengurus jenazah Havi tersebut.
============================