Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Ingatan yang Hilang

simplicityid001
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.3k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1: Penemuan Mesin Waktu

Lara Alden menatap layar komputer di ruang labnya, matanya menyipit sejenak sebelum kembali fokus pada kode-kode rumit yang tertera di layar. Sudah berjam-jam ia berada di depan meja kerjanya, menyelami eksperimen yang ia warisi dari ayahnya, Dr. Victor Alden. Ayahnya, seorang ilmuwan terkenal yang menghilang secara misterius saat Lara berusia 15 tahun, meninggalkan sebuah teka-teki yang tak pernah bisa ia pecahkan. Namun, hari ini, entah mengapa, rasanya ada sesuatu yang berbeda.

Di atas meja, tergeletak sejumlah buku catatan lama, gambar-gambar rumit, dan diagram yang menggambarkan konsep yang hanya bisa dimengerti oleh pikiran paling cerdas. Mesin yang ia temui beberapa bulan lalu, tersembunyi di ruang bawah tanah rumah keluarganya, kini tiba-tiba tampak lebih nyata. Mesin yang ia yakini adalah hasil eksperimen rahasia ayahnya—sebuah mesin waktu.

Lara mengeluarkan salah satu catatan ayahnya, selembar kertas usang yang sudah mulai menguning. Catatan itu hanya berisi satu kalimat: "Waktu bukanlah garis lurus, Lara. Ia bisa dibengkokkan dan diputar kembali. Mesin ini adalah kuncinya."

Dengan penuh hati-hati, Lara mulai merakit beberapa komponen mesin yang sudah dia pelajari selama bertahun-tahun. Berbagai roda gigi dan sirkuit yang sepertinya tidak masuk akal, akhirnya terhubung dalam pola yang aneh, namun familiar baginya. Ayahnya memang selalu mengajarinya bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sekadar tentang angka dan teori, tetapi tentang cara berpikir di luar batasan yang ada.

"Ini bisa berhasil," gumamnya, berbisik pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, Lara dengan cemas menekan tombol merah besar di tengah mesin. Mesin berderak, mengeluarkan suara berisik seperti kabel yang saling beradu. Namun, tiba-tiba, semua suara itu berhenti. Hening. Lara menatap layar monitor di hadapannya, yang mulai menunjukkan deretan angka yang tak pernah ia lihat sebelumnya—angka yang menandakan waktu dan ruang yang melampaui batas pemahaman manusia.

Tak ada yang bisa menyiapkan Lara untuk apa yang terjadi selanjutnya.

Suatu kilatan cahaya putih muncul di sekitar mesin. Dunia di sekelilingnya tampak bergetar. Lara merasa tubuhnya menghilang dalam sekejap. Semua yang ada di sekitarnya, lab, meja, bahkan dunia itu sendiri, larut dalam kebeningan yang memabukkan. Ia merasakan seakan-akan waktu tidak lagi ada. Semua ingatannya terasa kabur, berputar-putar, terjerat dalam pusaran tak terhingga.

Saat Lara akhirnya membuka matanya, ia tidak lagi berada di dalam ruang labnya. Sekelilingnya terlihat sangat berbeda—lebih tua dan suram. Suasana di luar jendela gelap, langit tampak seperti terbalik, dan kota tempat ia tinggal kini tampak seperti sebuah bayangan kabur dari masa lalu. Rasa panik mulai merayapi dirinya. Apakah ini berarti ia telah benar-benar berhasil? Apakah ia berada di masa lalu?

Lara bergegas menuju pintu, tetapi langkah kakinya terhenti saat melihat wajah orang yang tak dikenal berdiri di depan lab. Pria itu menatapnya dengan tatapan kosong dan seakan sudah menunggu kedatangannya.

"Selamat datang, Lara," kata pria itu dengan suara rendah, namun jelas. "Aku Ezra. Aku berasal dari masa depan."

Lara terkejut, mulutnya hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Apakah ini nyata? Apakah ia benar-benar telah melakukan perjalanan waktu? Dan jika iya, apa yang sebenarnya telah ia ubah?

Ezra melangkah lebih dekat, menatap mesin waktu yang masih menyala dengan cahaya biru lembut.

"Kita harus pergi," ujar Ezra, seolah tahu apa yang Lara pikirkan. "Kamu telah membuka pintu yang seharusnya tidak pernah dibuka."

Lara merasa bingung dan takut, tetapi rasa penasaran yang lebih besar menariknya untuk mengikuti Ezra. Dalam sekejap, ia mulai menyadari bahwa petualangan yang menantinya lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.

---

**Akhir Bab 1**

Lara telah memulai perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Mesin waktu yang ditemukan oleh ayahnya bukan hanya alat untuk memanipulasi waktu, tetapi kunci untuk sebuah misteri besar yang harus ia pecahkan—sebelum semuanya hancur.