Chereads / Ingatan yang Hilang / Chapter 3 - Bab 3: Perjalanan Pertama

Chapter 3 - Bab 3: Perjalanan Pertama

Lara merasa seolah dunia di sekitarnya menghilang dalam kabut, sementara setiap langkah yang ia ambil bersama Ezra semakin jauh dari kenyamanan yang dulu ia kenal. Mereka berjalan cepat melalui lorong-lorong gelap yang terasa asing, meskipun ini adalah gedung yang sudah ia kenal sejak kecil. Keputusan untuk mengikuti Ezra terasa semakin berat, namun ada sesuatu dalam dirinya yang merasa bahwa tidak ada pilihan lain selain melangkah maju.

"Ke mana kita pergi?" tanya Lara, berusaha menenangkan kegelisahannya dengan mengajukan pertanyaan yang sudah mengganggu pikirannya sejak mereka meninggalkan lab.

Ezra berjalan di depan, menghindari tatapan matanya. "Ke tempat yang aman. Tempat di mana kita bisa membicarakan semua ini lebih lanjut," jawabnya singkat, tidak memberikan banyak informasi.

Mereka keluar dari gedung tempat laboratorium itu berada, dan Lara menyadari mereka berada di sebuah kota yang tampaknya familiar, tetapi berbeda—lebih tua dan lebih suram. Gedung-gedungnya tampak rusak, beberapa tampak terabaikan, dan jalanan yang dulu ramai kini sepi, dipenuhi dengan udara dingin yang menusuk.

"Apa yang terjadi dengan kota ini?" Lara bertanya dengan suara bergetar. Perasaan aneh semakin kuat di dalam dirinya.

Ezra tidak langsung menjawab. Ia tampak memeriksa sekitar, seolah sedang mencari sesuatu. "Kamu belum sepenuhnya mengerti, Lara. Kita berada di masa lalu. Tepatnya, kita berada di tahun 2035."

Lara berhenti berjalan, matanya terbuka lebar. "2035? Tapi itu—" Ia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Ezra. "Aku… aku baru saja menekan tombol di mesin waktu itu, aku tidak pernah menyangka bisa sampai ke masa depan atau masa lalu. Tapi ini terlalu... aneh."

Ezra menoleh ke belakang dan menatapnya dengan serius. "Ini adalah bagian dari kesalahan yang kamu buat. Mesin itu bukan sekadar alat untuk mengunjungi masa lalu. Apa yang kamu lakukan tidak hanya mengubah waktu, tapi juga menyebabkan distorsi pada realitas. Masa depan yang kamu kenal telah berubah. Perubahan yang kamu buat, meskipun kecil, telah menyebabkan kehancuran pada banyak lini waktu."

Lara merasa lidahnya kelu. Ia ingin bertanya lebih banyak, tetapi perasaan takut yang menggerogoti dirinya semakin kuat. Ia berpikir tentang semua orang yang mungkin hilang atau berubah karena tindakannya. Namun, tidak ada waktu untuk meratapi. Ezra sudah mulai berjalan lagi, dan Lara tidak punya pilihan selain mengikutinya.

Mereka berjalan melalui jalan-jalan kosong hingga tiba di sebuah bangunan tua yang tampak seperti tempat perlindungan. Ezra memutar kenop pintu dan memasukkan mereka ke dalam ruangan yang lebih gelap dari yang diharapkan. Setelah menyalakan beberapa lampu, sebuah ruangan kecil namun rapi terbuka di depan mereka. Di dalamnya, ada papan tulis besar yang dipenuhi dengan catatan-catatan, diagram, dan foto-foto yang saling berhubungan. Lara segera menyadari bahwa ini adalah pusat operasional Ezra.

"Ini adalah markas kecilku," kata Ezra, melepas jaketnya dan duduk di meja di dekat papan tulis. "Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus mengidentifikasi apa yang telah kamu ubah dan bagaimana memperbaikinya."

Lara berdiri di depan papan tulis itu, terpesona oleh kerumitan catatan yang ditulis di sana. Beberapa gambar menunjukkan diagram mesin waktu yang sangat mirip dengan milik ayahnya, sementara lainnya menunjukkan titik-titik di dalam waktu yang tampaknya terhubung oleh garis-garis merah yang membingungkan.

"Apa ini semua?" Lara bertanya, menunjuk ke papan tulis.

Ezra menatapnya dengan ekspresi serius. "Ini adalah jejak waktu yang telah rusak. Setiap perubahan kecil yang terjadi di masa lalu menyebabkan kerusakan yang mempengaruhi masa depan, atau bahkan masa kini. Mesin waktu yang kamu temukan adalah katalis untuk semua ini. Jika kita tidak bisa menemukan apa yang telah kamu ubah, semuanya akan semakin buruk."

Lara menggelengkan kepala. "Tapi... bagaimana aku bisa tahu apa yang telah aku ubah? Aku hanya memulai mesin itu, aku tidak tahu apa yang terjadi."

Ezra menghela napas panjang. "Kamu harus lebih berhati-hati, Lara. Mesin waktu bukanlah permainan. Setiap tindakan yang kamu lakukan di masa lalu akan menciptakan gelombang yang bisa memengaruhi banyak hal. Bahkan, beberapa perubahan mungkin sudah terjadi tanpa kamu sadari. Itu sebabnya kita perlu melacak jejak-jejak yang hilang, dan mencari tahu apa yang telah kita rubah."

Lara merasa semakin terjebak dalam situasi ini. Ia merasa tidak tahu harus mulai dari mana. Bagaimana ia bisa memperbaiki sesuatu yang bahkan tidak ia ketahui telah terjadi?

"Satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang kamu ubah adalah dengan melakukan perjalanan ke masa lalu dan mencari tahu lebih banyak," lanjut Ezra. "Kita harus kembali ke titik awal, ke tempat yang semuanya dimulai."

Lara menatap Ezra dengan ragu. "Ke mana kita harus pergi?"

Ezra berdiri dan meraih sebuah foto di meja. Foto itu menunjukkan sebuah tempat yang familiar—sebuah gedung yang sangat mirip dengan tempat ayahnya bekerja dulu, sebelum ia menghilang. "Ke sana. Di situlah mesin waktu pertama kali diuji. Kita harus kembali ke titik ini dan mencari tahu apa yang terjadi."

Lara merasa perasaan takut dan keberanian bercampur aduk dalam dirinya. Ia tahu bahwa ini adalah langkah pertama untuk memperbaiki semuanya, tapi ia tidak tahu apa yang akan mereka temui. Semua yang ia ketahui tentang waktu, tentang mesin itu, kini terasa tidak cukup.

"Baiklah," kata Lara akhirnya, suara tegas meskipun hatinya berdebar. "Kita pergi sekarang."

Ezra mengangguk. "Kita tidak bisa menunda-nunda lagi. Waktu sudah tidak berpihak pada kita."

Lara dan Ezra berjalan menuju pintu, siap menghadapi masa lalu yang akan mengubah segalanya.

---

**Akhir Bab 3**

Perjalanan pertama Lara dan Ezra membawa mereka semakin dalam ke dalam misteri waktu yang membingungkan. Setiap langkah mereka semakin dekat ke titik yang akan mengungkap apa yang telah berubah dan bagaimana mereka bisa memperbaikinya—sebelum semuanya terlambat.