Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Shadow of the Dragons

🇮🇩Zakaria_Suteja
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.2k
Views
Synopsis
Diburu, dihantui masa lalu, dan terikat pada takdir yang tak ia mengerti, George Blake harus menghadapi bayangan naga yang mengancam untuk menghancurkan dunia. Selama sepuluh tahun, George hidup dalam pelarian, diburu oleh Shadow Division, organisasi rahasia yang mengincar kekuatan misteriusnya. Ia tak pernah mengenal kehidupan normal, tak pernah tahu siapa dirinya sebenarnya. Hingga suatu hari, seorang wanita bernama Nancy muncul dan mengubah segalanya. Nancy mengungkapkan kebenaran yang mengejutkan: George adalah seorang Astral Knight, penjaga dunia sihir Nexus, dan ia ditakdirkan untuk melawan kekuatan kegelapan yang mengancam untuk menghancurkan dunia. Terpikat oleh janji akan jawaban dan tempat di mana ia seharusnya berada, George melangkah ke dunia Nexus, sebuah dunia yang dipenuhi keajaiban, di mana sihir dan teknologi berdampingan. Di Akademi Athena, George bertemu dengan teman-teman baru, mempelajari kekuatannya, dan menghadapi tantangan pertamanya sebagai seorang Astral Knight. Namun, bayangan masa lalu George menghantuinya. Ia harus mengungkap misteri kematian orang tuanya, koneksi misteriusnya dengan pemimpin organisasi jahat Genesis, dan takdir sebenarnya yang menunggunya. "Shadow of the Dragons" adalah kisah tentang menemukan jati diri, melawan kegelapan, dan menerima takdir yang telah ditentukan. Sebuah petualangan fantasi yang penuh aksi, misteri, dan keajaiban, yang akan membawamu ke dunia Nexus yang penuh dengan: * Pertarungan sihir yang epik dan menegangkan. * Karakter-karakter yang kompleks dan tak terlupakan. * Dunia fantasi yang kaya dan memukau. * Konspirasi, pengkhianatan, dan pengorbanan. Bersiaplah untuk menghadapi bayangan naga dan temukan takdir sejatimu!
VIEW MORE

Chapter 1 - Percikan Api (George)

Hujan deras mengguyur kota, membasahi nisan marmer di depanku. Tetes-tetes air mata langit itu seakan ikut menangisi kepergian mereka yang telah lama tiada. David dan Luna Blake. Nama mereka terukir jelas di sana, dua sosok yang hanya bisa kulihat dalam foto usang dan mimpi-mimpi samar. Orang tuaku. Setidaknya, itulah yang mereka katakan padaku.

Sepuluh tahun. Sepuluh tahun aku hidup sebagai buronan, berpindah dari satu kota ke kota lain, selalu melihat ke belakang, selalu waspada. Shadow Division, organisasi rahasia pemerintah yang memburu orang-orang sepertiku, tak pernah menyerah. Mereka menginginkanku, menginginkan kekuatanku, meski aku sendiri tak tahu apa sebenarnya yang mereka cari.

"Siapa aku?" gumamku, suara serakku nyaris tak terdengar di tengah deru hujan. "Kenapa mereka memburuku?"

Pertanyaan itu selalu menghantuiku, menyeruak di setiap malam tanpa tidur, di setiap lorong gelap yang kutempuh. Aku hanya George Blake, seorang remaja tanpa rumah, tanpa keluarga, tanpa tujuan. Setidaknya, itulah yang kupercaya selama ini. Hidupku adalah pelarian tanpa akhir, perjuangan untuk bertahan hidup di dunia yang keras dan tak kenal ampun.

Namun, di balik semua kegelapan itu, ada secercah cahaya yang selalu kunantikan. Cahaya yang muncul dalam mimpi-mimpiku, cahaya yang menjanjikan jawaban atas semua pertanyaanku. Dalam mimpi itu, aku melihat dunia yang berbeda, dunia yang dipenuhi sihir dan keajaiban. Dunia yang terasa begitu nyata, seolah memanggilku untuk pulang.

Hari ini, perasaan itu semakin kuat. Seolah ada kekuatan tak terlihat yang menarikku, menuntunku ke arah yang tak kuketahui. Mungkin ini saatnya aku berhenti berlari, berhenti bersembunyi. Mungkin ini saatnya aku menemukan jawaban, menemukan jati diriku yang sebenarnya.

Aku mengepalkan tanganku, merasakan energi aneh yang mengalir di dalam diriku. Energi yang selalu muncul saat aku terdesak, energi yang memberiku kekuatan untuk melawan, untuk bertahan hidup. Shadow Division menyebutnya "anomali", sesuatu yang membuatku berbeda dari manusia biasa. Mereka menginginkan anomali itu, tetapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambilnya.

Kutinggalkan makam itu dengan tekad baru, meninggalkan masa lalu yang kelam dan melangkah menuju masa depan yang tak pasti. Aku punya beberapa hari kebebasan sebelum Shadow Division menemukan jejakku lagi. Beberapa hari untuk mencari jawaban, beberapa hari untuk menentukan takdirku.

Langkahku membawaku ke sebuah kafe kecil di sudut kota. Aku butuh kopi, butuh kehangatan, butuh tempat untuk menenangkan pikiran. Kafe itu tampak nyaman dan remang-remang, hanya ada beberapa pengunjung yang duduk di meja masing-masing. Kupilih meja di pojok, dekat jendela, agar aku bisa melihat keluar sambil menikmati kopi pahitku.

Saat itulah aku melihatnya. Seorang wanita dengan rambut hitam legam dan mata biru yang tajam duduk di meja seberang, menatapku dengan intensitas yang membuatku merinding. Dia mengenakan mantel panjang berwarna biru tua dan syal merah, memberikan kesan misterius dan elegan. Ada aura kekuatan yang terpancar dari dirinya, aura yang membuatku waspada sekaligus penasaran.

"George Blake," sapanya, suaranya lembut namun tegas. "Aku Nancy. Kita perlu bicara."

Aku menatapnya dengan curiga. Nancy, katanya. Darimana dia tahu namaku? Dan apa maksudnya 'kita perlu bicara'? Instingku menjerit, menyuruhku untuk segera pergi dari sana. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takut. Aku ingin tahu apa yang dia inginkan.

"Darimana kau tahu namaku?" tanyaku, suaraku terdengar lebih tegas dari yang kuharapkan.

Nancy tersenyum tipis, "Aku tahu lebih banyak tentangmu daripada yang kau sadari, George." Dia menyeruput kopinya, matanya tak lepas dariku. "Aku tahu tentang Shadow Division, tentang kekuatanmu, tentang masa lalumu."

Aku terkesiap. Bagaimana mungkin dia tahu semua itu? Shadow Division adalah organisasi rahasia, keberadaan mereka hampir tak diketahui publik. Dan kekuatanku... itu adalah rahasia yang kubawa sejak kecil, sesuatu yang selalu kututupi rapat-rapat.

"Siapa kau sebenarnya?" tanyaku, suaraku bergetar.

Nancy meletakkan cangkir kopinya, "Aku adalah seseorang yang bisa membantumu menemukan jawaban, George. Tapi pertama-tama, kau harus mengerti tentang dunia yang sebenarnya."

Dia mulai bercerita tentang tiga dunia: Terra, Nexus, dan Abyss. Terra adalah dunia tempatku tinggal sekarang, dunia manusia yang biasa. Nexus adalah dunia paralel yang dipenuhi sihir, tempat tinggal berbagai ras dan makhluk ajaib. Dan Abyss adalah dunia kegelapan, tempat bersemayamnya monster dan jiwa-jiwa tersesat.

"Orang tuamu, David dan Luna Blake, adalah penduduk Nexus," lanjut Nancy, suaranya tenang dan meyakinkan. "Mereka adalah Astral Knights, para penjaga yang melindungi Terra dari ancaman Abyss."

Aku terpaku. Orang tuaku... Astral Knights? Sihir? Semua ini terlalu fantastis untukku. Rasanya seperti dongeng, kisah fantasi yang tak mungkin nyata. Tapi tatapan Nancy yang tulus dan aura kekuatan yang terpancar dari dirinya membuatku ragu. Mungkinkah semua ini benar?

"Kenapa aku di Terra?" tanyaku, suaraku terdengar lirih.

"Itu adalah pertanyaan yang harus kau temukan jawabannya sendiri, George," jawab Nancy. "Tapi aku bisa membantumu. Aku bisa membawamu ke Nexus, ke tempat di mana kau seharusnya berada. Ke Athena, akademi tempat para Astral Knight dilatih. Di sana kau akan belajar mengendalikan kekuatanmu, menemukan jati dirimu."

Aku terdiam, merenungkan tawarannya. Pergi ke Nexus? Meninggalkan Terra, tempatku bersembunyi selama ini? Rasanya menakutkan sekaligus menggiurkan. Di satu sisi, aku takut akan hal yang tak kuketahui. Tapi di sisi lain, aku haus akan jawaban, aku ingin tahu siapa aku sebenarnya.

"Kenapa aku harus mempercayaimu?" tanyaku, mencoba melawan rasa curiga yang masih menyelimutiku.

Nancy tersenyum, "Karena aku tahu siapa dirimu, George. Aku tahu apa yang kau cari. Dan aku tahu kau akan menemukannya di Nexus." Dia menatapku dengan tatapan yang penuh keyakinan, tatapan yang entah bagaimana membuatku merasa tenang. "Kau memiliki kekuatan yang besar, George. Kekuatan yang bahkan kau sendiri belum pahami sepenuhnya. Di Nexus, kau akan belajar mengendalikannya, dan menggunakannya untuk kebaikan."

Dia menjeda sejenak, membiarkan kata-katanya meresap. "Kau akan bertemu dengan orang-orang sepertimu, George. Orang-orang yang memiliki kekuatan dan takdir yang sama. Kau akan menemukan tempatmu di dunia, tempat di mana kau diterima dan dihargai."

Kata-kata Nancy bagai siraman air dingin di tengah kegersangan hatiku. Selama ini, aku selalu sendiri, selalu merasa berbeda, selalu merasa seperti asing di dunia ini. Tapi mungkin, hanya mungkin, Nexus adalah tempatku untuk pulang, tempatku untuk menemukan jati diriku yang sebenarnya.

"Baiklah," ucapku akhirnya, suaraku terdengar mantap. "Aku ikut denganmu."

Nancy tersenyum lebar, "Bagus. Ikuti aku."

Dia berdiri dan berjalan keluar kafe, meninggalkan cangkir kopi yang masih setengah penuh. Aku mengikutinya dengan langkah penuh harapan, pikiran dipenuhi dengan antisipasi dan keingintahuan. Mungkin ini adalah awal dari petualangan baru, awal dari perjalanan untuk menemukan diriku yang sebenarnya.

Nancy membawaku ke sebuah stasiun kereta api yang tampak tua dan usang. Tempat itu ramai dan penuh sesak, dengan orang-orang yang lalu lalang dengan terburu-buru. Nancy menunjuk ke sebuah kereta api yang terparkir di jalur terpencil. Kereta itu berwarna hitam legam, tanpa jendela, dan terkesan misterius.

"Naiklah," kata Nancy, suaranya terdengar samar di tengah kebisingan stasiun. "Kau akan tahu kapan harus turun."

Aku menatap kereta itu dengan ragu. Tidak ada tanda pengenal, tidak ada tujuan yang tertera. Hanya sebuah kereta hitam misterius yang entah akan membawaku ke mana. Namun, kata-kata Nancy terus terngiang di benakku, "Kau akan tahu kapan harus turun."

Aku menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk ke dalam kereta. Suasana di dalamnya remang-remang, hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil yang temaram. Kursi-kursi empuk berjajar rapi, seakan mengundangku untuk duduk dan bersantai. Aku memilih kursi di dekat jendela, meskipun tak ada pemandangan yang bisa kulihat dari balik kaca gelapnya.

Kereta mulai bergerak, perlahan meninggalkan stasiun dan memasuki kegelapan. Getaran halus mengguncang tubuhku, membuatku semakin menyadari bahwa aku sedang memulai perjalanan yang tak terduga. Ke mana kereta ini akan membawaku? Apa yang akan kutemukan di Nexus?

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benakku, bercampur dengan rasa penasaran dan sedikit ketakutan.

Namun, di atas segalanya, ada rasa lega yang menyelimutiku. Setelah sepuluh tahun hidup dalam pelarian, akhirnya aku bisa berhenti bersembunyi.

Akhirnya aku bisa mencari jawaban, menemukan jati diriku yang sebenarnya. Dan mungkin, hanya mungkin, aku bisa menemukan tempatku di dunia ini, tempat di mana aku diterima dan dihargai.

Aku memejamkan mata, membiarkan kereta membawaku menuju takdirku. Nexus. Athena. Petualangan baru. Kehidupan baru. Aku siap menghadapi apapun yang menantiku.