Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dendam Arwah Gadis Yang Di Nodai

Fikri_Fauzi_Kamil
--
chs / week
--
NOT RATINGS
25.4k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Part Ke 1

Dendam Gadis Yang Diperkosa

Part 1

"Sayang, maaf malam ini aku nggak bisa datang," satu pesan diterima Salsa, pesan Hendra, yang secara tiba-tiba membatalkan pertemuan dengannya.

"Kenapa mas, bukankah kamu sudah janji, kita akan bertemu dan membahas pertunangan kita?" balas Salsa, yang langsung terkirim namun tak mendapat balasan.

Dia Salsa Purnama Rahayu, dia adalah seorang gadis yang dua bersaudara. Kakaknya bernama Dinda, dia sedikit cuek dan tak suka banyak bicara, namun Salsa tahu jika Dinda memiliki sifat yang baik dan sopan.

Tidak seperti dirinya, yang sedikit cerewet, manja dan suka banyak bermain. Namun itu masih di atas wajar, karna Ayah dan Ibunya slalu mendidik dengan baik.

Salsa sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Hendra, dia adalah lelaki yang cool, spesible dan paling oke dikalangan pemuda lainnya, tubuh nya yang tegap tinggi, putih dan kekar membuat nya sangat tergila-gila pada Hendra pria yang tampan dan menawan.

Namun, beberapa waktu kini sikapnya berubah, seperti banyak kesibukan atau hal yang menjadi alasan agar mereka tak bisa bertatap muka.

Tiga bulan ini, sempat Hendra berjanji akan bertemu seperti biasa, untuk membicarakan hubungannya, agar lebih menjenjang kehal yang lebih serius.

Namun, dia batalkan secara sepihak dengan tanpa alasan atau dengan dalih pekerjaan, sama hal sekarang dia pun membatalkan, tanpa memberi penjelasan. Padahal ini hal yang slalu mereka tunggu saat mereka berbincang akan hal pernikahan.

"Sal?" suara Dinda membuyarkan lamunan Salsa, sungguh kepala Salsa rasanya berdenyut memikirkan laki-laki yang slalu saja membuat otak nya susah berfikir.

"Iya, ada apa!" Salsa beranjak dari atas ranjang, hendak membuka pintu kamar. Belum sempat membuka Dinda sudah membuka duluan.

"Kakak sudah memanggilmu ribuan kali, apa kau tak dengar. Hah?" ucapnya seraya menyembulkan kepala di tengah pintu yang telah terbuka.

"Eehh masa sih kak, maaf tadi Salsa nggak denger karena lagi kebelet." bohong Salsa pada Dinda, padahal tadi dia sedang melamuni kekasih yang hilang tanpa kabar.

"Iya, itu ada temen Hendra. Katanya jemput kamu. Tapi kok laki-laki semua," jawab Dinda, Salsa pun hanya mengernyit. Siapa teman kekasihnya yang dimaksud Salsa, setahu Salsa Alpin dan Rokky Dinda sudah tahu dan mengenalnya.

"Siapa kak, Alpin dan Rokky... kok nggak ngabarin aku ya?"

"Bukan,, kalau Alpin dan Rokky kakak juga tahu. Ya sudah kamu temuin dulu sanah, berisik." timpalnya lalu melenggang pergi meninggalkan Salsa.

Salsa pun keluar kamar, dan cepat menemui orang yang katanya teman Hendra kekasihnya.

"Eehh kalian siapa? Maaf aku baru tahu kalian teman mas Hendra?" sapa Salsa yang langsung the poin.

"Iya, aku Dion ini Angga, ini Rija!" ucap salah satu yang bernama Dion memperkenalkan.

"Ooh iya, Hendra menyuruh kami menjemputmu, karena ada kejutan katanya." sambung Angga.

"Kejutan, bukankah mas Hendra bilang sedang sibuk? Dan sampai sekarang tidak memberi kabar?" jawab Salsa seraya menjentik jentikkan jarinya.

"Tapi-"

"Sudahlah... tidak usah tapi-tapian, kami ini sungguh dipintai Hendra untuk menjemput kamu!"

"Apa bisa aku percaya kalian.?" tanya kembali Salsa.

"Tidak usah takut, kami bukan orang jahat. Kami pun tahu alamat ini dari Hendra, ohh iya bisakah kita berangkat sekarang takut keburu malam."

"Baiklah, tunggu aku akan ambil tas dan dompetku dulu."

Salsa pun kembali ke kamar, hendak mengambil tas dan dompetnya, dan langsung kembali. Saat Salsa keluar kamar ternyata Dinda sudah ada di depan pintu.

"Sa, mau kemana malam-malam begini, apa kamu tidak bisa menunda sampai besok. Ini sudah malam loh, nggak takut ada apa-apa?" ucap Dinda yang tanpa di hiraukan kekhawatirannya oleh Salsa.

Salsa melenggang pergi meninggalkan Dinda yang mematung menatapnya.

"Kakak tidak perlu berfikir yang tidak-tidak, semoga aku baik-baik saja ya,"

"Aku pamit, mungkin pulang agak malam."

Salsa pun pergi meninggalkan Dinda yang masih menyimpan rasa khawatir, entah kenapa dia seperti merasakan akan ada sesuatu yang akan terjadi.

Namun, Salsa menepis rasa itu. Mungkin itu hanya perasaan Dinda saja, Salsa berfikir tidak seperti biasanya juga Dinda banyak mengeluarkan kata-kata, tapi tadi seperti ada keanehan. 'sudahlah mungkin perasaannya saja' fikir Salsa.

"Ayok Sa," salah satu dari mereka menarik lengan Salsa untuk segera masuk kedalam mobil hitam, Salsa yang sedikit melamun tersentak dan berhasil membuyarkan fikiran-fikiran buruk dari fikirannya.

"Oke, makasih!"

Mobil pun melaju, dan berselancar dengan lancar karena keadaan jalanan yang sudah lenggang.

Namun, anehnya Salsa perhatikan semakin sini jalan yang mereka lewati semakin curam dan gelap, bahkan memasuki perhutanan.

"Ehh tunggu, kok kita lewat jalan seperti ini?" tanya Salsa yang merasa heran, dan sedikit kebingungan.

"Iya, biar cepet sampai, soalnya ada kejutan yang tak akan kamu duga." jawab salah seorang yang bertubuh tegap dan berkulit putih sambil menyeringai menatap lekat Salsa.

"Kalian tidak sedang mempermainkan ku kan."

"Hahahah,, wanita b*doh. Kau kira aku ini sengaja menjemput mu demi laki-laki tak tahu diri itu. Kau tak tahu kalau malam ini, malam pertunangan Hendra dan Vita!" sinisnya sambil menatap tajam ke arah Salsa.

"Maksud nya apa! Bukankah kalian temannya Mas Hendra. Lalu apa maksudnya bilang Mas Hendra bertunangan. Aku ini calon tunangan juga calon istrinya." jawab Salsa dengan nada bergetar, merasakan takut dan juga rasa tak karuan.

"Angga berikan Vidionya agar dia tahu dan percaya!" ucapnya lagi pada salah satu temannya.

"V-vidio, vidio apa maksudnya?"

"Lihatlah sendiri!"

Saat Salsa melihat sebuah rekaman, ada sebuah acara yang sedang berlangsung di kediaman Vita, temannya juga dia yang merebut kekasihnya.

Salsa terpaku, tangannya bergetar hebat, tanpa terasa pelupuk mata nya menitiskan cairan bening dan berjalan dipipi mulus nya.

"Tidak mungkin... ini tidak mungkin!"

Salsa menatap sayu benda pipih yang berada dalam genggaman Angga, hatinya terluka seakan ada belati yang tengah menggoresnya.