Chereads / Dendam Arwah Gadis Yang Di Nodai / Chapter 10 - Part Ke 10

Chapter 10 - Part Ke 10

Dendam Arwah Gadis Yang Diperkosa

Part Ke 10

___

"Setelah bertunangan pun apa kamu masih ingin berurusan dengan gadis itu?" ucap Izma yang membuat langkah Hendra terhenti.

"Kamu sudah akan menikah dengan Vita, harusnya kamu itu fikirkan masa depan mu bukan masih memikirkan gadis itu." ujarnya lagi, sehingga membuat Hendra pun akhirnya turut bicara.

"Tolong Mba, jangan menambah masalah ku lagi, Salsa masih kekasih ku, masih menjadi wanita yang aku cintai, tolong Mba pahami ini, meski aku sudah memilih Vita dan melamarnya bukan berarti aku akan bisa melepaskan Salsa begitu saja Mba,"

"Bahkan aku salah, aku salah besar telah berpaling pada Vita, aku menyesal Mba." ucap Hendra lirih.

"Hendra cukup? Ini sudah keputusan dan kamu sudah melamar Vita, jangan sampai kamu mengecewakan Mba hanya demi perempuan itu."

"Kenapa sih Mba, kamu tidak bisa 'kah mengerti perasaan dan hati ku sedikit saja, aku mohon mengertilah."

"Sudahlah Hendra, Mba tidak mau kamu beralasan apa pun, Mba mau kamu te." ucapan Izma pun terpotong Ajeng yang segera angkat bicara.

"Tidak perlu memaksakan kehendak Mba, lebih baik sekarang kita fikirkan bagai mana keadaan Salsa, dia menghilang sudah seminggu lebih. Tepat dimalam pertunangan Hendra, ada orang yang menjemputnya dan mengatakan bahwa Hendralah yang menyuruhnya?" ujar Ajeng menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Menghilang... apa kamu yakin dia menghilang, selama seminggu tak kembali. Apa masih percaya dia menghilang, aku sih tidak sama sekali," sinisnya.

"Bahkan mungkin dia bersama laki-laki lain." timpalnya.

"Cukup Mba, aku sudah muak dengan ucapan Mba, aku kecewa sama Mba, sangat kecewa!" Hendra pun berlalu meninggalkan Izma dan Ajeng, panggilan Izma yang berkali-kali pun tak digubrisnya.

"Hendra, berani kamu sama Mba, Hendra!" teriak Izma.

Bruukkk

Terdengar Hendra yang sangat kesal sehingga membanting pintu kamar begitu keras, membuat Izma semakin kesal dan geram.

***

Satu sisi terlihat Dion yang tegang, setelah mendengar kabar Hendra dan Ajeng sedang mencari keberadaan Salsa, apakah perbuatannya akan diketahui atau bahkan semua akan baik-baik saja.

Dion sangat takut dan khawatir bahwa kejahatannya akan ditemukan polisi. Setelah Dion selesai berurusan dengan Izma dan bisnisnya, Dion pun kembali mencoba mencari suasana yang tidak membuatnya semakin tegang.

Dalam keadaannya yang kacau, Dion berniat pergi menemui kedua temannya Angga dan Rija. Namun saat berada di lampu merah Dion dikejutkan dengan sosok yang dia kenal.

"Sals!" gumamnya lalu menutup mata seraya berbisik.

"Ini pasti halusinasi, ini pasti karena gue kecapean, tenang Di tenang Salsa nggak ada, dia nggak ada disini, yang didepan sana pasti orang lain." perlahan Dion membuka mata namun saat matanya terbuka.

"Arghhhh... arghhh!"

"Pergi kau setan, pergi. Kamu sudah mati, kamu sudah mati." pekik Dion, namun teriakannya seakan tak ada seorang pun yang bisa mendengar.

"Pembunuh!"

"Tidak, aku bukan pembunuh,"

"Pergi!"

"Pembunuh?"

"Tidak, aku bukan pembunuh." teriakan Dion yang semakin kencang bagaikan angin berhembus ditelinga Salsa.

"Hey, apa anda sudah gila teriak-teriak seperti itu, tolong cepat jalankan mobilnya, lampu sudah berubah hijau, kami semua sudah menunggu kamu terlalu lama." tiba-tiba seorang supir datang menghampiri karena mendengar teriakan Dion.

"Arghhh, setaan?" ucap Dion dalam teriaknya.

"Hey, kau sudah gila beneran, setan... setan, terlalu banyak nonton horor ya, saya ini manusia," Dion pun membuka mata dengan mata melirik sekeliling, namun sosok yang menyeramkan yang dia fikir hantu Salsa ternyata sudah tidak ada.

"Maaf pak, maaf!" ujarnya.

"Cepat jalankan mobilnya, lihat gara-gara kamu jalanan macet, kamu mau ada kecelakaan. Hah?"

"Maaf... maaf, baik saya akan segera jalan." Dion pun menghidupkan kembali mobilnya, lalu meninggalkan tempat yang membuatnya ketakutan.

Selama perjalanan, Dion hanya fokus dalam jalanan, fikirannya melayang mengingat kejadian dimana dia menghabisi wanita yang dia cintai selama ini.

"Maafkan aku Sa, maafkan." gumamnya.

"Aku khilap, aku terlalu bodoh saat itu," lirihnya dengan kelopak yang mengembun.

"Apa perbuatan mu pantas untuk di maafkan!" suara yang tiba-tiba terdengar di kursi belakang tepat di belakangnya, membuat Dion pun tersentak kaget.

"Maksudnya," Dion pun menoleh, betapa syoknya dia saat matanya yang bersitatap dengan sosok yang sangat mengerikan, wajahnya yang hancur, dan mulut yang sobek sangat membuat Dion ketakutan.

"Arghhhh... Se-se-setaaann." teriak Dion yang langsung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa, kau takut dengan ku, bukankah kau mencintaiku juna, bahkan kau ingin memiliki ku bukan?"

"Maka sekarang, ikutlah denganku. Hi hi hi,"

"Aku mohon maaf, maafkan aku." lirihnya dengan bibir yang bergetar.

"Aku akan menerima permohonan mu, dengan syarat, kau ikut dengan ku. Hi hi hi."

"Tidak, aku mohon. Pergilah,"

"Pembunuh, kau memohon terhadap ku. Kau yang membuatku menjadi seperti ini, namun kau pula yang takut akan sosok yang kau ciptakan sendiri," bisik sosok menyeramkan dengan seringainya yang tajam.

"Kamu tenang saja, aku tidak akan membunuh mu, aku ingin kau merasakan penderitaan sebelum kau mati. Hi hi hi," ujarnya seraya mencengkram leher Dion, sehingga membuatnya tak bisa mengontrol mobil yang di bawanya.

Brrruukkk

Mobil pun menabrak sebuah pohon dengan sangat kencang, sehingga membuat mobil yang dia tumpangi rusak berat dan membuat lnya tak sadarkan diri.

Para warga pun berbondong-bondong melihat kejadian yang mengerikan, Polisi setempat pun langsung sigap memeriksa keadaan korban.

"Gimana pak, apa dia selamat?" tanya seorang warga pada Polisi.

"Dia masih hidup, bersyukur dia masih diselamatkan, lebih baik sekarang hubungi ambulance dan keluarganya." jelas Polisi pada salah satu warga lalu meminta untuk menghubungi keluarga Arjuna.

"Baik pak."

Warga pun menghubungi pihak keluarga dan Ambulance, tak lama ambulance pun datang dan langsung membawa Dion ke rumah sakit sekitar.

"Apa sudah ada pihak keluarga yang sudah dihubungi, pak." tanya pihak Polisi.

"Belum pak, belum ada yang bisa kami hubungi."

"Baiklah, biar nanti pihak rumah sakit yang menghubungi keluarganya."

"Terima kasih banyak, saya permisi."

"Iya pak sama-sama."

Polisi pun berlalu meninggalkan tempat kecelakaan, dan langsung mengantar mobil Ambulance ke rumah sakit, upaya di berikan penanganan secepat mungkin.

Setelah sampai Dion pun langsung di berikan penanganan, karena banyaknya darah yang terbuang membuat kondisinya semakin lemah, ditambah kaki kanan dan tangan kanannya patah, mengharuskan dokter memberikan penanganan terbaik.

Hingga pagi tiba, belum juga ada pihak keluarga yang datang untuk melihat kondisi Dion. Perawat masih dengan antusias melihat keadaan Dion meski belum sadarkan diri.

"Sus, apa belum ada pihak keluarga yang datang?" ucap dokter yang baru saja masuk ruangan.

"Belum Dok, nomor yang dihubungi tidak menjawab, bahkan menghubungi nomor yang lainnya pun tidak ada jawaban sama sekali." jelas perawat, membuat Dokter mengernyitkan dahi.

"Apa sudah dikirimi pesan singkat?"

"Sudah Dok, namun masih belum ada respon sama sekali,"

"Aneh sekali, apa mereka tidak perduli dengan keadaan anak atau saudaranya. Sehingga sulit sekali dihubungi saat seperti ini!" ujar Dokter yang semakin terlihat kebingungan.

Entah apa yang terjadi, sehingga semua nomor yang dihubungi pihak rumah sakit tidak dapat menjangkaunya. Membuat dokter dan perawat kebingungan dalam mengambil tindakan untuk Dion.