Dendam Gadis yang Diperkosa
Part Ke 7
Ajeng memang orang yang paling dekat dengan Salsa ketimbang Izma, tiap kali Salsa ke rumah pun, hanya Ajeng yang slalu menyambutnya dengan ramah. Tidak dengan Izma, dia slalu saja bersikap acuh bahkan kerap kali membuat hati Salsa terluka.
Namun Salsa tidak pernah ambil hati ucapan Izma, dia slalu berusaha bersikap baik, karena dia yakin suatu saat nanti Izma akan menerimanya dengan sepenuh hati.
***
Hampir satu jam Hendra dan Ajeng mengobrol akhirnya Isma pun telah siap dengan pakaianya yang rapih.
"Sudah siap, Hend?" sapa Izma.
"Sudah Mbak!"
"Ya sudah, berangkat sekarang aja. Soalnya Dion akan ikut serta dalam Bisnis ini." serunya dengan sedikit tergesa.
"Apa!" serempak Hendra dan Ajeng yang saling lempar pandang.
"Kak, aku gak salah denger. Dion laki-laki yang tahunya cuma buang uang mau ikut, bisnis?" tukas Ajeng.
"Iya Mbak, dia kan laki-laki brandalan, masa mau ikut serta dengan Bisnis Batik kita!" sambung Ajeng.
"Aku sengaja, biar sepupu kalian itu bisa berubah, dan menghargai orangtua yang bekerja keras untuknya. Jangan cuma tahunya buang-buang duit doang."
"Tapi Mbak yakin, dia bisa di andalkan. Aku tidak yakin, nanti malah bikin masalah lagi,"
"Kita coba saja dulu, jangan terlalu memandang orang dari luarnya saja,"
"Tapi Mbak, katanya Bisnis ini sekarang berada di desa Terpencil. Berarti kurang dalam pengelolaannya dong Mbak?"
"Tidak masalah, bukan soal desa'nya. Tapi pemiliknya ingin membuka Bisnis baru juga di cabang lain. Dan yang di Desa Gunung Kulon itu malah paling bagus dalam segala Bidangnya."
"Karna orang-orang disana mengutamakan Batik dalam Segala kegiatan, tidak seperti Kota, hanya dari keperluan dan acara tertentu saja."
"Lalu, bagaimana kita dalam mengawasi setiap pekerja kak," tanya Ajeng.
"Disana katanya ada Villa yang bisa kita tempati, namun sebelum kita tempati harus menyuruh orang untuk membersihkan. Karna sudah lama dikosongkan." jawab Izma santai.
"Villa, oke lah kalau begitu aku sih ikut saja, iya nggak Mbak," ucap Hendra sambil melirik Ajeng.
"Emm oke lah!"
Setelah selesai mengobrol, akhirnya Hendra dan Izma pun berangkat ke kantor. Namun Tiba-tiba ponselnya berdering, fikiran Hendra Salsa lah yang menghubungi ternyata bukan.
Kriiingg kriiingg
"Iya Vita, Ada apa!" tanyanya sesaat sambungan telepon terhubung.
"Kamu dimana, Mas?" serunya di sebrang sana.
"Aku lagi mau ke kantor, soalnya ada acara."
"Acara apa, tumben?" selidiknya.
"Katanya ada Bisnis Batik baru yang akan aku dan Mbak Izma kelola, ada yang akan menjual Proyek Batik lagi di Desa Gunung Kulon. Jadi aku harus Meeting malam ini." jelasnya panjang lebar.
"Ohh, baiklah. Besok kamu sibuk nggak, Mas?"
"Belum tahu, kenapa!"
"Anterin aku ke Duta Salon ya, aku mau acara nanti yang paling Indah." terang Vita.
"Kalau aku tidak sibuk, tapi kalau sibuk lain kali aja ya,"
"Ya udah deh," sambungan telepon pun terputus.
"Siapa? Vita?" tanya Izma.
"Iya Mbak,"
"Ada apa?"
"Besok minta di anter liat-liat ke Duta Salon buat acara nikahan, cuma aku kan belum tahu besok sibuk apa nggak'nya,"
"Ya sudah kalau mau antar, besok biar Mbak yang handle."
"Oke!"
***
Pov Vita
Sungguh, aku tidak percaya bahwa sekarang Hendra adalah calon Suamiku. Nanti malam adalah acara pertunangan serta lamaran Kami.
Ya aku Vita Saskiya, aku adalah anak tunggal Papa dan Mama, aku juga sahabat baik dari Kekasih dari calon suamiku yang akan segera melamarku.
Iya benar sekali, Hendra adalah Pacar Salsa Sahabatku, namun dia tidak tahu bahwa aku adalah sahabat pacarnya. Karena selama dia berhubungan dengan Salsa aku tidak pernah bertatap muka secara langsung, bahkan dia tidak pernah tahu aku.
Pernah suatu ketika aku melihat Mas Hendra bersama Salsa, saat itu aku tengah berada di sebuah Caffe, tidak sengaja melihat mereka sedang mengobrol dengan mesra berdua.
"Iya, Aku akan melamar kamu dalam 3 bulan ini?" terdengar suara Mas Hendra yang mengucapkan akan segera melamar Salsa. Degup jantungku seakan berdebar semakin kencang mendengar penuturan Mas hendra pada Salsa.
"Melamar, kenapa Izma tidak memberi tahu kalau Hendra akan melamar, Salsa." gumamku sesekali ku tarik nafas dalam-dalam, rasa kesal menjalar dalam hati.
"Dua tahun aku menaruh harapan, berharap kamu menjadi milikku, aku tidak akan membirkan mu memiliki Hendra, Salsa!" batin ku.
Ahh bayangan saat Mas Hendra mengucapkan akan melamar Salsa masih jelas ku ingat, namun ternyata aku yang menjadi tunangan juga calon istrinnya.
"Ternyata tidak sulit membuat mu berpaling padaku, Mas!" lirihku.
Sejak saat itu, aku mencoba mempercepat acara pertemuan ku dengan Mas Hendra, karena setiap ayah meminta aku slalu menolak dengan alasan aku belum siap. Sejak Ayah Join dengan perusaan Izma kakaknya Hendra, mereka sepakat untuk menjodohkan aku dan Hendra Namun saat itu aku belum siap, dan masih ingin bebas dengan masa remaja ku.
Namun saat pertama kali aku melihat Salsa bersama Hendra, sejak itu perasaanku slalu merasa cemas. Aku takut jika Mas Hendra benar-benar melamar Salsa.
Namun, selama setahun aku menunggu. Ku lihat Mas Hendra semakin jauh dalam hubungannya, sejak saat itu aku meminta Izma mempercepat pertemuan aku saat sebelum tiga bulan Mas Hendra akan melamar Salsa.
{Mbak, boleh aku bertemu Mas Hendra secepatnya.} Ku kirim pesan pada Izma, tanpa menunggu lama dia pun membalas.
{Wah ada apa nih, tumben.} balasnya.
{Ya, aku ingin segera kenal lebih jauh aja Mbak.} jawabku lagi.
{Ohh... baiklah, kapan kamu ada waktu nya.}
{Minggu besok aja Mbak, bisa kan.}
{Hmm... sepertinya sudah ada yang ngebeut nih.} godanya.
{He'he kan biar nanti kalau sudah ketemu, bisa tahu. Kalau sudah tahu 'kan nanti bisa difikirkan lagi. Mau lanjut atau nggaknya.}
{Lagian, sepertinya aku juga sudah bosan melajang.} Ku kirim pesan beruntun pada Izma.
{Ohh... oke kalau gitu, sampai ketemu Vita,}
{Oke Mba.} pesan pun berakhir dengan singkat.
Hingga malam minggu kami memutuskan untuk akan bertemu di Caffe biasa, dan ku fikir Mas Hendra akan menolak perjodohan kami. Ternyata dia pun menyepakati meski harus menunggu satu minggu untuk dia berfikir.
"Baiklah, namun berikan aku waktu satu minggu untuk berfikir!" ucapnya serasa menatap tajam manik mata hitam Izma.
"Baiklah, Mbak tunggu jawaban kamu minggu depan. Kalau kamu setuju dalam waktu 3 bulan kamu akan melamar dan bertunangan dengan, Vita." ucap Izma dengan bangganya.
"Baiklah."
Semua pun setuju, hingga akhirnya waktu yang akan kami adakan sudah di depan mata, ku fikir mungkin Mas Hendra sudah menyudahi hubungannya dengan Salsa, karena Salsa pun mungkin sudah bahagia bersama Dion.
Tepat di malam pertunangan ku dan Mas Hendra, disanalah Dion pun berencana akan menyatakan cintanya pada Salsa. Sudah dua tahun Dion menunggu moment ini moment saat yang dia tunggu. Mungkin malam itu Salsa langsung menerima Dion sebagai pengganti Mas Hendra dihatinya.
Dion memamg teman ku, sebenarnya ini sudah dari awal kami berencana. Rencana aku untuk mendapatkan Mas Hendra dan Diob akan menyatakan cintanya pada Salsa.