Dendam Gadis Yang Diperkosa
-------
"Tidak mungkin... ini tidak mungkin!" lirih Salsa yang terasa sesak melihat isi vidio yang ternyata, acara pertukaran Cincin Hendra dengan Vita.
"Lebih baik kamu terima Cintaku Salsa, aku sudah lama menyimpan perasaan ini untukmu. Namun kau selalu saja tergila-gila terhadap laki-laki brengs*k itu." Dion mencekal pundak Salsa dengan tatapan tajam.
"A-apa yang kau katakan, kita saja baru bertemu, dan tidak saling kenal!" sahut Salsa terbata karena perasaannya yang mulai gelisah.
"Apa harus aku ingatkan kembali, siapa aku.. Aku Dion Pratama anak dari Tuan Sadewa Pratama, apakah kau melupakan aku semudah itu hingga sama sekali tidak mengingatnya," jelasnya, yang Salsa tanggapi dengan rasa yang tak karuan.
"Di-dion!" lirihnya.
"Iya, laki-laki yang kau tolak dulu!"
Salsa terdiam, dia mencoba megingatnya. Apakah dia laki-laki yang mengejarnya dulu, dua tahun lalu. Namun Salsa menolaknya karena memang tak memiliki perasaan apa-apa terhadap Dion.
Namun, Dion yang dulu Salsa kenal sangat jauh berbeda. Hingga Salsa tak mengenali dirinya. Sekarang dia memiliki badan yang tegap tinggi, kulit putih hidung mancung sehingga sulit bagi Salsa mengenalinya.
Namun rupanya, sedikit pun tak dapat mengubah perasaan Salsa terhadapnya. Karena Salsa tahu Cinta itu tidak diukur oleh rupa atau pun harta dan lain sebagainya.
"Untuk apa kau melamun, lebih baik kau terima Cintaku dari pada kau akan hancur ditanganku!" desis Dion sambil melayangkan senyum sinis. Tatapannya tajam menatap manik kecoklatan milik Salsa.
Salsa tersentak, ia melempar pandangan pada kedua temannya. Hingga tanpa terasa buliran bening sudah membasahi kedua pipinya.
"Aku mau pulang, dan sampai kapan pun aku tak mau menerima kamu, karena aku tak pernah ada perasaan sedikit pun." Salsa berucap lirih, berharap Dion dan teman-temannya akan mengantarkan dia pulang.
"Baiklah itu keinginan mu!"
Mobil pun terus melaju dan tak lama berhenti di depan Rumah Vila, Dion menarik lengan Salsa dengan paksa. Salsa hanya meringis kesakitan, teriakannya meminta dilepaskan tak dia hiraukan.
"Lepas, aku ingin pulang... kenapa kau malah membawaku kesini, tempat apa ini Dion?" sentak Salsa dengan menepis kasar tangan Dion.
"Sudah ikuti saja perintahku, bukankah kau menolakku. Maka dari itu jika aku tak bisa memiliki mu maka orang lain pun tak bisa memiliki mu!" pungkas Dion sambil mendorong Salsa hingga tersungkur dan jatuh ke tanah.
"Aww... apa maksud semua ini Dion. Antarkan aku pulang, semua sudah berakhir aku akan menikah dengan, Hendra! " pekik Salsa yang lagi meninggikan suaranya.
Dion merasa marah, karena slalu Hendra yang berada difikiran Salsa. Hati Dion sudah dibutakan oleh cintanya sehingga tidak sadar dia sudah menyakiti perasaan Salsa.
"Angga... seret dia ke dalam, kita nikmati malam ini hahah!" suaranya menggema di area lahan yang gelap nan sepi.
Salsa semakin gemetar, karena kedua teman Dion mencekal erat kedua tangannya dan menyeretnya menuju vila yang gelap dan pengap.
Braakk
Angga dan Rija menyeret Salsa hingga terbentur susut meja, kakinya terasa ngilu dan sakit.
"Apa yang akan kalian lakukan? Lepaskan aku, biarkan aku pergi!" Sentaknya yang berusaha beranjak dari hadapan mereka.
"Aku tidak akan melakukan apa pun, kecuali kau mau menerima tawaranku. Menikahlah denganku, dan tinggalkan, Hendra!"
"Sampai kapan pun aku tidak akan menerima dan menikah dengan mu, Dion. Aku tidak mencintai kamu Dion, aku mau pulang." teriak Salsa yang menunjuk wajah Dion dan hendak menggapai tubuhnya, namun tangan kekarnya terlalu mudah menepis hingga Salsa terhuyung kembali ke tanah.
"Rija... Angga pegang dia... kita berpesta malam ini. Hahaha ini keinginan dan keputusan mu Salsa Purnama Rahayu!" desisnya dengan meremas pergelangan tangan Salsa.
Rija dan Angga melakukan apa yang diperintahkan Dion, memegangi tangan Salsa hingga Salsa tak bisa berbuat apa-apa.
"Aaahh... lepaskan aku!"
Salsa berusaha berontak, namun tenaganya kalah kuat dengan tiga pria durjana yang sudah gelap hatinya.
Breetttt
Ditariknya dengan paksa baju Salsa, hingga hanya tinggal baju nagian dalamnya yang menempel.
"Arrghhh, aku mohon Dion... jangan lakukan apa pun. Hentikan hikz hikz hikz!"
"Bukan kah ini keputusan mu, Salsa!"
Dan lagi Dion berusaha mencoba membuka celana jeans yang salsa kenakan, sungguh malang sekali nasib yang dialami Salsa malam ini.
"Argghh hentikan, ku mohon...." rintih Salsa di tengah permainan yang akan mereka lakukan.
Dion sangat semangat, dia terus menjamah seluruh tubuh Salsa. Dia terus menciumi bibir hingga ke leher, hingga dia memainkan dua buah pusaka Salsa. Salsa sangat kecewa atas apa yang tengah mereka lakukan.
"Lepaskan... Argghh!"
Rintihan Salsa yang tanpa di dengar oleh mereka, seakan mereka tuli dan mereka sangat asyik menikmati tubuh Salsa. Hingga tepat Dion Akan memasukan alat V*t*lnya ke dalam vag*na Salsa.
"Eehmmm!" Dion merasakan sesuatu yang pertama kali ia rasakan, merudapaksa mahkota yang seharusnya tidak ia nikmati.
"Arghhh sakiittt... lepaskan... aku mohon!"
"Nikmatilah ini Salsa sayang, aku akan memuaskan, mu. Jika kurang temanku pun bisa memuaskan, kamu. Hahah?" Dion terus menggulati Salsa hingga bertemu di akhir permainan nya.
"Aaahhh...." Dion mendesah merasakan cairan hangat yang keluar didalam sana.
Salsa terkapar lemas tak berdaya, sakit perih itu yang Salsa rasakan. Sedang Salsa berusaha bangkit sebuah tangan kembali mencekalnya.
"Mau kemana? Kami belum mendapatkan bagian!" seru Angga menatap Salsa penuh gairah.
"Puaskan hasr*at kalian, dia milik kita. Hahah!" pungkas Dion yang kembali merapikan pakaiannya.
"Brengsek kamu, Dion. B*adab, cuihh!" teriak Salsa dengan wajah sembab, lalu dengan tatapan tajam Salsa meludahi wajah Dion.
Plaak
Satu tamparan melayang dipipi kiri, Salsa. Rasa perih dan panas dipipinya tidak seberapa, dengan apa yang mereka lakukan terhadapnya.
"Kurang ajar, cepat selesaikan
Permainan kalian, kita habisi dia." imbuhnya sambil mengepalkan tangan.
"Lepaskan... lepaskan!"
"Arghhh," lagi-lagi mereka memainkan permainan nya, Salsa tak bisa melawan dan tidak berdaya.
Dapat Salsa rasakan tubuhnya sudah tak berasa, seakan angan sudah melayang. Jiwa Salsa sudah terasa lepas dari jasatnya.
Perbuatan mereka amat menyakitkan bagi, Salsa. Dia yang sudah semakin kehilangan kesadarannya, mengutuk para pria yang sudah melakukan perbuatan tidak senonoh padanya.
Sebelum matanya terpejam untuk selamanya, sempat Salsa mengucapkan sumpah. Untuk membalas kematian, penghianatan, penyiksaannya.
"Aku bersumpah, akan membalas kalian semua, tunggulah pembalasanku, Ahhhrg!"
Salsa memejamkan mata, setelah beberapa teman Dion menuntaskan hasrat bejatnya. Dion menatap Salsa yang tidak bergerak, dia mendekati dan mencoba menyentuh pipinya.
"Heyy bangun... Salsa bangun!" Dion berusaha membangunkan Salsa, namun nihil Salsa sudah menghembuskan nafas terakhirnya di tangan mereka.
"Sial... sepertinya dia sudah mat*!" pungkas Dion dengan rahang mengeram, dia mondar mandir bak setrikaan.
Dengan perasaan risau dia menggusar rambutnya dengan kasar.
"Arghh brengsek, ini semua gara-gara Hendra. Sial...." ocehnya lagi.
"Lalu bagaimana dengan jasatnya? Kita apakan dia. Gua takut kalau ketahuan polisi. bahaya." lirih Angga seraya menggusar rambutnya dengan kasar.
"Bener Di, gua gak mau dipenjara." timpal Rija.
"Diam kalian... bantu mikir bukan ngoceh nggak jelas. Gua aja bingung, kenapa dia bisa m*ti." geram Dion sambil mondar mandir memikir kan cara bagaimana dan akan dikemanakan jasat wanita yang sudah mereka Nodai,
Sehingga Angga pun memberi ide, agar mereka membuang jasat Salsa ke dalam Jurang. karna jalanan yang mereka lalui sangat curam, jadi tidak akan bisa ditemukan siapa pun, selain dimakan hewan pemangsa.
"Di, gue ada ide! Bagaimana kalau kita buang saja ke dalam jurang. Kita'kan pulang lewat jalanan yang curam, sedangkan jurang-jurang curam itu sangat jarang terjamah orang... Bagaimana?" jelas Angga memberikan saran pada kedua temannya, mereka pun langsung meng-iyakan. Tanpa mereka sadari dibalik tindakan mereka akan menimbulkan sebuah Petaka tak bertuah.
"Oke, sekarang bungkus dia pake apa saja... kita pergi sekarang!"
Pov Hendra
"Sayang maaf, malam ini aku tidak bisa datang!"
Ku kirim pesan pada Salsa, bahwa malam ini aku tak dapat menemuinya. Bukan karena ada kerjaan atau pun apa, namun karena memang malam ini adalah malam dimana aku akan mengadakan lamaran.
Namaku Hendra Srijaya Putra, Adik dari dua kakak perempuam. Kakak pertama ku bernama Azmi, dan kakak kedua ku bernama Ajeng.