Hall sekolah. Seorang siswi sedang berjalan dengan santai di sekolah barunya di Jakarta. Kayla Elyata, seorang siswi berwajah indo yang cantik adalah murid baru di sekolah SMA Negeri Jaya Satu di pusat kota di Jakarta. Kayla adalah pindahan dari Bali ke Jakarta, dan dia adalah murid baru di sekolah ini.
Penampilan Kayla sangat cantik. Berwajah blasteran asia-eropa. Ibunya asli indonesia dan ada campuran ras tionghoa, sedangkan ayahnya adalah orang asli belanda. Kayla sangat cantik, berkulit putih mulus dengan wajah indo yang lebih mirip orang eropa daripada asia, hidung nya mancung dan lancip. Kedua mata Kayla berukuran besar mempesona dengan warna mata cokelat terang-hazel-kekuningan. Rambutnya berwarna hitam pekat, lurus, panjang dan tebal bagaikan bintang iklan shampo terkenal. Tubuhnya yang langsing bagai model pun memiliki tinggi badan sekitar seratus enam puluh tiga centimeter. Tinggi rata-rata anak SMA di indonesia.
Hampir seluruh pasang mata menyorot Kayla yang memang murid baru di sekolah ini. terutama para siswa laki-laki mereka ingin sekali kenalan dengan gadis indo itu.
'bug' Kayla tidak sengaja menabrak seorang siswi betubuh pendek dengan kaca mata tebal, gadis imut itu pun menyapa nya. Kayla meminta maaf duluan.
"Kamu… kamu murid baru di sini?" tanya gadis imut bertubuh pendek yang mengenakan kacamata itu. Seorang gadis berperawakan pendek, berwajah khas indonesia.
"Iya, aku pindahan dari bali." Jawab Kayla sambil tersenyum manis.
"bali? Pantesan kamu bule. Nama kamu siapa?" tanya gadis mungil itu.
"Kayla. Namaku Kayla Elyata." Jawab gadis indo itu ramah.
Gadis imut tersenyum, "Kalo namaku, Lisa. Aku asli orang jakarta." Gadis imut itu tak henti mengagumi kecantikan Kayla. Menurutnya, Kayla adalah cewek tercantik yang pernah dia kenal. "Kurasa kita menjadi sahabat yuk?" ajak Lisa dengan senyuman ramahnya.
Kayla tersenyum senang. Di hari pertama nya dia mendapatkan teman baru! Dia pun nyadar hampir seluruh pasang mata di hall sekolah mengagumi kecantikannya.
***
Sekolah menjadi ramai gossip. Gossip tentang Kayla ramai di bicarakan. Terutama di kalangan siswa-siswi. Kayla pun bingung, mengapa fisiknya yang berbeda sendiri menjadi terkenal, padahal dia baru sekolah satu minggu. Di bali, Kayla pun tak pernah seperti ini, di bali wajah blasteran atau bule itu biasa. Kayla memang sangat cantik, terutama kedua warna mata Kayla memang mempesona berwarna cokelat-terang kekuningan yang indah beserta bulu mata lentik yang panjang. Wajah Kayla lebih mirip ayahnya yang asli belanda dari pada ibu nya yang asia.
Di tengah-tengah kehadiran Kayla, ada tiga cewek sombong anak-anak gaul SMA yang dengki pada gadis belasteran itu. Ketiga cewek sombong itu adalah Karen, Erlita, dan Mia. Mereka bertiga adalah anak cheers (cheerleader), melihat penampilan Kayla yang cantik banget mereka takut Kayla merebut kepopuleran mereka kalo gadis indo itu gabung ekskul cheers yang memang ekskul favorit di sekolah terutama tentang pusat perhatian para cowok.
"Eh girls…" kata Karen di kantin bersama kedua temannya. Mereka bertiga sedang makan bakso jam istirahat.
"Ada apa Karen?" sahut Erlita setelah meminum es the manis. Sambil makan bakso.
"Tahukan anak baru yang super cantik itu? Siapa namanya? Kayla yah?" kata Karen dengan wajah cemberut. Dia tahu, Kayla memang tercantik yang pernah dia kenal.
"Oh yah Kayla yang bule itu yah?" sahut Mia menambahkan.
"Yang pindahan dari bali." Kata Erlita nambahkan informasi.
Kedengkian muncul di hati mereka bertiga. Terutama Karen ketua geng- anak-anak gaul di SMA.
"Menurut kalian? Si Kayla cantik banget yah?" kata Karen dengan nada tidak suka.
"Cantik-banget-banget!" jawab Mia sejujurnya. "Dia orang paling cantik yang pernah gue kenal!" kata Mia agak sedikit heboh.
"Asli orang mana Kayla itu?" tanya Erlita yang mengangumi kecantikan Kayla.
"Katanya ayahnya asli belanda. Pantesan warna matanya cokelat-terang kekuningan. Gue ga pernah lihat mata seindah itu, kata nya bukan kontak lens, itu mata asli!" Mia berkata dengan nada mengagumi.
Karen jengkel bukan main. Jangan sampe si bule itu gabung ekskul cheers. Bisa-bisa dia ngerebut popularitas gue di mata para cowok terutama Ronald! Batin Karen jengkel. Sambil sedikit bengong.
"Karen!" Mia menyenggol tangan Karen. "Kok lo malah bengong?" kata Mia pada teman nya yang masih bengong sambil makan bakso.
"Apaan sih Mia?" Karen berkata judes.
"Lo pasti mikirin Ronald yah?" selidik Mia serius. Erlita pun ikut nimbrung tentang pembicaraan itu.
Karen diam sejenak. Ronald. Cowok paling keren di sekolah. Idola mayoritas cewek-cewek di SMA Negeri Jaya Satu.
"Gue ga akan rela kalo si bule itu, jadian sama Ronald!" kata Karen tegas, menegaskan dugaan Mia dan Erlita.
"Karen!" kata Mia serius, "lo ga lihat penampilan Kayla seperti apa? Udah cantik, blasteran, putih, kayak model lagi! Lo yakin bisa bersaing sama dia?" protes Mia sahabatnya mengingatkan.
"Iya, Karen, ntar lo malah malu sendiri loh kalo lo kalah sama si cewek indo itu!" tambah Erlita memperingatkan bahwa percuma kalo Karena berusaha saingan dengan Kayla.
Karen terdiam sejenak. Memikirkan, bagaimana cara bersaing dan menang dengan Kayla. Karen pun memikirkan ciri fisiknya, Karen pun termasuk cewek cantik di sekolah, tubuh Karen langsing bagai model remaja dengan tinggi badan seratus enam puluh centimeter, tinggi rata-rata anak SMA. Wajah Karen pun juga cantik khas indonesia, bermata besar serta hidung yang mancung, wajah asia khas melayu yang manis. Kulit Karen pun mulus putih agak kecokelatan yang terawat karena dia setiap minggu ke salon. Rambut Karen pun panjang sepinggang agak ikal berwarna hitam. Dia termasuk cewek cantik-favorit di SMA. Apalagi Karen kan ikut ekskul cheers yang mayoritas anggotanya cewek-cewek cantik di sekolah.
"Pokoknya, gue ga mau kalah! Sekarang kita bermain lembut-lembut lihat dengan si bule itu!" kata Karen meyakinkan dengan senyuman jahat. Awas kamu Kayla, kalo kamu sampe ngerebut Ronald, aku hancurkan kamu habis-habisan! Batin Karen serius.
"Jadi gimana Karen?" tanya Erlita membuyarkan lamunan Karen.
"Kita amatin aja si cewek indo itu! Kalo ada kesempatan, kita sikat dia!" kata Karen penuh kedengkian.
Erlita dan Mia mengangguk setuju. Mereka tahu Karen tidak pernah main-main dari 'ancaman' nya.
...…