Minggu depan adalah lomba Cheerleader tingkat provinsi. Dua puluh besar sekolah yang masuk final akan mewakili lomba kejuaraan Cheerleader tingkat nasional. Sekarang selama latihan setiap hari, Alana sebagai kapten cheers, berusaha sebaik mungkin membimbing para anggota, begitu juga ibu Lia guru muda ekskul Cheerleader di SMA Negeri Jaya Satu. Mereka latihan dengan giat dan fokus. Tak terkecuali Kayla, yang sebagai anggota baru pun mendapat perhatian khusus dari ibu Lia dan Alana. Kayla memang setiap hari di rumah latihan nge-dance Zumba di rumah, agar tubuh dan gerakan-gerakan nya tidak kaku dan lentur. Kayla pun sanggup berjoget bagaikan anggota Cheers yang lainnya. Alana pun lega melihat Kayla yang mampu nge-dance dengan baik seperti para anggota lainnya. Walaupun, Alana dan bu Lia menaruh Kayla di bagian bawah saja sebagai anggota bagian nge-dance, karena Kayla anak baru banget belum bisa gerakan atlit seperti anggota lainnya.
Latihan telah selesai. Ibu Lia dan Alana lumayan puas melihat kemampuan para anggota, begitu juga kemampuan Kayla. Mereka berdua yakin, Kayla akan jadi pusat perhatian para juri dan akan ada poin tambah karena kecantikan Kayla yang luar biasa!
"Latihan telah selesai! Kalian boleh pulang!" kata ibu Lia, guru ekskul yang masih muda itu berusia sekitar dua puluh tujuh tahun. Para anggota Cheers mulai bubaran. Hari mulai gelap. Dari sekitar jam 15.30 sore mereka latihan setelah pulang sekolah, dan sekarang hampir jam 7 malam di sekolah. Para murid kelelahan. Mereka harus jaga kesehatan fisik untuk lomba minggu depan.
"Kayla!" panggil Alana ketika Kayla sudah siap mau pulang.
"Iya ka?" tanya Kayla polos.
"Kamu latihannya udah bagus. Nge-dance kamu juga udah ok. Ntar pas lomba sesuai formasi latihan yah, kamu bagian nge-dance di bawah saja ga ada adegan kamu di angkat ke atas. Pokoknya simple kalau untuk kamu. Okay?" kata Alana ramah. Tidak terlihat tegas atau pun judes.
"Oh iya ka, baik ka makasih yah." Jawab Kayla lega.
"Sama-sama Kayla cantik. Jaga kesehatan yah." Alana memang begitu baik dengan Kayla senior itu menganggap Kayla cantik-yang lugu.
"Aku pulang dulu yah ka. Makasih." Kayla pamit duluan.
"Iya dek, hati-hati." Jawab Alana kemudian pergi meninggalkan Kayla.
Hari gelap. Lapangan tempat mereka latihan sangat sepi. Kayla sambil berjalan dengan tas ransel yang di punggung nya, berjalan cepat karena firasat Kayla buruk. Malam. Sepi di tengah lapangan sekolah. Hanya ada lampu-lampu yang menerangi jalan. Entah mengapa, Kayla merasa diikuti. Gadis itu berjalan dengan cepat. Oh iya, dia lupa dia harus pulang sekolah naik kendaraan umum, karena kemalaman, tak ada kendaraan umum yang biasa dia tumpangi. Angkot. Kayla pun kadang tak sanggup kalau naik bajai, uang jajan yang mom berikan kadang pas-pasan maka kadang Kayla harus jalan kaki dari sekolah ke rumah yang jaraknya lumayan jauh.
'DEG' jantung Kayla berdetak kencang. Dia mulai panik. Gadis itu menengok kekanan-kekiri. Sepi-gelap. Ga ada siapapun.
Mungkin surat-kaleng itu benar. Ancaman yang naro surat-kaleng di tas ku mungkin bukan-main-main. Pasti itu Erlita yang naro. Tapi kan? cowoknya Erlita bukan Ronald! Mengapa ancaman di surat-kaleng itu 'jangan dekati Ronald' wah ada yang ga beres! Batin Kayla bingung.
Tiba-tiba…
'BUK!' Pukulan keras mendarat di kepala Kayla. Gadis itu jatuh ke tanah karena kepala nya sakit dan pening. Kayla pun melihat wajah orang yang memukul nya menggunakan pukulan golf. Wajah itu memakai topeng. Terlihat dua orang lagi dengan topeng yang sama menghajar Kayla habis-habisan. Kayla menjerit kesakitan dan minta tolong. Tubuh Kayla memar. Dia hampir babak belur di lapangan. Wajah-wajah yang memukuli Kayla tak terlihat tapi menurut pengamatan Kayla, kalau melihat bentuk-lekuk tubuh mereka, ketiga orang bertopeng itu adalah perempuan.
Mereka memukuli Kayla habis-habisan, hingga gadis itu hampir bonyok. Kayla bangkit berdiri, kemudian lari sekencang-kencang nya sambil teriak minta tolong. Ketiga orang bertopeng itu mengejar Kayla, hingga Kayla menemui sebuah rumah sederhana dengan lampu nyala tak jauh dari sekolah.
Gadis itu mengetuk pintu rumah itu sambil teriak panik. "TOLONG! TOLONG!..." teriak Kayla sambil mengetuk rumah sederhana itu.
Seseorang membukakan pintu. Ternyata itu Pak Rendi. Satpam sekolah, dia tinggal di samping sekolah dengan rumah kecil-sederhana yang rapi.
"Ada apa mba???" kata Pak Rendi ikutan panik.
"Pak Rendi? Pak Rendi?" kata Kayla panik sambil teriak.
"Kamu kenapa? Kamu? Kamu? Murid SMA Negeri Jaya Satu?" tanya satpam yang belum kenal Kayla. Tapi Kayla sering melihat Pak Rendi dengan nama nya terpampang di seragam nya kalo sedang jaga di sekolah.
"Saya di pukulin pak barusan oleh tiga orang bertopeng!" adu Kayla pada satpam itu. "Lalu saya lari dan ngelihat rumahnya Pak Rendi maka saya ketok keras-keras, aduh maaf yah pak ganggu malam-malam!" kata Kayla mengeluh. Terlihat Pak Rendi pun khawatir melihat Kayla. Gadis cantik malam-malam sendirian di tempat sepi.
"Kamu… berbekas ga hasil pukulan mereka?" tanya Pak Rendi. "Kalo berbekas, masuk dulu ke dalam rumah ntar di obatin oleh istri saya." Ajak Pak Rendi sopan. Dia memang satpam yang tegas tapi santun dan murah senyum. Terlihat wajah Kayla agak sedikit biru karena di pukul. Tapi gadis itu baik-baik aja.
"Saya baik-baik saja, pak. Sekarang sudah ga ada yang ngikutin saya, saya aman." Kata Kayla lega.
"Kamu telepon saja orang tuamu agar jemput kamu di sini, tunggu saja di rumah saya. Takutnya kamu kenapa-napa kalo pulang sendiri." Kata Pak Rendi memberi saran yang bagus.
Kayla mengangguk sambil tersenyum. Menurutnya Pak Rendi orang nya ramah. Perhatian. Walaupun berperawakan tegas sebagai satpam. "Makasih pak."
"Yuk silahkan masuk. Nama kamu siapa?"
"Nama saya Kayla pak. Saya murid baru disini."
"Oh pantesan saya belum pernah lihat kamu, yuk masuk ntar di siapkan teh manis."
Gadis indo itu memasuki rumah sederhana itu. Sederhana tapi rapi-nyaman. Pak Rendi dan keluarganya sepertinya keluarga harmonis. Dia punya satu anak yang masih sekolah dasar berusia sekitar delapan tahun.
"Kayla, kamu telepon orang tua mu, ceritakan saja musibah yang menimpa kamu. Kalau mereka ga bisa jemput kamu, saya deh yang antar kamu pulang, naik motor kebetulan kerjaan sampingan saya kalo hari libur jadi supir ojek. Lumayan untuk uang tambahan." Kata pak satpam itu ramah.
Gadis itu mengangguk. Dia mengagumi tenggang rasa Pak Rendi. Menurutnya, pak satpam itu orang yang baik.
"Ga usah pak takut merepotkan. Aku telepon ibu ku saja." Kata Kayla.
"Oh oklah yang penting kamu baik-baik aja."
***
"APA??? KAMU DIGEBUGIN???" mom berkata dengan nada panik di telepon. "TERUS SEKARANG KAMU DIMANA???" mom nyaris teriak karena panik.
"Mom tenang… sekarang aku aman di rumah Pak Rendi satpam di sekolah, mom tenang aku baik-baik aja kok. Hanya sedikit bonyok di bagian dahi dan tangan-kaki." Kata Kayla berusaha menenangkan mom.
"Kalo gitu mom segera jemput kamu naik taksi!" kata mom khawatir.
"Ok mom, alamat nya sesuai sharelok yah!" telepon di tutup. Kayla tau bagaimana paniknya mom kalo melihat tangan-kaki nya babak belur di hajar habis-habisan.
Tujuan ketiga orang bertopeng adalah agar Kayla tak bisa ikut lomba kejuaraan Cheerleader. Karena mayoritas yang nonton memang cowok-cowok keren dan kaya, mereka bertiga orang bertopeng itu tak mau Kayla menjadi primadona di sana. Terutama Erlita, yang cemburu-gila pada gadis blasteran itu.
Sekarang Kayla di rumah Pak Rendi. Sedang menunggu mom datang. Dia ngobrol akrab dengan Pak Rendi dan istri nya, mereka keluarga harmonis. Pak Rendi kadang suka bercanda dengan istrinya, senyuman di wajah-wajah mereka terlihat bahwa mereka keluarga sederhana yang bahagia. Kayla terharu melihatnya, dan Kayla bersukur pada Alloh SWT karena kebaikan Pak Rendi dan istrinya.
...…