Suara ricuh terdengar di dalam bus. Orang-orang saling mengobrol dan ada pula yang tengah menyanyi. Di kursi nomor 4 dari kanan terlihat seorang gadis yang juga ikut bersenandung dengan yang lainnya.
Katherine Laurence, gadis berusia 18 tahun awal itu terlihat gembira, sesekali menjahili teman sebangkunya.
"Oh Kathe, hentikan. Aku sedang memakai lipstik." Keluhnya.
Katherine hanya tertawa menanggapi keluhan sahabatnya itu.
2 jam berlalu akhirnya bus itu berhenti di sebuah penginapan. Semua orang turun termasuk bus yang ada di belakang bus yang di tumpangi Katherine.
"Kathe, Hanah."
Mereka berdua menoleh, terlihat seorang pria berjalan cepat kearah mereka.
"Ingin langsung bermain ski?."
"Kau saja. Aku ingin bermain skating dulu hari ini." Jawab Katherine dan di angguki Hanah.
Pria itu mengangguk mengerti seraya berseru "oke."
Pria itu lalu melirik hanah, dahinya mengernyit melihat penampilan gadis itu.
"Kau memakai makeup?."
"Apa kau ingin berkencan." Ucap Pria itu.
Hanah berdecak sebal "Diam kau Allan." Lalu melenggang masuk meninggalkan mereka berdua.
Pria yang di panggil Allan hanya menggeleng heran dan Katherine yang mendengarnya pun tertawa. Katherine menepuk pundak Allan untuk mengajaknya masuk ke dalam penginapan.
Hari ini kelas Katherine mengadakan liburan terakhir sebelum ujian kelulusan. Katherine sangat senang karena liburan sekolahnya kali ini adalah bermain permainan bersalju. Karena Katherine sendiri hobi bermain ski.
Katherine meletakan barang-barangnya lalu bergegas menuju lapangan ski. Dia sudah siap, senyuman semangatnya mengembang sangat lebar, lalu segera terjun ke dalam lapangan es di depannya. Hanah yang tertinggal mengangkat tangannya seperti berkata 'kau melupakanku'. Gadis itu menghela nafas pasrah. Hanah olahraga ini adalah kesukaan gadis itu jadi dia hanya pasrah berseluncur sendiri di pinggir lapangan.
Katherine begitu menikmati permainannya saking menikmatinya, dia bahkan lupa jika di sana tak hanya dirinya dan membuat semua orang yang melihatnya berdecak kagum dengan permainannya.
Tubuhnya berputar cepat lalu berhenti dengan cara membungkuk, kaki kirinya menekuk dan kaki kanannya lurus kebelakang seraya membentuk lingkaran secara pelan.
Permainannya selesai dan saat itu lah suara tepuk tangan menggema. Katherine membungkuk malu lalu bergegas pergi kearah Hanah yang berada di pinggiran.
"Kau selalu luar biasa. Kathe" Puji Hanah.
Katherine hanya tersenyum, dia masih malu karena dia lepas kendali tadi.
Katherine dan Hanah kembali ke penginapan untuk beristirahat. Mereka saling mengobrol, lebih tepatnya Katherine mendengarkan Hanah yang menceritakan tetang pria tampan yang ia temu di lapangan sketing tadi.
"Jangan tertipu Hanah, biasanya pria tampan seperti itu playboy."
"Mana mungkin. Dia terlihat baik." Bela Hanah.
Katherine hanya menggeleng tak habis pikir dengang gadis itu. Dia pasrah lalu melenggang ke kasurnya untuk tidur.
"Kau sudah ingin tidur?."
"Hem." Jawab Katherine.
Hanah mengedikan bahunya lalu menyusul Katherine. Hanah memeluk Katherine dari belakang kedang kuat membuat Katherine berteriak karena sesak dan pada akhirnya mereka berkelahi seraya tertawa.
Keesokan harinya mereka bertiga Katherine, Hanah, dan juga Allan menaiki kreta gantung untuk menuju puncak gunung. Mereka akan snowboarding sekarang.
Di dalam kereta Katherine tersenyum cerah melihat hutan pinus yang tertutupi salju di bawah kaki gunung itu. Sedangkan Hanah dan Allan mengobrol.
Tak sengaja Katherine melihat sesuatu yang aneh. Dia mengernyit mencoba melihat lebih jelas. Setelah ia tahu apa itu, dia segera memanggil Hanah dan Allan untuk melihatnya juga.
"Hanah, Allan. Lihat itu."
"Ada apa?."
Mereka berdua mendekat kearah jendela yang ada di sisi Katherine, mencoba melihat apa yang ingin di tunjukan oleh gadis itu.
"Kau bisa lihat itu?. Di dekat pohon sebrang tebing." Tunjuk Katherine.
Hanah semakin menjepit Katherine karena tak melihat apa-apa sedangkan Allan yang duduk berhadapan dengan Katherine mengernyit bingung.
"Ah sudahlah. Sudah tidak terlihat." Keluh Katherine seraya menggeser hanah dari nya.
"Memangnya apa yang kau lihat?." Tanya Allan dan di angguki oleh Hanah.
"Pegasus." Jawabnya dengan muka serius.
"Hah." Suara Hanah menggema.
"Bercandamu tak lucu kathe." Sambungnya.
"Apa kau demam Kathe?. Pagi ini cuaca dinginnya memang meningkat." Ucap Allah.
Katherine berdecak sebal lalu menyandarkan punggungnya. Sesampainya di atas, mereka turun dan bersiap-siap untuk bermain.
Katherine merasakan ada yang menatapnya dengan kebencian. Dia tahu siapa itu namun tak ingin menanggapinya.
Permainan snowboarding di mulai, orang-orang mulai berseluncur. Hanah pun mulai turun bersama Allan di susul Katherine yang sedang mempersiapkan keberaniannya.
Katherine tak terlalu pandai bermain seperti Allan dan Hanah, jadi ia harus memulainya perlahan.
Di tengah perjalanan papan skinya menabrak batu yang tertutup salju membuatnya terjatuh terduduk. Dari arah belakang terlihat seorang gadis meluncur kearahnya lalu..
Bruk!
Katherine terguling kesamping sedikit. Gadis itu berhenti.
"Jika tak bisa bermain pulang saja. Jangan menghalangi orang lain." Setunya ketus kemudian berlalu pergi.
Gadis itu bernama Chesy. Wanita yang tadi menatap Katherine. Chesy membenci Katherine karena pria yang dia sukai lebih dekat dengan Katherine dari pada dirinya.
Katherine hanya melongo tak habis pikir pada gadis itu. Katherine bengkit, mebersihkan pakaiannya dari salju lalu membenarkan papan ski yang menempel pada kakinya. Sial sekali dia hari ini.
Tak banyak pikir lagi, Katherine kembali meluncur namun sialnya lagi papan seluncur nya malah mengarah ke jalur kiri, dimana pembatas tebing berada.
Katherine segera menghentikan laju papan skinya dan menabrakan diri ke arah pohon. Jika tidak mungkin dia terglincir dan terjatuh kedalam jurang.
Katherine meringis kesakitan. Lalu mencoba menyingkirkan salju yang menutupi wajahnya. Katherine memlepaskan kacamata ski nya lalu berbaring di sana, dia kelelahan dan pasrah. Sungguh hari yang sial, pikirnya.
Dia menatap ranting pohon di atasnya dalam diam. Mencoba menenangkan rasa berdebar di jantungnya. Benar kata Allan cuaca hari ini lebih dingin dari kemarin.
Setelah beberapa menit Katherine bangkit. Mencoba berdiri untuk memulai berseluncur lagi.
Tiba-tiba ia mendengar suara seekor kuda yang cukup melengking di telinganya. Dia menoleh ke arah tebing dan betapa terkejutnya ia mendapati seekor kuda bersayap tengah terbang di sana.
Katherine terpesona melihat hewan ajab itu lalu tanpa sadar dirinya berjalan sedikit kearah hewan itu namun lagi-lagi ia terglincir. Tubuhnya terprosok ke bawah, kearah tebing. Dia berusaha berhenti dengan menancapkan tongkat skinya ke dalam salju namun gagal dan akhirnya dia terjatuh kedalam tebing tanpa satupun orang yang melihatnya.
Di sisi lain, Allan dan Hanah yang sudah tiba di bawah tebing melepas papan ski mereka.
"Mana Kathe?." Tanya Hanah.
"Tadi di belakangku." Jawab Allan.
Mereka berdua melihat kearah bukit di mana tempat untuk bermain ski. Orang-orang mulai berdatangan namun mata mereka tak kunjung melihat keberadaan Katherine.
Dengan cemas mereka berdua menanyakan keberadaan Katherine pada teman-teman sekelas mereka yang juga bermain ski. Mereka semua menggeleng tak tahu membuat Hanah dan Allan panik bukan main.
Allan meminta Hanah untuk melapor pada gurunya tetang hilangnya Katherine sedangkan dirinya pergi ke petugas keamanan tempat itu.
Di sisi lain Katherine baru saja sadar dari pingsannya. Dia memegang pergelangan tangannya yang terasa ngilu.
Katherine belum sadar bahwa hutan yang ia singgahi saat ini berbeda bahkan tak bersalju. Saat ia merasa panaslah baru menyadarinya.
"Di mana ini?." Gumamnya seraya melihat ke sekelilingnya.
Katherine segera melepas tongkat ski yang ada di tangan kanannya dan sebelahnya sudah entah ada di mana lalu melepas papan seluncur dan juga pakaian skinya. Menyisahkan pakaian lapis paling dalam.
Dia berjalan kedepan, memutar tubuhnya dan mendongak untuk melihat lebih jelas sekelilingnya. Hutan pinus, hanya itu yang ia lihat. Bahkan tebing tempat ia terjatuhpun tak terlihat ada di mana.
Suhu di tempat itu hangat berbeda dengan tempat sebelumnya. Katherine menyeka rambutnya kebelakang seraya menggigit bibirnya pelan, merasa bingung dengan tempat yang ia singgahi saat ini.
Tiba-tiba suara auman hewan terdengar. Katherine menjengit kaget, memperhatikan sekitar untuk mencari sumber suara.
Perasaannya tak enak lalu dia bergegas pergi dengan membawa tongkat seluncurnya saja untuk di gunakan sebagai senjata.
Suara-suara aneh semakin terdengar di telinganya. Katherine semakin waspada kalau kalau hewan buas yang ia temui. Dan benar saja, dua ekor serigala berdiri di tas batang kayu besar menatapnya. Mulutnya terbuka memperlihatkan gigi taringnya yang begitu besar dan tajam beserta air liurnya yang menetes menandakan rasa lapar.
Katherine panik, dia segera berjalan mundur dengan tongkat mengacung di depannya. Tangannya bergetar lalu berbalik dan berlari pergi.
Serigala-serigala itu mengejarnya, mereka sudah ada di sisi kanan dan kiri Katherine membuat gadis itu ketakutan. Salah satu serigala itu menyerangnya dan berhasil melukai kaki kirinya.
Katherine tersungkur, memegangi kakinya yang bercucuran darah. Dia merangkak mundur, punggungnya membentur pohon tumbang penuh lumut di belakangnya.
Saking takutnya Katherine bahkan tak bisa mengeluarkan suaranya. Dia mengacungkun tongkat ski nya lagi kearah serigala yang perlahan mendekatinya.
Apa dia akan mati?
Tiba-tiba suara lolongan terdengar dari atas kepalanya dan melihat seekor serigala abu-abu menerjang kedua serigala itu. Katherine semakin ketakutan karena bertambah lagi hewan buas yang ingin memangsanya.
"Kau baik-baik saja?."
Katherine menoleh cepat dengan kaget. Seorang wanita menatapnya cemas lalu membantunya berdiri. Wanita itu membawa Katherine meninggalkan tempat itu yang tengah terjadinya perkelahian antar serigala.
Katherine berjalan tertatih, menahan sakit di kakinya di bantu seorang wanita. Wajahnya mulai pucat sampai akhirnya ia jatuh pingsan.