Chapter 15 - Identitas rahasia

Di sebuah ruangan seorang wanita meremas tangannya dengan gelisah dan 2 orang pria lainnya yang juga diam dengan cemas.

"Bagaimana jika meminta bantuan?." Wanita itu tiba-tiba berseru.

"Tidak. tidak ada yang bisa di percaya di Negeri Arda kecuali bangsa peri. Dan juga mereka sulit di temui." Pria yang tengah duduk di balik mejanya menanggapi.

"Jika pun ada, leluhur kita tidak mungkin melarikan diri ke dunia luar di masa lalu. Dan kita tidak harus terus bersembunyi seperti ini." sahut pria satunya lagi.

"Seharusnya dulu biarkan aku saja yang merawat dan membesarkannya. Bukan manusia yang tidak tahu apa-apa seperti mereka. Dan sekarang mereka harus terlibat dengan masalah kita." Wanita itu berseru kesal.

Pria yang duduk di balik mejanya itu pun juga merasa menyesal namun itu adalah keputusan dari orang yang lebih berhak dari mereka. Mereka hanya di perintahkan untuk mengantar dan mengawasinya saja.

"Lupakan. Ane, ambilkan buku itu." seru pria yang berdiri di dekat lemari.

Wanita yang di panggil Ane itu segera berlari keluar. 5 menit kemudian kembali dengan membawa 2 buku di tangannya namun wajahnya terlihat sedikit gelisah.

"Hanya ada 2." Ane berseru seraya menunjukan kedua buku itu.

Buku berwarna putih dan yang satunya berwarna merah. Masing-masing memiliki ukiran yang unik dan rumit pada sampulnya.

"Dimana yang satunya?."

"Aku tidak menemukannya di manapun." Ane menjawab. Dia meletakan kedua buku itu ke atas meja.

"Maksudmu hilang?." Pria dengan luka di plipis matanya itu terus bertanya.

"Apa Allan yang mengambilnya?." Pria di balik meja itu bertanya seraya menatap Ane.

"Aku tidak tahu. Tapi bagaimana dia tahu tempat buku-buku ini?. Aku sudah menyembunyikannya di tempat yang sangat aman." Ane menggeleng lalu sedikit mundur dan merasa bingung.

"Kalian masih belum memberi tahu Allan?." Pria yang berdiri di dekat lemari itu bertanya dengan alis yang terangkat.

"Tidak. Aku tidak akan memberi tahu tentang kita padanya. Aku ingin dia hidup selayaknya manusia normal lainnya dan menjauhkannya dari bahaya." Erwin, pria yang duduk di balik meja itu menjelaskan alasannya.

"Kau tidak bisa melakukan itu Erwin. Dia adalah penerusmu, pemimpin ras kita selanjutnya." Pria itu berucap tidak terima.

Erwin hanya diam. Dia juga memikirkan hal itu, tetapi dia juga tidak ingin putranya dalam bahaya. Dia ingin putranya aman. Ane yang mendengarnya pun hanya diam, dia tidak bisa menentang keputusan suaminya.

"Kau pemimpin kelompok Edwin. Jangan egois. Jika kau memutuskan sesuka hatimu seperti ini kelomopok kita akan hancur." pria itu terdiam sejenak sebelum kembali bersuara.

"Ingat itu baik-baik Erwin. Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa di pertemuan kelompok besok dan aku harap putramu juga hadir."

Pria itu berbalik, melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Erwin dan Ane yang masih diam di tempat mereka masing-masing.

≈≈≈≈

Hampir menjelang subuh Allan baru tiba di rumahnya. Dia di kejutkan dengan kehadiran seorang pria yang menatapnya tajam seraya berjalan keluar dari rumahnya.

Tamu di jam 3 subuh?.

Dia menoleh kearah Ibunya yang baru keluar dari ruang kerja ayahnya lalu segera menghampiri wanita itu.

Ane sedikit terkejut melihat putranya yang sudah ada di rumah. Menatap kepergian pria itu sekilas lalu beralih menatap putranya seraya tersenyum tipis.

"Siapa orang itu?."

"Teman lama Mommy dan Daddy."

Allan sedikit curiga dan hendak bertanya kembali namun sura pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.

Erwin keluar dari ruang kerjanya kemudian meminta Allan untuk masuk kedalam. "Allan masuk. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Allan bingung namun tetap pergi mengikiti ayahnya yang kembali masuk kedalam ruang kerjanya. Ane juga mengikuti mereka.

"Untuk apa orang tadi berkunjung jam segini?."

"Urusan pekerjaan." Erwin menjawab seadanya setelah berbalik menghadap Allan kemudian mengajukan sebuah pertanyaan pada pria itu.

"Allan. Di mana buku itu?.

Allan mengernyit bingung. "Buku? buku apa?."

"Buku bersampul daun plam."

"Oh, buku 'Negeri Fantasy' itu. Katherine meminjamnya beberapa hari yang lalu." Allan menjawab seadanya.

Negeri Fantasy?. Ah syukurlah mantranya tidak hilang. Itu artinya buku itu hanya berisi sebagiannya saja dan menghilangkan sebagiannya lagi yang menceritakan tentang konflik di masa lalu. Ane bernafas lega begitu pun Erwin menbuat Allan yang melihat itu mengernyit heran. Apa masalahnya?.

"Baiklah. Kau bisa keluar sekarang." Erwin berucap.

Dan Allan hanya menurut saja. Toh tidak ada yang harus di bicarakan lagi dengan kedua orang tuanya. Tentang hilangnya Katherine dan Cassandra, mereka sudah mendengarnya saat pergi ke rumah sakit saat menjenguk Teresa beberapa jam yang lalu.

"Oh ya. Besok pagi pergi dan ambil buku itu." Erwin berseru membuat Allan menghentikan langkahnya sejenak untuk mendengarkan kemudian mengangguk sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan itu.

"Lalu bagaimana sekarang?. Jika benar yang membawa Katherine dan Cassandra adalah kaum Vampir kemungkinan mereka sudah meninggal sekarang. Apa yang akan kita sampaikan pada yang lain?. Terutama.." Ane bertanya dengan cemas.

"Aku rasa tidak. Mereka masih hidup." Erwin menyangkal.

"Kau ingat saat Katherine menghilang saat di gunung ski?. Ada seseorang yang menolongnya. Aku tidak yakin kalau mereka adalah manusia biasa sekalipun aku tidak bertemu langsung dengan mereka." lanjutnya.

"Siapa?." Ane berpikir sejenak lalu langsung mendongak menatap suaminya dengan sedikit ragu. "Kaum Werewolf?."

Erwin hanya diam. Tidak menyangkal ataupun membenarkan. Karena setahunya kaum Werewolf adalah ras kepercayaan raja negeri Arda namun tak banyak juga dari mereka yang berkhianat di masa lalu.

Jadi Erwin pun merasa tak yakin tetapi juga berharap bahwa benar mereka yang menyelamatkan Katherine saat itu dan juga sekarang.