Chapter 4 - Mate

Damian sedang berada di sebuah ruangan yang gelap, hanya ada 2 buah obor sebagai penerangannya di sana. Damian menatap tajam dua orang yang terikat rantai di dalam sel. Tubuh kedua orang tersebut penuh darah, luka sayatan tampak jelas di tubuh mereka yang telanjang dada.

Cambukan kembali mereka rasakan dari seorang pria yang berdiri tak jauh dari mereka. Sudah berjam-jam introgasi itu berlangsung dan mereka masih enggan berbicara.

"Berbicaralah atau kalian akan mati di sini." Seru Dean yang berdiri tak jauh dari jeruji besi yang memisahkan mereka.

Pandangan Damian beralih kedalam sel di sebelahnya di sana pun ada 2 orang yang meringkuk ketakutan dengan luka yang cukup untuk membuat mereka bergetar ketakutan.

Ya, mereka lah yang mengejar Katherine dan membuat gadis itu terluka. Berbeda dengan 2 orang yang tengah di cambuk itu, mereka adalah seorang penghianat.

Damian beranjak dari duduknya kemudian memerintah Ethan untuk terus mengintrogasi penghianat itu dan juga kedua ogre (werewolf liar yang tak memiliki kelompok/pack). Damian berjalan pergi, menaiki anak tangga menuju pintu keluar dan di ikuti Dean.

"Yang Mulia." Sapa seorang pria setengah baya seraya membungkuk, memberi hormat. Di ikuti kelima orang yang berdiri di belakangnya.

"Kami yang akan mengatasi masalah ini Yang Mulia." Pria itu berucap kembali.

"Lakukan. Ethan akan membantumu." Jawab Damian.

Kemudian Damina beralih menatap pria yang sedari tadi mengikutinya. Tanpa mengatakan apapun, pria itu mengerti dan segera menjawab.

"Arlen sudah tiba di sana pagi tadi Yang Mulia."

Tempat yang di maksud adalah pondok dimana Katherine berada. Setelah mendapat jawaban, Damian kembali berjalan, meninggalkan orang-orang di sana.

Sebelumnya terjadi kehebohan di mansion Roter Mond Pack (nama sebuah kelompok werewolf). Orang-orang berbondong-bondong menyambut kedatangan Raja mereka yang datang tiba-tiba. Dan sekarang mereka menatap Dean penuh pertanyaan.

Dean sebenarnya orang yang tidak terlalu kaku jadi setelah Damian pergi dia terlihat biasa saja malahan menampilkan aura yang menyenangkan.

Dean menghela nafas dan mengatakan pada mereka semua bahwa dia pun tak tahu menahu tentang semua ini. Dean pikir Tuan nya itu datang hanya untuk melihat para penghianat itu yang sudah beberapa hari terkuring di sana meskipun sebenarnya itu pun membuatnya terheran-heran dengan sekap Tuan nya yang tak seperti biasa.

Damian tak pernah meninggalkan istana meskipun terjadi kekacauan sekalipun. Bukan karena tak peduli, malahan ia melakukan nya untuk mengurangi ketakuatan yang di rasakan penduduknya karena dirinya. Damian hanya akan memerintahkan Dean atau Ethan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi. Lagi pula untuk apa sang puanguasa negeri ini harus turun tangan sendiri? dia memiliki bawahan yang akan menyelesaikannya bukan?.

Tetapi kali ini berbeda, Damian meninggalkan istananya menuju wilayah hutan Lycanthrope wilayah kaum werewolf yang membuat sang Alpha (pemimpin kelompok kaum werewolf) kebingungan setengah mati melihat kedatangan Raja nya. Namun teryata Damian datang ke sana dengan niat lain.

Dia hanya mendengar kalau Tuan nya memerintahkan Ethan untuk membantu anak buah Alpha Simon menangkap serigala-serigala yang menyerang seorang gadis manusia yang di selamatkan oleh anak buah Alpha Simon itu sebelumnya. Apa hubungan manusia itu dengan Tuan nya pun Dean tak tahu.

Untuk sekian kalinya pun Dean di buat kebingungan. Tak biasanya Tuan nya peduli dengan orang lain apa lagi seorang manusia. Atau.. Dean melongo, menatap orang-orang di sana dengan tatapan terkejut membuat mereka pun semakin penasaran.

"Jangan-jangan gadis manusia itu mate Yang Mulia."

≈≈≈≈≈≈≈

Malam pun tiba namun Katherine belum juga bisa memejamkan mata. Dia masih memikirkan banyak hal tentang semua yang di ceritakan Jessy padanya.

Entah berapa kali Katherine di buat terkejut dengan cerita Jessy. Dia menghela nafas lelah, lalu dia teringat makan malamnya tadi.

Huek..

Tiba-tiba perutnya bergemuruh mual. Katherine menutup mulutnya seraya mencondongkan tubuhnya kesamping, menjatuhkan kepalanya ke bawah ranjang.

Daging kelinci. Ah sial, Katherine tak bisa makan daging kelinci. meskipun di buat masakan yang sangat lezat sekali pun. Kalaupun harus memakannya seharusnya tadi dia tak usah bertanya saja daging apa yang ia makan.

"Apa yang terjadi?."

Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pangkal lehernya dan merasakan pijatan ringan di sana. Dari suara dan ukuran tangan di lehernya Katherine tahu kalau orang itu adalah seorang pria.

Katherine mendongakan kepalanya, menaruh sikunya pada ranjang sebagai tumpuan. Dengan mulut yang sedikit terbuka dan nafas tersenggal Katherine melihat pria dengan paras rupawan menatapnya khawatir.

Katherine terdiam sebentar sebelum akhirnya mengubah posisinya menjadi duduk. Dan ya, pria itu juga membantunya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

Baru saja Katherine duduk dengan benar pintu kamarnya di ketuk kemudian masuk 2 orang pria, di belakangnya terlihat Jessy dan satu pria lain nya berdiri di luar pintu.

Damian berjalan mundur di gantikan oleh Arlen, seorang tabib istana. Katherine mengetahui namanya dari Jessy. Dan pria yang terus menatapnya khawatir itu bukan lain adalah Damian, Damian Nyxe Callister sang penguasa Negeri Arda.

Dia linglung melihat banyaknya orang yang memperhatikannya. Dia hanya merasa mual sedikit saja tapi malah seperti ada bencana. Dan.. bagaimana mereka tahu?

"Dia mengalami gangguan pencernaan ringan Yang Mulia. Saya akan membuatkan ramuannya segera." Ucap Arlen kemudian berjalan meninggalkan ruangan.

Damian kembali berdiri di samping Katherine lalu membelai lembut puncak kepala gadis itu. Di perlakukan seperti itu membuat Katherine berjengit kaget tapi tak berani menghindar. Takut-takut jika ia menghindar malah akan membuat pria itu marah dan membunuhnya?.

Tiba-tiba Katherine sedikit merasa merinding.

Mendengar penuturan Arlan, Jessy berlari masuk dengan terburu-buru kemudian bersujud menghadap Damian. Katherine yang melihat itu mendelik kaget.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya pantas di hukum." Jessy berseru dengan gemetar.

Katherine melihat Jessy yang seperti itu panik. Dia segera mendongak menatap Damian yang masih setia dengan kegiatannya.

"Itu bukan salah Jessy. Aku yang tidak memberitahu dia kalau aku tak bisa memakan daging kelinci." Jelas Katherine mencoba membela Jessy.

Damian masih diam untuk beberapa detik kemudian memerintahkan semua orang yang ada di sana keluar, meninggalkan mereka berdua saja.