3 hari sebelumnya.
Hanah dan Allan panik. Mereka bertanya kesana kemari kepada teman-teman mereka namun tidak ada yang melihat Katherine. Akhirnya meminta bantuan pada petugas tempat itu.
Allan menepuk pundak Hanah yang terlihat sangat khawatir. "Jika 1 jam kami belum kembali telfon polisi." pesannya pada Hanah. gadis itu mengangguk mengerti.
Allen pergi bersama petugas keamanan dan beberapa teman laki-laki nya ke atas gunung tempat bermain ski tadi. menyelusuri tempat itu seraya berteriak memanggil Katherine.
"KATHE. DI MANA KAU. KATHERINE." Allan berteriak keras.
Hanah menunggu dengan cemas di depan penginapan. Dia terus bolak-balik karena gelisah. Dia melirik jam di handphone nya berulang kali hingga tak terasa 1 jam telah berlalu.
Dengan segera Hanah menelfon polisi, meminta bantuan.
Kurang dari setengah jam akhirnya polisi beserta tim penyelamat datang. Mereka menanyai kronologinya terlebih dahulu pada Hanah sebelum melakukan pencarian mereka.
Di sisi lain, Chesy yang mendengar Katherine menghilang tersenyum puas. Senang rasanya saingannya itu menghilang.
Seorang guru meminta semua murid perempuan untuk kembali kedalam penginapan supaya polisi dan tim penyelamat bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal.
Setelah menghubungi polisi Hanah juga langsung menghubungi keluarga Katherine. Mereka sedang dalam perjalanan jadi Hanah tetap berdiri di depan teras penginapan untuk menunggu mereka datang.
"Kenapa mereka belum sampai." Hanah begumam. Masih dengan kepanikannya.
Salju yang sudah sangat lebat mengakibatkan jalanan macet. Keluarga Katherine yang sedang dalam perjalanan harus menunggu dengan sabar di belakan mobil pembersih salju di depannya.
Teresa, ibu Katherine menatap jalanan dengan gusar. Dia gelisah, ingin segera cepat sampai pada tujuan.
Hampir 3 jam kemudian keluarga Katherine akhirnya sampai. Teresa berjalan kearah Hanah di susul suaminya dan juga anak bungsunya yang hanya berjalan santai tak peduli. Hanah langsung membalas pelukan Teresa saat wanita itu memeluknya.
"Hanah apa yang terjadi dengan Kathe?." Tanya Teresa.
"Kathe hilang saat bermain ski. Sebelumnya dia ada di belakangku dan Allan tapi saat sudah di bawah Kathe tidak ada." Cerita Hanah.
"Kami sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu juga." Lanjutnya. Matanya yang sudah bengkak kembali mengeluarkan air mata.
Teresa menutup mulutnya tak percaya. Teresa terisak pelan lalu bersandar di dada suaminya yang langsung di dekap oleh suaminya itu lalu menenangkannya. James, Ayah Katherine pun sebenarnya sangat panik hanya saja dia harus bisa tenang untuk istrinya.
Keesokan harinya tim penyelamat menemukan tongkat ski di pinggir tebing. Hanya ada sebelah dan tak ada tanda-tanda lainnya yang berhasil mereka temukan.
Mereka mengabari pihak keluarga membuat Teresa dan Hanah semakin takut dan kembali menangis. Tim penyelamat mencari Katherine hingga ke bawah tebing dan di sekitarnya, berharap Katherine segera di temukan. Meskipun hanya jenazahnya saja.
Tentu saja, tubuh manusia tak akan bertahan lama jika terkubur salju. Mereka hanya bisa bertahan beberapa menit saja sebelum akhirnya mati membeku. Dan kemungkinan Katherine terkubur sudah lebih dari 24 jam. Meskipun begitu mereka terus mencari Katherine. Berharap gadis itu segera di temukan.
Karena insiden ini pun semua murid di pulangkan bahkan murid laki-laki yang ikut membatu sebelumnya akhirnya di giring untuk kembali. Hanah dan Allan menolak untuk ikut kembali jadi mereka bersama keluarga Katherine di sana menunggu polisi dan tim penyelamat menemukan Katherine.
Pencarian terus berlanjut hingga hari ke 3. Dan di hari itu pencarian di hentikan untuk sementara waktu. suhu udara yang meningkat tidak memungkinkan untuk melanjutkan percarian.
Selama 3 hari ini pun Teresa terus menangis. James sudah terlihat sangat kelelahan karena khawatir dengan Katherine dan juga istri nya yang begitu kacau.
"Kenapa harus di hentikan?. Kalau begitu biar aku saja yang mencarinya."
"Sayang, hanya di hentikan sementara. Lihat cuacanya tak mungkin pencariannya di lanjutkan sekarang." James mencoba menenangkan istrinya.
"Benar nyonya. Kami akan melanjutkannya lagi setelah suhu di luar turun."
"Tidak. Aku akan tetap mencari putriku." Teresa berlari keluar hendak mencari Katherine seorang diri.
"Teresa." James bergegas menyusul istrinya. Dia semakin panik melihat Teresa tak bisa mengontrol dirinya lagi.
Cassandra, Adik Katherine berdecak marah. Kenapa ibunya harus sampai seperti itu hanya karena Katherine.
"Mom, Dad"
Sebelum benar-benar pergi ke atas gunung bersalju yang cuacanya tidak memungkinkan untuk pergi ke sana, mereka melihat sosok gadis yang mereka kenali. Berjalan kearah mereka bersama dua orang yang tak mereka kenali.
Teresa berlari kearah Katherine. Memeluk gadis itu erat. Kemudian melepasnya, menangkup kedua pipi Katherine dengan penuh kekhawatirannya.
"Kau baik-baik saja sayang?." Tanya Teresa.
Katherine merasa sangat bersalah terlebih lagi melihat ibunya yang terlihat berantakan di depannya ini.
Katherine mengangguk "Aku baik-baik saja mom."
James yang berada di belakang Teresa membelai kepala putrinya dengan perasaan lega. "Kemana saja kamu? Kami mencarimu kemana-mana." Ucap James.
Dari arah penginapan Hanah dan Allan tersenyum lega. Akhirnya sahabat nya itu kembali dengan selamat. Mereka pun berjalan mendekat. Sedangkan Cassandra yang baru saja keluar terlihat tak senang. Cassandra berjalan masuk kembali ke dalam penginapan meninggalkan petugas kepolisian yang masih di sana.
Para polisi dan tim penyelamat akhirnya pamit untuk pergi karena orang yang mereka cari akhirnya di temukan. Ah, lebih tepatnya kembali dengan keadaan selamat.
"Mom senang kau baik-baik saja sayang." Ucap Teresa yang menggenggam tangan Katherine sedari tadi.
Kini mereka sudah berada di dalam penginapan. Katherine duduk berdampingan dengan ibunya, Hanah dan Allan duduk berdampingan juga dan Cassandra yang asik memainkan ponselnya di kursi single. Ayah Katherine, Immanuel dan Jessy berdiri di dekat sofa mereka.
"Kalian yang menemukan Kathe?." Ucap James menatap Immanuel dan Jessy bergantian.
Jessy dan Immanuel mengangguk lalu Immanuel mulai menjelaskan kejadiannya.
"Kami sedang menebang pohon di dekat sini tidak sengaja menemukan Katherine di bawah tebing, jadi kami bawa ke rumah kami yang berada di dekat sungai. Katherine terluka jadi kami merawatnya dulu sampai keadaanya membaik barulah kami mengantarkannya kembali. Maaf kami tidak menghubungi pihak penginapan atau polisi sebelumnya. Kami tidak tahu kalau akan jadi seperti ini."
Mereka semua mengangguk mengerti kemudian tersenyum lega. Rasa khawatir yang melanda mereka selama berhari-hari hilang sudah.
"Terima kasih banyak. Jika tidak ada kalian mungkin Kathe tidak akan selamat." Ucap Teresa.
"Ah ya Saya Ayahnya Kathe, James Laurence." James mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Immanuel.
"Saya Immanuel dan ini istri saya Jessy." Jawab Immanuel.
Tangan James beralih kearah Jessy untuk berjabat tangan. Kemudian James memperkenalkan istri, putri bungsunya dan juga kedua sahabat Katherine.
Penanggung jawab tempat itu menghampiri James. Meminta maaf atas kurangnya keamanan yang mereka buat. Mereka terus berbincang membuat Cassandra yang merasa terasingkan itu bosan.
Cassandra bangkit dari duduknya, berjalan kebelakang Immanuel dan Jessy lalu bergumam. "Seharusnya kalian biarkan saja dia mati membeku di sana." Setelah itu Cassandra berlalu pergi meninggalkan mereka semua.
Mendengar ucapan dari gadis itu, Immanuel dan Jessy saling pandang dengan terkejut. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu pada saudaranya sendiri. Jessy mulai khawatir, dia menatap Katherine yang tengah menyesap minumannya.