Chereads / ANOTHER WORLD : The Human Wife And The Red Diamond / Chapter 12 - Katherine dan Damian

Chapter 12 - Katherine dan Damian

"Uwah.." Katherine menatap takjub pemandangan di depannya. Padang rumput dengan danau di bawah kaki gunung. Sinar bulan dan bintang yang cukup terang membuat tempat itu semakin tampak cantik. Belum lagi puluhan kuda yang tengah mengistirahatkan diri di sana.

Damian segera menurunkan Katherine dari gendongannya. Gadis itu berjalan sesikit kedepan dengan senyum lebarnya.

"Bukankah itu pegasus?." Katherine bertanya saat pandangannya tertuju pada sekumpulan kuda yang berada di depan sana.

"Ya, Kau suka?." ucap Damian, mensejajarkan diri di samping Katherine.

Katherine mengangguk seraya bergumam sebagai tanggapan kemudian menoleh, memperhatikan Damian yang memandang kedepan dalam diam.

Melihat pria di sampingnya Katherine tiba-tiba teringat sesuatu. Di dalam buku milik E.Varva tertulis bahwa Damian memiliki darah dari 3 ras yaitu ras iblis, malaikat, dan Elf. Namun darah ras iblisnya lebih mendominasi membuat pria itu di takuti oleh semua orang. Karena itu Damian di larang keluar istana supaya tidak membuat penduduk ketakutan.

Bahkan ada beberapa kejadian yang membuat Damian semakin di takuti seperti pembantaian satu pack kaum werewolf yang terakhir kali pria itu lakukan hingga dirinya harus di kuring dalam penjara. Itu adalah lembar terakhir dalam buku.

Mungkin kah ada buku lainnya?.

Katherine tidak percaya dengan yang di tulis E.Varva dalam bukunya itu dan semakin tidak percaya sekarang, melihat Damian yang terlihat tenang dan mempesona di sampingnya saat ini. Belum lagi perhatian Pria itu terhadapnya. Oh ingatkan Katherine juga bahwa pria itu pernah menyebutnya 'Istri' saat pertama kali bertemu.

Merasa di perhatikan, Damian menoleh membuat Katherine tergagap di buatnya. Dia ketahuan memperhatikan pria itu. Bagaimana tidak, Katherine menatap secara terang-terangan tadi.

Katherine segera mengalihkan pandangannya kemudian beralih mendudukan dirinya di antara rerumputan hijau yang juga di tumbuhi bunga liar putih nan kecil di sekitarnya.

Damian tidak merasa keberatan saat di perhatikan tadi malahan ada rasa senang saat wanita nya memperhatikannya seperti tadi.

Damian melepas jubahnya kemudian ikut duduk di samping Katherine dan menyampirkan jubah itu di punggung Katherine, membuat gadis itu terlihat tenggelam di dalamnya.

"Seharusnya aku membawamu ke sini siang hari supaya kau bisa menunggangi salah satu dari mereka." Ucap Damian merujuk pada sekumpulan pegasus di sepan sana.

"Malam hari juga cukup bagus. Langitnya sangat cantik." Katherine tersenyum.

Damai sekali rasanya. Katherine menarik jubah yang melekat padanya kedepan, semakin menutupi seluruh tubuhnya yang kecil dengan jubah besar itu.

"Kenapa kau membawaku ke sini?." Katherine bertanya.

"Aku hanya merasa kau mungkin akan menyukai tempat ini dan membuatmu lebih tenang."

'Apa dia mencoba membuatku melupakan kejadian tadi?' gumam Katherine dalam hati.

"Terima kasih."

Damian hanya tersenyum lalu membelai rambut hitam panjang milik Katherine dengan lembut. Rasanya Damian ingin sekali menandai wanitanya saat ini juga karena aroma bunga Gardenia dari tubuh Katherine yang terus menggodanya.

Sayangnya Damian tidak bisa melakukannya saat ini. Dia sudah berjanji untuk menunggu wanita nya menyelesaikan urusannya di dunia manusia. Damian akan setia menunggu hingga Katherine siap kapanpun.

"Boleh aku bertanya?." Katherine menoleh dengan raut wajah penasaran.

"Tentu." Damian menanggapi.

"Kenapa di sini cuacanya berbeda-beda?. Bukankah jaraknya tidak terlalu berjauhan?."

Ingin sekali Damian mengecup bibir menggemaskan Katherine saat berbicara tadi. Bahkan bukan sebuah kata-kata manis yang di lontarkan gadis itu tapi sudah membuat Damian hampir menggila. Kenapa wanitanya itu sangat menggemaskan ditambah lagi tatapannya yang cerah dengan rasa penasarannya.

"Setiap wilayah memiliki musimnya masing-masing Kathe. Contohnya seperti wilayah kaum werewolf, di sana memiliki 4 musim dalam setahunnya. Dan tempat ini, meskipun masih termasuk wilayah kaum werewolf tetapi di sini hanya ada 2 musim, musim hujan dan musim semi. Atau wilayah vampir sebelumnya, di sana hanya ada musim gugur dan musim hujan. Tapi kabut yang ada di hutan itu tidak akan hilang meski terkena hujan atau tertiup angin. Di sana sinar matahari juga tidak terlalu terang." Damian mulai menjelaskan.

"Oh. Aku pikir sama saja."

"Tentu saja tidak."

Sejujurnya Katherine sudah tahu tentang musim di setiap wilayah bahkan dia tahu nama setiap wilayah-wilayah di negeri Arda hanya saja Katherine ingin memastikannya saja. Dan benar saja, setiap wilayah memiliki musimnya masing-masing seperti di dunia nya tetapi Katherine merasa Negeri Arda tidak seluas dunia nya atau hanya perasaannya saja?.

"Ada pertanyaan lain?." Damian bertanya.

Katherine terdiam sejenak memikirkan apa yang lagi yang ingin dia pastikan lagi. Menemukan jawabannya, Katherine kembali menatap Damian kemudian mengajukan pertanyaan lainnya lagi.

"Kemana kita akan pergi setelah ini?."

"Kerajaan Noer. Adikmu berada di sana saat ini."

Katherine terkesiap, dia lupa dengan adiknya. Bagaimana bisa?. Katherine mengutuk dirinya sendiri karena melupakan adiknya sendiri.

"Cassandra. Aku hampir melupakannya." Katherine bergumam seraya memukup keningnya pelan.

Damian terkekeh pelan melihat tingkah Katherine yang begitu lucu baginya.

Katherine ingin segera kembali namun dia juga masih ingin di sana sebentar lagi. Dia ragu dan akhirnya menoleh kearah Damian.

"Apa kita akan pergi sekarang?." Katherine bertanya dengan sedikit ragu dan tidak rela.

Damian mengusap pipi Katherine lembut seraya tersenyum. "Kita bisa di sini sedikit lebih lama."

Mendengar itu Katherine tersenyum cerah. Dalam hatinya berucap maaf untuk adiknya karena tidak menemaninya di sana saat ini dan malah tetap tinggal dengan senang.

Setelah itu mereka berdua diam. Katherine yang menikmati suasana malam yang tenang dan sedikit berangin, sedangkan Damian hanya fokus memandang wanitanya.

Waktu berlalu begitu saja, malam semakin larut, angin yang bertiup pun semakin terasa dingin. Akhirnya Damian memutuskan untuk mengajak Katherine meninggalkan tempat itu.

"Malam semakin larut sebaiknya kita segera pergi." Damian berseru.

Katherine mengangguk setuju kemudian beranjak dari duduknya di bantu Damian.

Lagi, Damian menggendong Katherine selayaknya tuan putri yang di balut jubahnya dan Katherine memeluk tengkuk Damian sebagai pegangan. Sayap hitam di punggung Damian kembali muncul dan mengepak meninggalkan tempat yang begitu tenang dan damai itu.

Dalam perjalanan Katherine sudah mulai mengantuk. Matanya sesekali terpejam lalu kembali terbuka. Dia ingin sekali memejamkan matanya namun tidak enak rasanya membiarkan Damian menggendong dirinya yang malah tertidur.

"Tidurlah, perjalanan masih jauh." Ucap Damian.

Mendengar itu seketika mata bulat Katherine tertutup rapat di sertai nafas yang teratur menandakan Katherine sudah sangat terlelap.

Damian diam-diam mengecup kening Katherine dengan lembut kemudian bergumam pelan. "Tidurlah dengan nyenyak istriku."