Malam hari Jason baru saja selesai dari pekerjaannya. Dia memutuskan untuk segera pulang tanpa mampir dulu seperti biasanya ke toko roti.
Entah mengapa dia ingin sekali cepet-cepet sampai di rumah. Untunglah salju yang turun tak begitu deras saat ini.
Jason mengetuk pintu rumahnya namun tidak ada sahutan dari dalam. Merasa aneh, Jason kembali mengetuk pintu itu lagi dan semakin keras saat tidak ada nya respon.
Dengan panik, Jason mendobrak pintu rumahnya. Dia berjalan masuk tergesa-gesa, tidak ada siapapun di rumah. Jason memanggil istrinya dan kedua putrinya namun sama sekali tidak ada sahutan hingga matanya tertuju pada piring yang berserakan di lantai, dia berjalan perlahan ke depan dan menemukan istrinya tergletak dengan kaku di dekat sofa.
Jason berlari mendekat dengan panik. Mengguncang tubuh istrinya pelan seraya memanggil tapi wanita itu tak bergerak sedikitpun.
Jason memeriksa denyut nadinya dan syukurlah masih berdetak. Jason segera membopong Teresa, membawa istrinya keluar menuju mobil.
"Allan, Katherine ada bersamamu?." Jason bertanya pada teman Katherine itu melalu telfon pasalnya kedua putrinya tidak ada di rumah.
"Tidak. Aku tidak sedang bersama Katherine."
"Apa kau tahu di mana Katherine sekarang? dan Cassandra, apa kau sempat bertemu dengan mereka hari ini?."
"Tidak ada. Aku seharian ini di rumah bersama ibuku menghias pohon natal."
"Kalau begitu bisa tolong bantu aku mencari Katherine dan Cassandra?."
"Tentu, tapi apa yang terjadi?."
"Saat aku pulang pintu terkunci dan menemukan Teresa tergletak di lantai dan terlihat aneh. Aku akan menceritakannya lagi nanti. Tolong temukan kedua putriku dulu."
"Baiklah. Aku akan menghubungi Hanah untuk membantu."
"Terima kasih Allan. Aku sedang menuju rumah sakit sekarang. Jika kau sudah menemukan mereka tongong antarkan mereka kerumah sakit dekat kantor pos."
Jason melempar ponselnya kekursi samping setelah mengakhiri panggilan telfonnya. Dia mengendarai mobilnya dengan panik saat ini. Istrinya seperti membeku dengan pandangan lurus kedepan. Sungguh sangat aneh, sebenarnya apa yang terjadi pada istrinya.
≈≈≈≈
"Mau pergi kemana malam-malam begini Allan?." seorang wanita tengah baya berseru dari arah dapaur.
Allan yang tergesa-gesa memakai mantelnya menoleh. "Aku akan keluar mencari Katherine dan Cassandra Mom, mereka menghilang. Dan juga bibi teresa di temukan tergletak di lantai, paman Jason sedang membawanya ke rumah sakit sekarang."
Wanita tengah baya itu berjengit kaget, dia menyentuh adanya lalu berucap kembali. "Kalau begitu pergilah. Mom akan memberi tahu Daddy mu."
Allan mengangguk kemudian segera pergi. Wanita tengah baya itu buru-buru meraih ponselnya di atas meja makan lalu menghubungi suaminya.
Di rumah sakit, Jason menunggu dengan cemas di depan pintu ruang ICU. Dia terus berjalan mondar-mandir dengan gelisah.
1 jam berlalu dan dokterpun keluar. Pria berjas putih itu mengatakan istrinya tidak mengalami gangguan apapun tetapi kesadarannya berheti seolah-olah tengah membeku di dalam es. Kasus ini belum pernah terjadi sebelumnya oleh karenanya dokter pun tidak tahu harus melakukan apa. mereka hanya memasang infus dan oksigen untuk menjaga kestabilan tubuhnya yang tak mungkin bisa memakan makanan.
Jason frustasi. Sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarganya.
Tidak lama setelah dokter pergi, Allan dan Hanah tiba di rumah sakit.
"Bagaimana keadaan bibi Teresa?." Hanah bertanya dengan khawatir.
Jason hanya bisa menggeleng pasrah lalu menatap Allan. "Di mana Katherine dan Cassandra?."
"Aku tidak menemukan mereka di manapun. Teman-teman Cassandra pun tidak tahu." Allan menjelaskan.
"Bibi Teresa di rumah sakit dan Katherine pun menghilang. Apa mereka di culik?." seru Hanah.
"Aku harap itu tidak terjadi Hanah." Jason menanggapi.
Allan hanya diam karena cemas. Di culik?. Bisa saja terjadi kan?. Allan mengerang frustasi lalu mendudukan dirinya di kursi tunggu dengan kasar.
Hanah yang melihatnya pun tidak bisa berbicara banyak lagi. Kemungkinan yang ia katakan tadi sebenarnya sesuatu yang tidak ia harapkan. semoga, semoga saja tidak benar. Lagi pula untuk apa mereka menculik Katherine dan Cassandra?.
Untuk meminta tebusan?. Perdagangan manusia?. Menjual organ dalamnya?.
Hanah menggeleng dengan kuat. Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Sahabatnya tidak mungkin mengalami hal seperti itu.
"Sudah lapor polisi?." Hanah berseru tiba-tiba.
Allan mendongak begitu juga Jason yang langsung menoleh. Sadar bahwa mereka belum melaporkan ini ke kantor polisi, Jason segera merogoh saku celananya mengambil ponselnya kemudian segera menghubungi kantor polisi.
Jason menjelaskan kronologi kejadiannya mulai dari saat ia menemukan istrinya hingga saat ini mereka di rumah sakit. Allan dan Hanah hanya diam mendengarkan.
≈≈≈≈
Di sebuah ruangan seorang wanita meremas tangannya gelisah dan 2 orang pria lainnya yang juga tengah diam dengan cemas.
"Bagaimana jika meminta bantuan?." Wanita itu tiba-tiba berseru.
"Tidak. tidak ada yang bisa di percaya di Negeri Arda kecuali bangsa peri." Pria yang tengah duduk di balik mejanya menanggapi.
"Yang di katakannya benar. Jika pun ada yang bisa di percaya leluhur kita tidak mungkin melarikan diri ke dunia luar." sahut pria satunya lagi.
"Seharusnya dulu biarkan aku saja yang merawat dan membesarkannya. Bukan manusia yang tidak tahu apa-apa seperti mereka. Sekarang mereka harus terlibat dengan masalah kita." Wanita itu kembali bersuara.
Pria yang duduk di balik mejanya itu pun merasa menyesal namun itu sudah menjadi keputusan sang Dewi, mereka tidak berhak menentangnya.
"Lupakan. Ane, ambilkan buku itu." seru pria yang berdiri di dekat lemari itu.
Wanita yang di panggil Ane itu segera berlari keluar. Namun 5 menit kemudian kembali tanpa membawa apapun. Wajahnya terlihat semakin cemas sekarang.
"Di mana bukunya."
"Hilang." Ane menjawab.
"Apa maksudmu?. Bagaimana bisa hilang?."
"Apa Allan yang mengambilnya?." Pria di balik meja itu bertanya seraya menatap Ane.
"Aku tidak tahu."
"Kalian masih merahasiakan ini dari putra kalian?." Pria yang berdiri di dekat lemari itu bertanya tak percaya.
"Tidak. Aku tidak ingin melibatkan putraku. Aku ingin dia hidup selayaknya manusia normal lainnya dan menjauhkannya dari masalah."
"Kau tidak bisa melakukan itu Erwin. Kaum kita hanya beberapa orang saja, Kau ingin memusnakannya begitu saja?." Pria itu berucap tidak terima.
Pria yang di panggil Erwin itu hanya diam. Dia pun berpikiran yang sama. Tetapi dia tidak ingin melanjutkan pelarian mereka lagi. Dia ingin putranya aman. Ane yang mendengarnya pun hanya diam, namun juga sedikit gelisah.