Chapter 11 - Peringatan

Dean menajamkan indra penciumannya, berjalan dengan cepat kearah ruangan di ujung lorong. Dean sekarang berada di ruang bawah tanah, tempat para bawahan Erick berada.

Mencium bau manusia semakin menyengat di hidungnya, Dean berhenti. Mendobrak pintu itu hingga terlepas dari tempatnya dan terbelah menjadi dua bagian.

Dean melihat seorang vampir berambut ikal tengah siap menancapkan taringnya di leher seorang gadis. Dia yakin, gadis manusia itulah yang sedang ia cari.

Pria berambut ikal itu mengeram marah tetapi saat ia tahu siapa yang mengganggu makan malamnya pria itu beringsut mundur, meletakan gadis manusia itu begitu saja. Kedua pria lainnya yang mengetahui siapa yang datang pun mudur ketakutan.

Tanpa banyak bicara Dean berjalan kearah Cassandra. Dia mengecek kondisi gadis itu sebentar sebelum akhirnya menggendongnya lalu bejalan keluar, meninggalkan ketiga orang di sana yang terduduk ketakutan.

≈≈≈≈

Bruk..

Ethan melempar Erick ke lantai. Dan seseorang yang tengah menikmati segelas cairan berwarna merah di dalam gelas di tangannya melirik dengan enggan.

"Ada apa kau membawa Erick ke sini Ethan." Tanyanya dengan malas.

Ethan tak menjawab. Dia masih berwujud serigala dan menahan pergerakan Erick yang mencoba melarikan diri. Tak lama Damian pun tiba bersama Katherine.

Pria itu mengernyit heran, dia langsung meletakan gelasnya keatas meja makan lalu beranjak dari duduknya.

"Keributan apa yang di lakukan Erick hingga Yang Mulia Damian sendiri yang datang menemui hamba?." Pria itu bertanya seraya membungkuk hormat.

Pandangannya beralih pada Katherine yang berada di pelukan Damian. Tercium aroma manis yang unik dari gadis itu. seorang manusia?.

"Urus adikmu dengan benar, Valen." Ucap Damian datar.

Valen melirik Erick yang gemetar ketakutan di bawah cengkraman Ethan.

"Kali ini aku hanya akan memperingatkanmu dan adikmu. Jika lain kali adikmu membuat ulah kembali aku tidak segan-segan mencabik-cabik tubuhmu dan adikmu. Terutama jika kalian berani menyentuh wanitaku." Damian kembali melanjutkan lalu berbalik. Berjalan keluar dari ruangan suram nan lembab itu.

Ethan melepas cengkramannya pada Erick kemudian berlari pergi mengikuti Damian.

Valen menundukan kepalanya memberi hormat lagi saat Damian berjalan pergi. Setelahnya Valen mengalihkan pandangannya, menatap Erick dengan tajam.

Erick yang menerima tatapan mengerikan itu tertunduk. "Aku tidak tahu kak. Aku tidak tahu kalau wanita itu adalah wanitanya Yang Mulia Damian." ucap Erick membela diri.

"Sungguh aku tidak tahu. Lagi pula sejak kapan Yang Mulia Damian memiliki seorang wanita di sisinya terlebih lagi wanita itu seorang manusia." Erick melanjutkan.

Valen menatap dalam diam kearah pintu di mana sosok penguasa Negeri Arda itu pergi.

"Bukankah ini berita besar kak?. Pasti ada peluang untuk kita." Erick mencoba merayu suapaya kakaknya itu tidak memberikan hukuman yang berat untuknya kali ini.

"Diam." Sentak Valen seraya menyorotkan matanya yang semerah darah itu dengan geram. Kemudian Valen membuang pandangannya, berjalan kembali ke kursi yang sebelumnya ia duduki.

"Aku melarangmu dan anak buahmu untuk keluar dari kastilmu selama 3 bulan. pergilah." ucap Valen akhirnya.

Bukan hukuman yang berat tapi tetap tidak bisa Erick terima begitu saja. Erick merangkak kearah Valen dan memeluk kaki kakaknya itu seraya memohon. "Tidak. Bagaimana aku mencari makanan. Setidaknya biarkan bawahanku berburu untukku."

Valen mendelik seakan-akan ingin melahap pria di hadapannya itu sekarang juga. Erick melepas pelukannya di kaki Valen dan beringsut mundur.

Erick tidak bisa lagi melakukan apapun. Jadi dia pergi ke kastilnya dan mengurung dirinya di sana seperti apa yang di printahkan Valen padanya.

≈≈≈≈

"Bagaimana kau tahu aku di sana?."

Damian menunduk, menatap manik mata penasaran milik Katherine. Seulas senyum yang menenangkan tercetak di bibirnya sebelum kemudian menyahut.

"Karena dimanapun kau berada aku bisa menemukanmu."

"Aku masih tidak mengerti." Katherine menggeleng. Dia menatap kearah depan menatap pohon-pohon yang berselimut kabut di bawahnya. Seberapa luas hutan ini?

Katherine kembali mendongak "Bagaimana dengan adikku?."

"Ada di belakang kita."

Tangan Katherine yang melingkar di leher damian bergerak, menekan pundak Damian untuk membawa tubuhnya naik. Katherine menyelipkan kepalanya di celuk leher Damian, melihat kebelakang.

Syukurlah. Cassandra baik-baik saja. Katherine bernafas lega. Adiknya itu telah selamat meskipun masih dalam keadaan pingsan, Katherine yakin adiknya baik-baik saja.

Di sana Cassandra di bawa oleh seorang pria. Katherine masih belum tahu nama orang yang sudah dua kali bertemu meskipun tidak pernah saling berbicara. Dan sekarang bertambah lagi satu orang asing.

"Siapa mereka?." Katherine bertanya, masih dengan posisi yang sama.

"Yang menggendong adikmu bernama Dean Cassius, dia adalah tangan kananku. Di sebelahnya Ethan Grimmwolf, tangan kiriku."

"Mereka juga memiliki sayap sepertimu." Katherine bergumam, menyandarkan dagunya di bahu Damian.

Damian tidak menjawab tetapi melirik kearah Katherine, aroma wangi bunga Gardenia dari tubuh Katherine menyengat penciumannya secara langsung.

Katherine menatap langit malam penuh bintang di atas sana. Langit yang sama namun berbeda dengan dunianya. Di Negeri Arda jumlah bintang lebih banyak dan lebih terang. Jaraknya pun terlihat sangat dekat seakan-akan Katherine bisa menggapainya hanya dengan menjulurkan tangan. Apalagi saat ini ia tengah berada di tengah udara yang membuatnya semakin terlihat dekat.

Terasa damai sekali perasaannya saat ini. Katherine bahkhan lupa bahwa beberapa menit yang lalu dia berada dalam ketakutan.

Katherine mengernyit, melihat laju terbang Damian berubah arah dan kedua orang di belakang mereka tetap lurus kedepan.

"Kemana mereka akan membawa Cassandra?." Katherine bertanya bersamaan dengan kepalanya yang menjauh dari pundak Damian.

"Seharusnya kau bertanya kemana kita akan pergi." Damian menjawab. Tatapannya yang begitu teduh menenangkan Katherine setiap kali gadis itu menatapnya.

"Oh, kemana kita akan pergi?." Katherine kembali bertanya dengan polosnya.

Katherine sebenarnya adalah gadis yang dewasa terlihat bagaimana dia menanggapi adiknya yang membencinya tetapi sebenarnya dia gadis yang cukup ceria dan sedikit kekanak-kanakan.

Seperti saat ini. Sikap kekanak-kanakan nya selalu muncul saat bersama Damian. Katherine terlihat seperti seorang anak kecil yang tengah bermanja kepada Ayahnya.

"Kesuatu tempat yang mungkin kau akan menyukainya."

Katherine penasaran. Tempat seperti apa itu?. Seulas senyum tercetak di bibinya kemudian bersandar di dada Damian menantikan tempat tujuan mereka saat ini.