Tok tok..
"Boleh aku masuk?." Jessy bertanya hati-hati. Kepalanya menyembul dari luar pintu.
"Masuk saja." Hanah yang menyahut. Lalu Jessy pun masuk kedalam.
"Kathe aku turun duluan." Ucap Hanah.
"Oke." Setelah mendapat jawban dari gadis itu, Hanah beranjak lalu tersenyum pada Jessy saat melewati wanita itu.
Jessy membalas tersenyum pula seraya menatap kepergian Hanah hingga menghilang di balik pintu. Jessy lalu menatap Katherine yang tengah merapihkan pakaiannya di atas ranjang.
Jessy duduk di pinggir ranjang sebelum akhirnya bertanya "Nona, apa anda baik-baik saja?."
Katherine melirik Jessy sekilas "Ya, kenapa?."
"gadis itu, adik anda kenapa dia ingin anda mati?."
Katherine berhenti sejenak lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. "Biarkan saja. Dia memang seperi itu, lidahnya tajam."
Katherine menutup tasnya lalu menatap Jessy yang masih terlihat Khawatir. Apa dia harus menceritakannya?.
Katherine menatap Jessy dengan senyuman yang hambar kemudian kembali berucap.
"Dia anak kandung orang tuaku melihat orang tuanya sangat memperhatikanmku seperti ini wajar untuknya membenciku bukan?."
"Maksud anda?." Jessy bingung.
"Aku bukan anak kandung mereka. Mereka menemukanku di depan pintu rumah mereka 17 tahun yang lalu. Alih-alih membawaku ke kantor polisi atau ke panti asuhan mereka malah mengadopsiku sebagai putri mereka dan setahun kemudian Cassandara lahir. Sejak kecil Cassandra memang sedikit nakal padaku dan entah sejak kapan dia mulai membenciku. Mungkin karena mom yang lebih perhatian padaku atau aku yang sudah merebut mereka darinya?. Kebenciannya semakin dalam saat dia tahu kalau aku bukanlah kakak kandungnya. Menurutnya mereka tak adil karena lebih memperhatikanku yang adalah orang luar dari pada putri kandungnya sendiri. Pada kenyatannya mom dan dad memperlakukan kami sama. Tapi mau bagai mana lagi jadi seperti itu lah dia sekarang."
Katherine tersenyum tipis seraya mengedikan bahunya. Jessy yang mendengarnya terlihat murung, Kekhawatiran nya belum juga hilang malah semakin khawatir. Takut-takut Katherine di celakai oleh adiknya sendiri.
"Jangan beritahu Damian soal ini." Ucap Katherine yang membuat Jessy tidak mengerti.
Padahal Jessy berniat melaporkan hal ini pada Tuan nya supaya Tuan nya melindungi Katherine dari Cassandra. Tapi Katherine malah melarangnya terlebih dulu, mau tak mau Jessy hanya bisa menurut.
Tak lama pintu kamar itu di ketuk dan munculah Teresa dari balik pintu itu.
"Ayo sayang waktunya pulang."
"Oke mom." Katherine menyahut kemudian menggendong tasnya sebelum berjalan keluar di ikuti Jessy.
Di bawah mereka sudah berkumpul, bersiap untuk kembali kerumah masing-masing. James dan Teresa tidak lupa berterima kasih kembali kepada Immanuel dan Jessy sebelum berpamitan untuk kembali kerumah mereka.
"Nona kalau ada sesuatu panggil saja Yang Mulia Damian." Bisik Jessy di telinga Katherine.
Katherine tersenyum lalu mengangguk. Mengingat pria itu entah kenapa Katherine merasa canggung. Tiba-tiba dia membayangkan wajah rupawan pria itu membuat pipi Katherine tiba-tiba memerah.
"Ada apa Kathe? Pipimu memerah apa kau sakit?." Tanya Hanah yang duduk di sampingnya.
Katherine glagapan, dia langsung menggeleng kuat seraya tersenyum canggung. Mereka sudah berada di mobil sekarang, melaju menuju rumah mereka. Tapi sebelum itu mereka akan mengantar Hanah dan Allan terlebih dulu.
≈≈≈≈
"Terima kasih tumpangannya." Allan berseru setelah turun dari mobil.
"Tidak Allan. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu sudah repot-repot membantu mencari Katherine." James menyahut.
Teresa mengangguk seraya tersenyum kemudian menambahkan "Terima kasih banyak Allan. Hanah juga terima kasih banyak sayang."
Hanah mengangguk seraya tersenyum sebagai responnya. kemudian Hanah memeluk Katherine yang berdiri di sampingnya.
"Cepat sembuh ya Kathe. Kabari aku jika kau butuh sesuatu." ucap Hanah. Bibirnya mencebik, matanya pun di biat sedih saat mengatakan itu.
Katherine yang melihatnya hanya tertawa seraya menepuk-nepuk punggung Hanah.
"Tapi Hanah, kau yakin tidak aku antarkan sampai rumahmu?." Katherine bertanya seraya melepas pelukan Hanah.
Hanah menggeleng "Rumah kita tidak searah Kathe. Allan yang akan mengantarku nanti."
"Baiklah."
"Bisa tidak cepat sedikit?. Aku sudah kedinginan." Cassandra tiba-tiba berseru ketus seraya menyembukan kepalanya dari jendela mobil.
Mereka menoleh kearah Cassandra. Hanah menatap sinis, Allan hanya diam saja sedangkan Teresa menegur Cassandra yang tidak sopan.
Katherine akhirnya masuk kedalam mobil kembali. Dia menyembulkan kepalanya ke luar jendela, menarap Hanah dan Allan seraya melambaikan tangan.
Rasanya seperti akan berpisah saja mereka.
"Merepotkan." Cassandra bergumam. Pandangannya ia arahkan ke luar jendela seraya melipat tangannya di depan dada.
"Sandra. Kakakmu baru saja mengalami musibah, kau tidak boleh seperti itu." Teresa menasehati.
Tapi Cassandra malah semakin sinis. Dia melirik Katherine lalu beralih ke kaki kiri Katherine yang masih berbalit kain.
"Kau seharusnya tidak usah kembali saja sekalian. Orang luar sepertimy hanya membuat keluargaku kerepotan." Cassandra berucap sinis tepat saat mobil itu berhenti di depan pekarangan rumah mereka.
"Cassandra." Teresa kaget. Dia membalikan tubuhnya ke belakang menatap Cassandra terkejut.
Melihat ibunya membela Katherine terus-terusan membuat Cassandra muak. Dia membuka pintu mobil dan keluar. Cassandra membanting pintu mobil itu dengan kuat kemudian cepat-cepat berjalan masuk kedalam rumah.
Cassandra berhenti saat ayahnya memanggil. Katherine dan Teresa berjalan pelan kearah sofa sedangkan James menghampiri putrinya itu.
"Cassandra. Bagaimana bisa kau mengatakan itu pada kakakmu."
Cassandra hanya diam dengan wajah tak peduli. Pandangannya ia alihkan, enggan menatap ayahnya.
"Minta maaf pada kakakmu sekarang."
"Tidak."
"Sandra, minta maaf sekarang atau ayah akan menghukum kamu." James mulai emosi dengan sikap putrinya itu yang keras kepala.
Cassandra kembali tersulut emosi. Dia mengepalkan tangannya kuat. Dia menoleh, menatap ayahnya dengan mata melolot marah.
"Dia bukan kakakku." Ucapnya penuh tekanan dan amarah.
PLAK!
Suara tamparan terdengar nyaring di ruangan itu. Katherine yang melihatnya pun terlonjak kaget. Baru kali ini dia melihat ayahnya semarah itu hingga menampar Cassandra.
Teresa pun terkejut di buatnya. Bukan hanya suaminya yang berani melakukan kekerasan pada putrinya tetapi juga ucapan Cassandra yang tak mengakui Katherine sebagai kakaknya.
Teresa pikir Cassandra sudah menerima Katherine sebagai kakaknya karena tidak ada lagi keributan seperti dahulu tapi nyatanya tidak. Cassandra belum menerima Katherine. Bahkan sampai berani berkata kasar.
"Aku membencimu." Gumamnya menatap Katherine yang terdiam di tempat duduknya.
"CASSANDRA." James bertriak memanggil Cassandra yang langsung berjalan pergi menaki tangga, mengabaikan panggilan itu.
"Hentikan dad. Yang di katakan Sandra benar. Aku hanya orang luar yang membuat masalah di keluarga ini." Katherine berbicara pelan.
Sudah lama sekali Katherine tidak mendengar kata-kata benci itu dari mulut Cassandra. Biasanya gadi itu hanya mengabaikan Katherine dan tidak menganggapnya ada di rumah ini.
Namun kali ini Katherine mendengarnya. Mendengar langsung dari mulut Cassandra bahwa dia membenci Katherine.
"Kau tidak perlu membela anak itu Kathe. Dia memang keterlaluan." Ucap Teresa.
"Aku tidak membelanya mom. Itu memang kenyataannya."
James menghela nafas lalu meminta Katherine untuk pergi ke kamarnya.
"Pergilah ke kamarmu Kathe. Kau masih harus istirahat."
Katherine mengangguk saja kemudian beranjak, menaiki tangga dengan pelan menuju kamarnya yang berada di depan tangga. Sedangkan kamar Cassandra berada di ujung lorong.
Katherine berbaring di kasur. Menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Dia tidak membenci Cassandra yang seperti itu padanya. Bukankah itu wajar, seorang anak kandung yang tidak rela membagi keluarganya pada orang lain. Walaupun dia merasa sedih karenanya pula.