Chapter 6 - Kembali

15 menit kemudian akhirnya Damian memaksa Katherine untuk kembali masuk kedalam karena tubuh gadis itu yang semakin dingin.

Jessy yang melihat mereka naik keatas buru-buru mengambilkan segelas air hangat untuk Katherine, lalu memberikannya saat Katherine telah duduk di sofa.

"Terima kasih Jess." Ucap Ketherine bersamaan dengan Damian yang memasangkan mantel yang tergletak di sandaran sofa ke punggung Katherine.

Jessy hanya menunduk lalu kembali berdiri di samping pria berkuncir kuda di dekat jendela. Sebelumnya Jessy ingin menyerahkan mantel yang ia ambil untuk Katherine tetapi karena melihat Damian ada di sana bersama Katherine membuatnya mengurungkan niatnya jadi dia membawa mantel itu ke atas dan menaruhnya di atas sandaran sofa.

Katherine menyesap minumannya perlahan beberapa kali kemudian meletakannya di atas meja. Katherine menoleh, menatap Damian yang tak pernah bosan memandangi Katherine bahkhan tangannya kini telah melingkar di pinggang ramping Katherine.

Tak terlihat keberatan dengan perlakuan Damian, Katherine kemudian mempertanyakan masalah semalam. Membuat seisi ruangan terlihat tegang.

"Kapan aku bisa kembali?."

Damian diam sejenak lalu mengusap pipi Katherine yang mulai kembali menghangat. Dengab lembut Danian bertanya.

"Kau ingin kembali sekarang?."

Katherine tersenyum "Setelah aku sarapan?."

"Tentu."

≈≈≈≈

Setelah menunggu beberapa saat Katherine akhirnya menyantap sarapannya. semangkuk sup jagung dan kacang polong namun kali ini dia tidak sendirian. Damian ikut menikmati semangkuk sup hangat itu karena permintaan Katherine. Katherine juga menawari Arlen untuk ikut sarapan bersama.

Awalnya Arlen menolak. Tidak sopan dirinya yang hanya seorang tabib istana makan bersama dengan Tuan nya. Namun Katherine terus memaksa, hingga akhirnya Arlen menerimanya saat tidak ada respon dari Tuan nya yang hanya diam menandakan ketidak keberatannya. Hanya saja ia menyantap sarapannya agak jauh dari Katherine dan Damian.

Elf itu pemakan sayuran dan buah jadi Katherine berani menawari dan memaksanya. Untuk Damian, dia langsung menerimanya begitu saja saat di tawari jadi Katherine tidak tahu pasti Damian termasuk ras yang mana.

Sedangkan yang lain bilang mereka berdua tak memakan itu, mereka werewolf, pemakan daging. Tapi, berbeda dengan pria bermata merah marun yang berdiri tak jauh dari meja makan. Dari ras apa dia?

Uhuk..

Katherine tersedak, Dia melihat sebuah taring mencuat dari bibir pria itu saat dia berbicara pada pria berambut kuncir kuda.

"Kau baik-baik saja Kathe?." Damian bertanya khawatir. Dia langsung mengambilkan air untuk Katherine minum.

Katherine mengangguk lalu tersenyum canggung. Dia menenggak minuman yang di berikan Damian padanya seraya melirik pria itu lagi. Katherine yakin orang itu adalah Vampir.

Aksi Katherine tak luput dari pandangan Damian. Pria itu sedikit cemburu melihat Katherine curi-curi pandang pada bawahannya namun tetap memilih diam.

Setelah sarapan akhirnya Katherine bisa segera pulang. Katherine terlihat gugup memikirkan apa yang akan ia jelaskan pada kedua sahabatnya dan juga keluarganya nanti. Mereka pasti akan bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa kembali hidup hidup di tumpukan salju selama berhari-hari.

"Ada apa Kathe?." Mengerti kegusaran Katherine, Damian bertanya.

"Apa yang harus aku katakan pada teman-teman dan Keluargaku nanti?."

Damian membelai puncak kepala Katherine lembut lalu menjawab "Jangan khawatir. Jessy dan Immanuel akan bersamamu bertemu mereka dan menjelaskannya."

Katherine menoleh, menatap Jessy dan pria di sampingnya yang menundukkan kepala sekali kearahnya. Oh, pria beramput kuncir kuda itu bernama Immanuel. Katherine mengangguk mengerti.

"Ayo Kathe, waktunya pergi." Seru Damian.

Katherine segera bangkit dari duduknya di bantu Damian yang mengulurkan tangannya sebagai topangan. Mereka berjalan keluar di ikuti ke empat orang itu.

Sampai di luar pondok Damian mengeluarkan sayapnya. Membentang lebar di punggung pria itu. Katherine yang melihatnya ternganga. Makhluk macap apa pria ini.

Damian tersenyum melihat wajah terkejut Katherine. Tak ada rasa takut di matanya hanya sebuah ekspresi keterkejutannya saja. Syukurlah kekasihnya tak takut padanya.

Damian mengangkat Katherine kedalam gendongannya membuat gadis itu lagi-lagi di buat kaget. Reflek Katherine mengalungkan tangannya di leher Damian. Kemudian pria itu mengepakkan sayapnya dan terbang di ikuti kedua pria lainnya yang ikut terbang di belakang mereka.

Sedangkan Jessy dan Immanuel merubah wujudnya menjadi serigala dan berlari mengikuti Damian dari bawah.

"Dari mana sayap itu muncul?." Gumam Katherine tanpa sadar.

Tak ada rasa takut lagi seperti sebelumnya saat melihat Jessy yang berubah menjadi serigala atau bahkan saat ia di serang oleh dua serigala tempo hari. Entahlah, mungkin rasa takutnya sudah terbang terbawa angin. Katherine hanya memandang takjub sayap yang mengepak di punggung Damian.

"Dari tulang belakangku." Damian tetap menjawab meskipun sebenarnya tidak perlu.

Katherine hanya mengangguk-angguk saja. Lalu pandangannya beralih ke hutan di bawahnya, melihat hutan yang mulai di selimuti salju kemudian pandangannya beralih kearah Damian lagi, menatap wajah rupawan itu.

Katherine sedikit terpesona dengan wajah rupawan Damuan. Bibir yang tipis, mata tajam yang memiliki kesan mengintimidasi, hidung yang mancung, dan jangan lupakan rahangnya yang di pahat begitu sempurna. namun yang membuatnya lebih kagum adalah pria rupawan ini begitu memanjakannya sampai-sampai Katherine tak sanggup menolak.

Tiba-tiba pipinya bersemu merah mengingat tadi malam ia tidur dengan Damian. Katherine mengalihkan pandangannya, menyembunyikan wajahnya di dada Damian. Melihat itu Damian hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Tak lama kemudian Damian terbang lebih rendah sampai akhirnya mendarat lalu menurunkan Katherine dari gendongannya. Di belakang kedua orang yang mengikutinya pun ikuti turun. Dari arah hutan Jessy dan Immanuel juga sampai.

Di depan Katherine melihat sebuah tumpukan batu-batu besar membentuk sebuah pintu. Di sekelilingnya di tumbuhi tumbuhan rambat dan juga ada dua pohon di kedua sisinya.

"Pergilah." Ucap Damian.

Jessy dan Immanuel terlebih dulu berjalan kearah lubang besar itu, berdiri di sana menunggu Katherine. Katherine berbalik, sedikit mendongak untuk menatap Damian. Katherine sedikit ragu. Damian tersenyum lalu membelai lembut sisi wajah Katherine.

"Jangan takut, pergilah. Aku akan mengunjungimu nanti." Ucap Damian menenangkan.

Katherine mengangguk sekali kemudian kembali berbalik dan melangkah mendekati Jessy dan Immanuel. Jessy menggenggam tangan Katherine lalu berjalan masik melewati lubang besar itu dan menghilang di sana.