Chapter 2 - Dunia lain

Katherine terbangun, mengerjapkan matanya perlahan dan menapati pemandangan indah di depan matanya. Ribuan bahkan jutaan bintang bertebaran di atas sana. Dia terpesona, baru pertama kali ia melihat begitu banyak bintang.

Tersadar, dia lalu bangun menatap sekelilingnya dengan bingung. Di mana lagi dia sekarang.

Rumput dengan bunga liar di sekelilingnya, pohon pinus yang berjarak cukup jauh lalu sebuah danau di depan sana.

Lagi-lagi Katherine di buat kagum dengan bulan yang bersinar terang di atas pegunungan di sebrang danau. Bentuknya yang bulat sempurna bahkan ukurannya yang dua kali lebih besar dari bulan biasa.

"Kau sudah datang."

Katherine berjengit kaget, dia reflek menoleh kearah sumber suara. Ternyata seorang wanita bergaun putih duduk dengan anggunnya di sebelahnya. Parasnya sangat cantik, bola matanya berwarna coklat terang dan rambutnya pun berwarna coklat berglombang.

"Siapa?." Tanya Katherine penasaran.

"Apa kau percaya kalau aku bilang aku ini seorang dewi.?" Bukannya menjawab, wanita itu balik bertanya.

Katherine tak mengerti, dia memiringkan kepalanya menandakan kebingungannya itu.

Wanita cantik itu tersenyum "Aku hanya seorang pengantar pesan dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Aku harap kau bisa menerima takdirmu." Lanjutnya.

Takdirnya? Takdir yang seperti apa? Katherine masih diam mencerna setiap kata yang di ucapkan wanita itu. Kemudian dia bisa melihat senyum wanita itu semakin lebar saat menatapbkedepan.

"Lihat. Dia sudah menyadarinya dan sedang menunggumu."

Katherine menoleh, menatap kearah yang di maksud oleh wanita itu. Di sana, pinggiran danau berdiri seorang pria yang sedang memunggungi mereka. Siapa?. Katherine menoleh lagi, menatap wanita itu meminta penjelasan.

"Kau akan tahu setelah kau bangun Kathe."

Katherine tak mengerti maksud wanita itu namun tiba-tiba kepalanya berdengung. Dia melihat kearah pria itu lagi dan di saat itu si pria hendak berbalik kearahnya namun Katherine sudah lebih dulu tak sadarkan diri.

≈≈≈≈≈≈≈

Di sebuah istana terlihat seseorang tengah berdiri membacakan sesuatu kepada pria yang duduk di singgasananya dan di samping kirinya berdiri juga seorang pria dengan tatapan datar.

Pria yang duduk di singgasana itu adalah Damian Nyxe Callister, raja Negri Arda. Dia memejamkan matanya seraya bertopang dagu, meskipun begitu dia masih memperhatikan setiap kata yang di ucapkan pria di depannya.

Damian tiba-tiba mengernyit. Hidungnya tiba-tiba mencium aroma yang begitu menggoda. Dia belum pernah mencium aroma wangi seperti ini sebelumnya. Dia ingin mengabaikannya namun semakin lama aroma wangi itu semakin mengganggunya sampai jantungnya semakin berdebar.

Tak tahan lagi akhirnya dia beranjak, membuat orang yang tengah membacakan pesan itu berhenti. Damian berjalan menuruni tangga pendek lalu berjalan keluar, mengabaikan kedua orang di sana yang tengah kebingungan.

Damian berhenti di depan gerbang istana. Menghirup kembali aroma itu untuk mengetahui dari mana datangnya. Setelah itu sayap hitam besar muncul di belakang punggungnya. Mengepakkan sayapnya dan melesat terbang kearah timur.

Benar saja, semakin dia terbang kearah timur aroma wangi itu semakin menyengat indra penciumannya dan membuat jantungnya berdebar semakin cepat.

Dia melewati penduduk Elf hingga perbatasan dan tak jauh dari sana ia melihat sebuah pondok. Dia yakin aroma itu datang dari sana. Damian kemudian turun, menginjakkan kakinya di batang kayu saat melihat seorang pria keluar dari pondok itu kemudian pria itu berubah menjadi seekor serigala sebelum akhirnya pergi. Damian menoleh, menatap jendela di pondok itu lalu terbang masuk melalui jendela itu.

Di ruangan itu hanya terdapat satu lemari dan satu ranjang yang di atasnya terbaring seorang gadis muda. Dahinya berkerut melihat perban yang melilit pergelangan tangan dan kakinya. Ada rasa tak suka melihat gadis itu terluka. Damian melangkah mendekat, membungkuk lalu mengendus leher gadis itu, tanpa sadar senyum tipis terukir di sudut bibirnya.

Brak!

Damian tak menoleh tetapi menegakkan badannya kemudian berjalan mundur.

"Yang Mulia."

"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan tadi."

Wanita yang saat ini tengah bersujud di lantai seraya menunduk memberi hormat segera bangkit. Membereskan nampan dan peralatan di dalamnya. Wanita itu kembali keluar untuk mengambil air lagi sebelum kembali ke dalam kamar.

Wanita itu mengompres kening, leher hingga dada gadis yang terbaring itu perlahan. Gadis itu adalah Katherine yang baru saja dia selamatkan dari para serigala liar.

Wanita itu sedikit gemetar karena sedari tadi Damian memperhatikan mereka terus menerus. Setelah selesai wanita itu undur diri tapi sebelum dia keluar Damian menyuruhnya untuk tetap tinggal sedangkan dirinya berjalan keluar.

Di saat Damian membuka pintu depan sudah ada 2 orang yang tadi bersamanya saat di istana berdiri di sana. Tanpa mengatakan apapun mereka pergi mengikuti Damian yang sudah terbang terlebih dulu.

Kembali ke dalam kamar wanita tadi menghela nafas lega. Dia baru pertama kali bertemu Rajanya sedekat ini membuatnya hampir pingsan ketakutan. Lalu dia menatap gadis yang terbaring lemah itu. Tiba-tiba dia merasa tak enak, apa yang akan Yang Mulia lakukan pada gadis itu?.

Saat pikirannya pergi kemana-mana tanpa sadar Katherine membuka matanya. Kepalanya berdenyut namun ia tetap memaksa untuk bangun. Dia mendesis kesakitan saat menggerakan kakinya, membuat wanita itu tersadar dari lamunannya.

"Jangan bergerak dulu. Lukamu baru saja selesai di obati." Ucap wanita itu seraya membantu Katherine kembali berbaring.

"Di mana aku.?" Tanya Katherine dengan suara lemah.

"Di rumahku."

"Istirahatlah dulu tak perlu memaksakan diri."

Katherine menurut. Dia kembali memejamkan matanya. Tenaganya habis bahkan dirinya merasa tak memiliki tulang yang kokoh untuk menopang tubuhnya.

Malamnya Katherine terbangun, dia menoleh ke arah samping di mana wanita tadi duduk namun bukan seorang wanita melainkan seorang pria yang berdiri di sana. Pandangannya sedikit kabur jadi dia mengernyit untuk melihat lebih jelas siapa orang itu.

"Tudurlah lagi."

Suara berat itu menghipnotisnya membuat kelopak matanya enggan terbuka dan kembali terpejam. Dalam hati ia seperti pernah melihat siluit pria itu tapi.. di mana?

Keesokan harinya Katherine bangun. Gadis itu sudah merasa lebih baik bahkan wajahnya sudah mulai berwarna, tak pucat lagi seperti sebelumnya namun tetap saja rasa akit di kakinya belum pulih bahkan lengannya masih terasa kaku.

Dia menperhatikan sekelilingnya, tak ada siapapun di sana hanya ada dirinya seorang. Dia menatap keluar jendela yang terbuka. Hutan, masih saja Katherine melihat hutan dan masih hutan yang sama seperti saat ia mendapatkan luka di kaki dan lengannya(?).

Katherine tak sadar jika lengannya juga terluka kemarin tapi sepertinya bukan karena goresan dari cakar serigala itu.

Katherine mengangkat tangan kirinya yang tak terluka, menaruhnya di atas kening merasa bingung dengan situasinya saat ini. Dimana dia sekarang? Apa yang terjadi? Dan.. tiba-tiba dia teringat, dia tak membawa ponselnya saat bermain ski kemarin. Katherine berdecak sebal dengan dirinya dan pada kesialan yang terjadi padanya. Dia menurunkan tangannya dari atas kening kemudian mencoba duduk seraya menahan ngilu.

Kreeek..

Katherine menoleh. Seorang wanita masuk dengan membawa sebaskom air beserta handuk kecil.

"Kau sudah bangun.?"

"Ya."

Wanita itu meletakan baskom itu ke atas ranjang lalu duduk di pinggiran ranjang itu. Katherine ingat wanita itu, dia lah yang menyelamatkan nya dari serigala-serigala yang menyerangnya kemarin.

"Sudah merasa lebih baik." Tanya wanita itu lagi.

"Ya, sudah lebih baik. Terima kasih untuk bantuannya."

"Tak perlu sungkan." Wanita itu menjawab seraya tersenyum.

Kemudian wanita itu mengambil handuk dari dalam baskom yang berisi air dan memerasnya, lalu mulai mengelap tangan kiri Katherine.

"Terima kasih."

Wanita itu tak membalas malah memberika pertanyaan pada Katherine. "Siapa namamu?."

"Oh, hampir lupa. Aku Katherine Laurence. Kau?." Katherine memperkenalkan dirinya kemudian memaksakan tangan kanannya yang masih sedikit ngilu untuk dia ulurkan kearah wanita itu.

Wanita itu kaget, menatap Katherine sebelum akhirnya menerima jabatan tangannya.

"Jessy."

Katherine tersenyum, kembali menatap pemandangan yang ada di luar jendela.

"Bisa kau beritahu aku tempat apa ini? Bagaimana aku bisa ada di sini?."

Wanita yang memperkenalkan dirinya bernama Jessy itu mengernyit bingung. Awalnya ia berpikir Katherine di bawa oleh para serigala liar itu tetapi berubah saat tiba-tiba Yang Mulia Damian datang melihat Katherine tapi.. sepertinya dugaannya semua salah.

"Kau sedang berada di Negri Arda."

Katherine mengernyit semakin bingung. Dia tak pernah mendengar ada tempat bernama Arda sebelumnya.

"Negri Arda adalah tempatnya makhluk-makhluk yang kalian anggap mitos tinggal."

"Maksudmu seperti pegasus?." Tanyanya saat teringat bahwa sebelumnya ia melihat hewan itu terbang tak jauh dari tebing tempatnya terjatuh.

"Oh, kau melihatnya?." Tanya Jessy dan Katherine hanya mengangguk.

"Jarang ada orang yang bisa melihatnya bahkan aku yang tinggal bersebelahan dengan wilayah hewan itu saja jarang melihatnya."

"Benarkah?."

Jessy mengangguk. " mungkin hewan itu yang memawamu kemari."

Mungkin saja karena saat terjatuh dia pingsan seketika. Tapi tunggu.. di tempatnya saat itu musim salju mengapa di sini tidak.

Katherine menyernyit, kepalanya semakin pusing tak mengerti.

Jessy tersenyum lalu berseru "Aku akan ambilkan makanan untukmu."

Katherine hanya mengangguk. Matanya terpejam seraya memijit keningnya yang berdenyut. 'Aku bisa gila kalu begini' keluh Katherine dalam hati.

Negri Arda? Tempat tinggal makhluk mitos? Aah, yang benar saja. Jessy pasti sedang bercanda dengannya. Katherine akan menanyakannya lagi nanti saat wanita itu datang.