"AKH- ARGHH-!! TI..TIDAAAK..! Ja..ngan.. Bunu–AGHHHH–!!" *srekk*
Terdengar suara teriakan dari ruangan ujung lorong sebuah gedung yang gelap. Tapi tiba-tiba saja suara itu berhenti. Teriakan itu kini seketika berubah menjadi keheningan di kegelapan ketika terdengar adanya suara tusukan atau goresan itu. Hingga malam pun kini berganti.
–
Esok harinya. Di dalam sebuah lorong gedung dengan cahaya yang redup, terlihat adanya segerombolan beberapa orang pria yang menggunakan pakaian setelan jas sedang berjalan. Mereka menuju ke arah sebuah ruangan dimana suara teriakan ketika kemarin malam itu berasal.
Ketika membuka pintu ruangan tersebut. Di dalam ruangan itu tampak terlihat kosong dan sepi, tidak ditemukan adanya jejak apapun. Tetapi ternyata setelah lebih diteliti lagi, ditemukan adanya sedikit jejak bekas darah segar yang agak mengering dan menempel di lantai.
"Sepertinya memang ada kasus pembunuhan disini semalam?" ujar pria bertopi pandora hitam kecokelatan dengan garis biru. Ia memakai jas hitam dengan dasi biru.
"Tetapi tidak ditemukan adanya jejak kasus pembunuhan atau pun mayat korban. Apakah mayat korban itu dibawa kabur atau dibuang oleh sang pembunuh?" tanya salah satu orang diantara mereka. Orang itu berambut pirang dan bermata oren. Ia memakai jas hijau tua dengan dasi oren.
"Sepertinya begitu" ujar pria yang sepertinya adalah pemimpin para kerumunan itu. Seorang pria yang terlihat cukup dewasa, sekitar umur 28 tahun. Ia berambut hitam dengan gaya rambut rapih, bermata cokelat, dan ada sedikit kumis tipis. Ia memakai jas bewarna cokelat tua, dengan dasi abu-abu.
"Tapi disini ada sedikit bekas darah" ujar seseorang sambil menunjuk ke arah darah yang agak mengering itu. Orang itu terlihat agak sedikit gemuk. Ia memakai jas cokelat dan dasi cokelat bergaris hijau.
"Kalau begitu kita harus mencari tau dulu di sekitar lokasi ini. Siapa tau mayat itu disembunyikan di sekitar gedung ini" ucap salah satu orang diantara mereka. Orang itu memakai jas abu-abu.
Mereka pun kemudian segera berpencar untuk memeriksa sekitaran gedung kosong itu. Tetapi hasilnya nihil. Tidak ditemukan adanya mayat ataupun bukti apapun. Setelah itu mereka semua pun kembali lagi ke dalam ruangan tempat dimana mereka berkumpul tadi.
"Sepertinya memang yang seperti ketua katakan, mayat itu tidak ditemukan. Apakah ada cctv di dalam area gedung ini?" ucap salah satu diantara mereka. Orang itu memakai jas hitam dan dasi ungu.
"Sayangnya disini tidak ada cctv. Ini adalah gedung kuno yang pembangunannya belum selesai dan sudah ditinggalkan sejak lama" ujar pria bertopi pandora itu.
"Berarti.. Apa gedung ini berhantu?! Gedung ini sudah lama ditinggalkan. Apalagi ada kasus pembunuhan disini. Pasti gedung ini dijamin berhantu dan angker!!" teriak salah satu diantara itu. Orang yang berbadan paling kecil diantara gerombolan orang itu. Orang itu memakai jas ungu.
"Tenanglah. Hantu itu tidak ada!" teriak salah satu yang lain. "Yang ada itu adalah jin yang menyerupai manusia mati" ucapnya. Orang itu memakai jas biru dengan dasi merah.
"Apapun itu! Yang jelas makhluk ghoib!" ujar orang berjas ungu yang ketakutan hantu itu tadi.
"Sudah sudah kalian diam! Bon, kalau kau takut, sebaiknya kau tidak usah ikut kesini. Kau tau kan kita sedang menyelidiki kasus pembunuhan" ucap ketua mereka. "Dan ada kemungkinan, korban yang dibunuh itu adalah dari anggota organisasi kita" jelasnya.
"Ngomong-ngomong. Kita belum periksa seluruh tempat di gedung ini" ucap salah satu orang diantara mereka. Si pria berbadan agak gemuk.
"Iyakah? Bukannya kita sempat berpencar untuk menjelajahi gedung ini?" tanya salah satu yang lain. Ia memakai jas abu-abu tua.
"Apa kalian sudah ada yang memeriksa gedung bagian atas?" tanya yang lain lagi. Orang itu juga memakai jas abu-abu.
Mereka pun menggeleng. Tapi ada salah satu diantara mereka yang kemudian menjawab. "Aku tadi sempat memeriksa ke lantai atas. Tapi tidak ada tanda apapun disana" ujarnya. Orang itu adalah yang memakai topi pandora.
"Kalau begitu, apakah kasus ini kita sudahi saja? Sepertinya kita tidak dapat menemukan bukti" ujar pria berambut pirang itu.
Sebelum ketua mereka ingin menjawab sesuatu. Tiba-tiba terdengar adanya suara desisan entah dari mana.
"Eh?! Suara apatuh?! Hantu?!!" tanya orang berjas ungu yang takut hantu itu seperti terkejut dan ketakutan.
"Bukan! Mana ada hantu!" ucap pria berjas biru yang tidak percaya hantu tadi. "Ini seperti.. Suara.. Ular?" ujarnya memastikan lagi pendengarannya.
Mereka pun keluar dari ruangan itu dan bergegas mencari sumber suara. Apakah kasus pembunuhan ini adalah karena dibunuh ular? pikir beberapa orang diantara mereka.
Suara desisan itu makin terdengar ketika mereka berjalan melewati sebuah tangga darurat menuju ke lantai atas. Mereka pun ingin menaiki tangga untuk beranjak naik menuju ke lantai atas.
"Sebaiknya kalian jangan naik ke atas" ujar orang yang memakai topi pandora itu tiba-tiba sebelum mereka naik menuju ke lantai atas.
"Kenapa?" tanya pria berambut pirang. "Kau bilang tidak ada apapun di atas sana. Kenapa kau bilang sebaiknya jangan naik?" tanya orang itu sedikit curiga.
"Jika memang benar ada ular di atas sana.. Aku khawatir kalian juga akan mati dibunuh ular itu. Jadi sebaiknya kita tidak naik ke lantai atas" ujar pria yang memakai topi pandora itu.
"Apa kau tadi melihat ular saat naik ke atas?" tanya pria berjas cokelat yang memimpin gerombolan itu.
"Tadi aku tidak melihatnya" ucapnya. "Aku hanya mengecek sebentar lalu turun lagi. Mungkin ular itu memang sudah berada disana dari sebelumnya tetapi bersembunyi atau berada di tempat yang berbeda saat aku di atas" jelas pria bertopi pandora itu.
"Kalau begitu sebaiknya kita cek terlebih dahulu. Mungkin saja kita bisa menangkap ular itu, atau menghindarinya jika jaraknya masih jauh" ujar salah satu diantara mereka. Orang itu memakai jas biru donker.
"Baiklah. Ayo kita naik" ujar pemimpin mereka itu. Beberapa diantara mereka menyetujui, dan ikut naik ke atas tangga menuju lantai atas.
Sedangkan pria yang memakai topi pandora itu hanya diam tidak menaiki tangga. Ia terlihat seperti menghela nafas pelan. "Sudah aku peringatkan jangan naik ke lantai atas. Tapi kalian tidak ingin mendengarku" ucap pria bertopi pandora itu.
Ketika di lantai atas, gerombolan itu berjalan menelusuri lorong yang gelap dengan cahaya redup. Mereka ingin mencari keberadaan ular itu, dan jejak kasus pembunuhan semalam. Tetapi keadaan disana terkesan kosong dan sepi. Hanya gedung yang tidak tertata rapi dengan bahan bangunan yang berserakan.
Mereka masih terus berjalan melewati lorong. Ketika salah satu pria berjas abu-abu sebagai yang paling depan berjalan, tiba-tiba saja ia menginjak sesuatu. "Apa in–UWAAA?!!" teriaknya tiba-tiba. Tubuhnya terikat oleh jaring yang menariknya ke atas. Dan sebuah pedang dari atas menancap perut orang itu. "Agh–!!" pria itu pun mengeluarkan darah dari perutnya yang menetes sampai ke lantai.
Beberapa orang diantaranya ada yang berteriak kaget dan panik saat melihat itu. "Ini.. Jebakan?!" ucap seseorang diantara mereka, pria berjas hitam. Mereka pun mulai waspada melihat sekitar.
Yak. Benar saja. Terdapat banyak jebakan disitu. Tiba-tiba saja sebuah pisau besar seperti pemotong daging turun dari atas dengan cepat ingin memotong bagian atas tubuh mereka.
"AWAS!!" teriak yang berambut pirang saat melihat itu. Ia pun segera menunduk begitu berteriak untuk menghindar. Diikuti dengan beberapa yang lain yang ikut menunduk.
Tetapi tiga orang yang telat menyadari itu. Leher mereka terkena pisau itu dan kepala mereka terpotong. Darah mengucur dari leher mereka, dan kepala mereka terjatuh ke lantai, badan mereka pun kemudian ikut terjatuh dengan linangan darah.
"A–apa?!" ujar beberapa diantara mereka ketakutan.
Tiba-tiba terdengar suara desisan ular itu lagi. "Sstt..Muehehehe–Nyahahah" dan suara itu pun berubah jadi tawa aneh. Tetapi lebih seperti suara manusia dibanding ular.
"Kita dijebak!" ujar pria berbadan agak gemuk berjas cokelat itu.
"Kalian baru menyadarinya? Para manusia bodoh" ucap suara seorang pria. Tiba-tiba dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat oleh mata. Seperti ada tebasan dari pisau dan pedang yang sangat tajam, dengan cepat tebasan itu memotong-motong tubuh sekitar lima orang anggota diantara mereka. Tubuh mereka pun seketika terpotong-potong dengan darah yang mengucur dan terciprat keluar dari tubuh mereka. Bahkan sebagian usus dan organ dalam mereka ada yang bercecer keluar.
"Siapa kau?!" ujar ketua diantara mereka itu. "Apa maumu?!" tanyanya berteriak.
"Mauku? Membunuh kalian. Sampah" ujar suara pria itu yang entah darimana asal suara itu berbicara.
Beberapa orang diantara itu mengeluarkan pistol dan pisaunya. Tetapi kecepatan mereka kalah cepat dengan tebasan orang itu. Belum sempat mereka mencoba menembakan pistol dan mengayunkan pisau mereka, tangan bahkan tubuh mereka sudah terpotong dan tertusuk senjata tajam. Ada yang berhasil mencoba menembakan peluru, tetapi jelas saja meleset, dan orang tersebut pun juga dibunuh oleh orang yang menebas mereka dengan sangat cepat itu.
Tiba-tiba seekor ular hijau pun muncul, dan melilit kaki ketua pimpinan mereka. "..Apa?!" ujarnya kaget begitu melihat ular itu sudah melilit di kakinya.
"Itu ularnya!!" tunjuk seseorang ke arah kaki sang ketua. Ia ingin mencoba melepaskan ular itu dari lilitan kaki ketua mereka sembari tangan kanannya ingin mengeluarkan senjata dari saku celana nya. Tapi belum sempat ia mendekat. Sebuah pedang menghadang tangan itu dan memotongnya dengan cepat. "ARGHH–!!" teriaknya. Orang itu menoleh ke arah orang yang memotong tangan kanannya.
Yang dilihatnya kini adalah seorang wanita berambut pendek cokelat tua sebahu dengan topeng rubah hitam merah, dan menggunakan syal merah. Wanita itu pun memutar tubuhnya dengan anggun dan cepat tetapi gerakannya masih sanggup dilihat oleh mata. Dengan gerakan yang halus dan indah ia mengangkat pedangnya dengan genggaman memutar ke bawah dan menusuk pedang itu ke perut orang tersebut tepat di ulu hati. Tak lama kemudian orang tersebut pun mati.
Kaki ketua mereka itu digigit oleh ular hijau tersebut. "Gahh–!!" teriaknya. Ia pun mencoba melepaskan lilitan ular itu. Tapi ia malah jatuh terduduk. "Awgh!"
Seketika ular hijau itu tiba-tiba berubah bentuk menjadi manusia aneh dengan kulit manusia yang bewarna agak sedikit kehijauan seperti terkena racun, atau zombie. Dan rambutnya bewarna hijau seperti sayuran.
"Apa?! Siluman.. Ular?!" ujar pria itu terkaget melihat ular itu yang kini berubah wujud menjadi seperti manusia dan menduduki atas badannya.
Manusia ular itu pun berdiri dan menoleh menatap orang yang kakinya digigitnya itu sambil tersenyum aneh. "Allo~" sapanya kepada sang ketua itu.
Sekarang hampir semua rombongan orang tadi yang ada disana sudah mati. Tubuh mereka terpotong-potong dan juga terdapat banyak luka tusukan. Banyak darah dari para mayat tersebut berceceran di sekitaran tempat gedung itu.
Terlihat di tengah antara semua mayat bergelimpangan itu, seorang pria berambut hitam lebat sedang berdiri di antara mereka. Kaki kanannya menginjak salah seorang yang kini sudah mati terbunuh. Pakaiannya dan tubuhnya banyak bekas cipratan darah dari para korban yang dibunuhnya. Pedang yang ia pegang di tangan kirinya, tiba-tiba saja berubah menjadi anting pedang yang menyerupai seperti salib di telinga kirinya. Pria itu lalu berbalik badan. Terlihat bola matanya yang bewarna merah darah terang. Ia lalu menyeringai menatap sang ketua mereka yang masih hidup.
Suara langkah kaki lalu tiba-tiba terdengar. "Sudah aku katakan. Jangan naik ke lantai atas. Tapi kalian tidak mau mendengarkan peringatanku" ucap suara seseorang yang sedang berjalan menghampiri mereka itu. "Jadinya kalian malah mati kan" ujarnya dengan nada santai yang seperti mengasihani sekaligus tidak peduli secara bersamaan. Orang itu adalah yang memakai topi pandora.
"Kau..?! Apa kau juga dibalik ini semua?!" tanya ketua itu seperti sedikit marah sambil tangan kirinya menunjuk pria yang bertopi pandora tersebut. "Dasar kau penghianat!!" marahnya.
"Tidak. Aku justru memberi peringatan kepada kalian sejak awal agar tidak naik" ujar pria bertopi pandora itu mengangkat kepala nya. Terlihat matanya yang bewarna biru elektrik, dengan rambut bewarna hitam kecokelatan. "Tapi kalian yang tidak ingin mendengarkan. Jadi itu salah kalian sendiri" ucapnya.
"Zevion?" ujar perempuan pembunuh yang memakai topeng rubah itu kepada sang pria yang memakai topi pandora.
"Yo. Jeanne" sapa lelaki yang memakai topi pandora itu kepada sang wanita bertopeng rubah. "Jadi, sudah dapat kutebak. Boss Orkan dan kalian berdua itu adalah dalang dibalik kasus pembunuhan ini" ucapnya dengan memejamkan mata sembari tangan kanannya melepas topi pandora nya. Tangan kirinya lalu menunjuk ke arah Jeanne dengan telapak tangan yang mengarah ke atas. "Dan aku benar!" ucapnya sembari membuka mata dan sedikit tersenyum miring bangga. Ia pun memakai topi pandora nya kembali.
To be Continued..