"Temen boss yang berkacamata itu sepertinya mencurigakan" ujar Zevion. "Sepertinya dia mengetahui beberapa hal mengenai Keluarga Hazaryuu"
"Maksudnya Gatot?" tanya Riven sembari berbalik arah menatap Zevion. "Entahlah. Mungkin aja" ujar Riven mengedikkan bahu sekilas. "Sejujurnya gua juga rada sedikit heran sih, gimana dia bisa tau soal perusahaan Hazaryuu yang juga melakukan perdagangan ilegal? Meskipun padahal juga ada banyak perdagangan legalnya" ucapnya dengan ekspresi berfikir.
"Aku bahkan curiga, dia sepertinya tau tentang Perusahaan Hazaryuu yang sebenarnya dibalik itu juga merupakan keluarga organisasi mafia" ujar Zevion memelankan suaranya agar tidak terlalu terdengar sekitar sambil menatap Riven. "Atau jangan-jangan, bisa saja dia memang sudah mengetahui tentang organisasi mafia 'Hazaryuu Famiglia'?"
"Mungkin? Tapi kalo emang gitu.. Berarti dia sebenarnya kawan atau lawan?" ucap Riven dengan pose berfikir agak menunduk sambil tangan kanannya memegang bawah dagunya.
"Karena dia kawan boss Riven?" tanya Zevion. "Tapi kalau dia sebenarnya lawan boss bagaimana?"
"Kalo dia kawan, itu justru bagus. Gua jadi gak perlu menutupi lagi hal tentang 'Hazaryuu Famiglia' ini dan bahkan memudahkan gua untuk bisa mengajak dia masuk jadi bagian keanggotaan juga, karena kemampuan glitchnya cukup berguna. Tapi kalo dia lawan.. Gua berarti harus waspada dan hati-hati sama dia. Soalnya dia bisa aja udah mengetahui beberapa rahasia tentang 'Hazaryuu', bahkan.. Dia adalah salah satu dari musuh Hazaryuu" ucap Riven masih agak menunduk berfikir. "Atau mungkin buruknya malah.. Dia juga salah satu yang sedang mengincar dan mengawasi gua, bahkan ternyata juga ingin ngebunuh gua!" pikir Riven yang kemudian menatap Zevion. "Apalagi kemampuan glitch nya, dia bisa aja menyamar atau berpura-pura jadi orang lain untuk bisa memanipulasi dan mengelabuhi musuh"
"Nah itu dia boss!! Berarti boss Riven harus hati-hati dan waspada dengan kawanan boss sendiri. Apalagi di kota lokasi ini manusianya sebagian besar sudah memiliki kemampuan yang disebut Glitch. Kemungkinan untuk ada musuh dibalik papan itu besar boss!" ucap Zevion. "Tunggu! Jadi.. Apa dia juga jadi salah satu dari 'target' boss?"
"Entahlah.. Ya, dia bisa jadi salah satu 'target' yang berpotensi" ucap Riven berfikir. "Cuma gua gak tau, apa dia sebenarnya kawan atau lawan untuk gua" ucapnya menatap Zevion.
"Hoo. Jadi apa mereka bertiga itu tadi jangan-jangan merupakan 'target' boss?" tanya Zevion penasaran.
"Bisa dibilang dua diantaranya iya. Kalau Eirin, dia bukan 'target'. Dia emang udah jadi pelayan gua dan tau tentang keluarga gua termasuk tentang 'hal' ini. Jadi dia emang udah tau tentang gua. Bahkan dia emang udah pasti bakal jadi calon bagian Hazaryuu Famiglia juga nantinya meskipun sekarang belum resmi" jelas Riven.
"Oh yang cewek rambut merah itu ya boss? Jadi dia itu pelayan boss Riven disini?" tanya Zevion. "Hoo. Kukira dia bakal jadi calon kekasih boss" ujarnya terkekeh jail. "Berarti dia udah tau seluk beluk tentang keluarga Boss Riven?"
"Secara garis besar iya dia udah tau. Cuma masih ada banyak hal juga yang dia masih belum tau" ucap Riven. "Entahlah. Gua belum mikir ke arah sana sekarang" ucap Riven malas sembari mengedikan bahu sekilas. "Lagipula.." Riven sedikit melirik ke arah kiri bawah lalu menghela nafas pelan.
"Hoo I see" Zevion manggut-manggut. "Haha oke boss. Aku tau boss masih mikirin 'doi' boss sebelumnya itu kan?" ucap Zevion terkekeh.
"Ya.." ujar Riven masih sedikit melirik ke kiri bawah. "Masih ada lagi yang mau lu bicarain Zev?" tanya Riven menatap Zevion.
"Oh iya, btw boss. Aku menemukan sesuatu. Boleh titip di kotak pandora milik boss Riven? Siapatau berguna" ucap Zevion sembari melepas topi pandoranya.
"Mau titip apaan emangnya?" tanya Riven sedikit menaikan alis menatap Zevion.
"Ini boss" Zevion lalu mengeluarkan suatu benda dari dalam topi pandora nya. Benda itu berbentuk seperti bola kelereng agak besar bewarna biru dengan campuran ungu, pink, dan merah yang bergerak di dalam bolanya seperti asap. Bola itu juga mengeluarkan pancaran cahaya dengan warna yang serupa.
"Benda apaan tuh?" tanya Riven melihat benda tersebut.
"Aku masih belum tau pasti ini apa. Tapi yang jelas ini adalah benda mistis yang mengandung energi spiritual magis yang kutemukan. Makanya lebih aman jika benda ini berada di dalam kotak pandora milik boss Riven, dibanding topi pandora milikku. Nanti akan kuteliti lebih lanjut lagi benda apa ini jika sempat" ujar Zevion.
"Kenapa titip ke gua kalo gitu? Kan bisa di dalem topi lu aja?" tanya Riven heran.
"Benda ini soalnya sepertinya membawa kekuatan yang lumayan besar. Aku kadang jadi terasa agak pusing karena membawa benda ini di kepalaku. Lagipula kemampuan muatan benda di topi pandoraku itu terbatas. Tidak seperti kotak pandora boss Riven yang tidak terbatas dan tanpa batas" jelas Zevion.
"Hm.. Okelah kalo gitu" ucap Riven. "Baiklah.." Riven menghela nafas sejenak. "Pandora Box" ucap Riven sambil membuka telapak tangan kirinya.
Seketika muncul sebuah kotak kecil seukuran setengah genggaman tangan bewarna hitam sedikit kebiruan. Kotak tersebut terlihat layaknya seperti gabungan dari batu giok, obsidian, dan besi. Tetapi sebenarnya juga dari material dan batuan khusus. Terdapat ukiran relief naga panjang sewarna kotak tapi memiliki kilau keemasan yang melingkari di sekitar kotak itu. Di bagian atasnya terdapat lingkaran bewarna merah layaknya ruby sebagai bukaan benda masuk dan keluar. Kotak itu melayang tepat di atas tangan kiri Riven.
Benda yang dibawa Zevion itu seketika ikut melayang dan menuju ke arah kotak pandora Riven. Lalu benda itu terhisap masuk melalui bukaan merah yang terbuka pada atas kotak pandora, seperti terserap masuk ke dalam kotak pandora tersebut. Meskipun ukuran bola kelereng itu sebenarnya lebih besar daripada ukuran kotak pandora milik Riven.
Riven lalu mengepalkan tangan kirinya. Dan seketika kotak itu hilang seperti terserap masuk ke dalam kepalan tangan kiri Riven. Saat Riven membuka kepalan tangan kirinya kembali, kotak itu sudah menghilang seperti tidak ada. "Oke. udah kan?"
"Oke boss" cengir Zevion sembari memakai topinya kembali. "Kalo begitu nanti aku akan coba awasi kawan boss itu" ucapnya. "Tapi mungkin aku tidak bisa sering-sering mengawasinya boss. Apalagi aku disini cuma sementara karena masih ada tugas lainnya"
"Oke santuy. Bisa dimaklumi" ujar Riven. "Btw.. Apa tujuan lu berada di tempat ini? Lu disini bukan cuma karena pengen ketemu sama gua kan?" tanya Riven melipat kedua tangannya menatap Zevion.
"Yah begitulah boss. Ada organisasi yang sedang kuselidiki disini" jawab Zevion. "Dan.. Sepertinya boss Orkan pun juga sedang memburu target sesuatu di sekitar sini juga"
"Oh. Orkan lagi ngeburu siapa?" tanya Riven penasaran sembari melepas lipatan kedua tangannya.
"Kudengar orang yang sedang diincarnya adalah.. Erigos" ujar Zevion dengan tatapan serius.
"Erigos.." ucap Riven pelan dengan nada serius. "Siapa tuh?" tanyanya menatap Zevion.
"Boss Riven nggak tau soal Erigos?!" tanya Zevion terkejut heran.
"Kagak" jawab Riven polos. "Emangnya dia siapa?"
Zevion sedikit menunduk sambil menepuk pelan jidatnya. "Itu.. Nanti aja deh boss kuceritain pas di tempat boss Riven. Karena kayaknya bakal lumayan panjang kalo ngomongin hal ini. Meskipun nggak panjang panjang amet juga sih" ucap Zevion menatap Riven. "Dan sepertinya cukup berbahaya juga membahas hal ini di tempat umum atau publik kayak mall begini"
"Oh. Masih 'panjangan punya gua' yak?" ujar Riven dengan cengiran jailnya. "Okelah kalo gitu"
"Boss.. Udah boss. Saya tau maksud boss Riven" ujar Zevion sweatdrop menatap Riven.
"Wkwk yaudah balik yok. Kasian Dirga dan yang lainnya kelamaan nungguin nanti. Ntar yang ada kita beneran disangka lagi ngegay kalo kelamaan" ucap Riven sambil merangkul pundak Zevion. "Atau kita mau sekalian ngegay beneran sekarang?" cengir jail Riven ke arah Zevion di rangkulannya.
"Boss jangan boss. Saya tidak ingin jadi pelampiasan boss Riven" ucap Zevion menatap hopeless ke arah Riven sembari dirangkul Riven.
"Wkwk canda. Meskipun gua doyan gituan. Bukan berarti gua tipe orang yang suka sembarang ngewein orang" ucap Riven. "Tapi kalo mau beneran sih, gas" cengir jailnya.
"Boss jangan bercanda boss. Candaan boss itu bahaya soalnya. Kadang taunya bisa jadi beneran. Soalnya boss kadang ambigay" tatap datar hopeless Zevion ke arah Riven.
"Awkwk. Yodah yok balik" ucap Riven. Kemudian Riven berjalan sembari merangkul pundak Zevion diikuti Zevion yang berjalan sambil dirangkul Riven. "Btw tapi gua mau pipis dulu beneran sebelum balik" Riven pun beralih ke arah toilet sembari menarik Zevion yang berada di rangkulannya menuju ke arah toilet terdekat.
"Boss.. Kalo mau pipis tapi jangan sambil rangkul saya boss-!!" ucap Zevion yang ditarik dalam rangkulan Riven saat mereka mau memasuki toilet. Mereka berdua pun masuk ke dalam toilet.
–
Sedangkan itu di tempat lain, di dalam salah satu restoran cepat saji. Terlihat Dirga, Gatot, dan Eirin sedang duduk di kursi sofa sambil makan dan mengobrol sembari menunggu Riven dan Zevion kembali. Dirga duduk di sebelah Gatot, dan berhadapan dengan Eirin yang duduk bersebrangan dengan mereka.
"Ohiya. Btw, bisa kenal Riven awalnya gimana?" tanya Dirga penasaran menatap Eirin sembari menggigit kentang goreng.
"Itu.. Waktu itu awalnya aku ketemu dia di bar. Lalu kita ngobrol-ngobrol. Taunya kebetulan ternyata kita satu kampus" jawab Eirin. Tetapi ia menutupi detail yang sebenarnya, terutama soal dirinya yang bekerja sebagai penari lepas di bar. Dan juga tentang dirinya bersama Riven yang juga melakukan hubungan seks dari saat awal mereka berkenalan.
"Trus kok gua kadang suka ngeliat kayaknya kalian berdua juga sering pulang pergi bareng ke kampus? Rumah kalian deket?" tanya Gatot heran sekaligus penasaran disela minumnya.
"Seriusan?! Kok lu tau?" tanya Dirga terkejut sembari menoleh ke Gatot. "Gua aja gatau soal itu"
"Itu.. Kebetulan juga.. Ternyata kita tinggal di satu gedung apartment yang sama" ucap Eirin sedikit ragu. Karena sebenarnya Eirin awalnya tinggal di kosan berbeda. Tapi karena ia sekarang bekerja menjadi pelayan Riven, ia ditawarkan untuk tinggal di tempat Riven dan kini tinggal bersama Riven dalam satu unit apartemen yang sama untuk melayaninya. "Jadi Riv sekalian mengantarku barengan untuk ke kampus karena kita dari gedung apartment yang sama"
"Oalahh. Bisa kebetulan mulu gitu yak kalian. Udah berasa kayak jodoh aja" ucap Dirga ke Eirin.
Eirin sedikit pipinya merona saat dibilang kata 'Jodoh'. "Itu.. Tidak mungkin. Lagipula Riv sudah memiliki seseorang di hatinya" ucap Eirin ke arah Dirga.
"Oalah. Jadi si Riven ternyata udah punya pacar?" tanya Dirga penasaran. "Tau siapa orangnya?"
"Katanya mereka sudah tidak bersama lagi. Hanya saja Riv bilang.. Dia sebenarnya masih mengharapkan suatu saat orang itu kembali.." jawab Eirin sedikit menunduk ke kiri bawah. "Meskipun katanya ia juga tidak ingin terlalu berharap banyak padanya lagi karena ia sudah sedih dan kecewa" gumam Eirin pelan. "Aku belum pernah bertemu dengannya. Tapi sepertinya Riv sangat mencintai orang itu" ucap Eirin menatap ke Dirga.
"Ohh berarti apa mereka berdua udah putus??" tanya Dirga.
"Entahlah. Sepertinya begitu..?" ucap Eirin tak yakin.
"Tapi kalo lu sendiri ke Riven gimana?" tanya Gatot penasaran menatap Eirin. "Lu ada rasa nggak sama Riven?"
"Kalo itu.." ucap Eirin ragu sambil menoleh ke kiri bawah dan pipi sedikit merona tipis.
"Yo Gaes!" sapa Riven yang datang bersama Zevion menghampiri mereka sambil sebelah tangannya masih merangkul pundak Zevion. Sebelah tangannya terangkat untuk menyapa para ketiga temannya yang sedang duduk itu.
"Weh Riven. Sini bre!!" panggil Dirga sambil mengangkat sebelah tangannya juga. "Lama banget lu–Eiya gua lupa! Kan gua belum kabarin kita tempatnya disini. Kok lu bisa tau dah kita disini?" tanya Dirga.
"Insting gua tajem" ucap Riven. "Lu lagian goblok kagak ngabarin lokasinya dimana" ujarnya ke Dirga. "Tau gitu gua lama-lamain aja biar bisa asik-asikan berduaan dulu sama Zevion. Ye nggak Zev?" cengir jail Riven sambil menoleh ke Zevion di rangkulannya.
"Lah emang lu berdua tadi beneran ngegay?!" tanya Dirga dengan ekspresi sedikit terkejut.
"Boss.." ucap Zevion sweatdrop. "Nggak. Tapi kalo tau ternyata gitu, kami gausah buru-buru kesini supaya nggak disangka beneran lagi ngegay kalo kelamaan" ucap Zevion ke Dirga sembari melepaskan rangkulan tangan Riven dari pundaknya.
"Kalopun kita beneran ngegay, napa? Lu mau ikutan Dir?" cengir tengil Riven ke Dirga.
"Ogah, goblok! Gua masih doyan cewek!" ucap Dirga harhar ke Riven.
"Heleh. Lagi mau pdkt ya lu sama Eirin?" tanya Riven meledek Dirga sembari duduk di sebelah Eirin. Diikuti Zevion yang juga duduk di sebelahnya Riven.
"Wets anjir. Jangan terang-terangan napa lu Ven!" ujar Dirga ke Riven. "Maunya sih gitu. Tapi kayaknya.." Dirga melirik ke Eirin, lalu melirik ke Riven. Ia lalu tersenyum kecil yang mencurigakan.
"Eh-?!" Eirin yang menyadari ekspresi Dirga sedikit terkejut dan hanya menggeleng pelan.
"Lu maunya gua 'gelap-gelapan'?" tanya Riven dengan senyuman jail ke arah Dirga. "Kayaknya apa?"
"Ogah. Lu mencurigakan ven soalnya kalo gelap-gelapan" ujar Dirga harhar. "Ada deng" senyum jail kecil Dirga.
"Wkwk. Btw Dir, lu yang bakal traktir kan?" tanya Riven. "Kalo enggak, gak gua anter balik lu ntar pas pulang" ujar tengil Riven ke Dirga.
"Sialan. Kenapa gua doang yang ditagih dan diancem?! Gatot enggak?" tanya Dirga tak terima. "Kan lu padahal anak orang kaya Ven. Harusnya lu yang traktir gua bro!"
"Gatot juga nanti. Tapi lu lebih utama soalnya utang lu banyak ke gua" ledek Riven ke Dirga. "Yang tajir kan bokap gua. Bukan gua"
"Mana ada gua ngutang?! Utang gua waktu itu pun juga udah gua bayar anjir!" ujar Dirga." Yelah. Duitnya masih tetep nurun juga kan?"
"Udah mending lu traktir gua Dir. Kalo enggak gua tinggalin lu disini nanti" ucap Riven yang memaksa Dirga untuk mentraktirnya.
"Sialan emang lu Ven. Yodah kali ini gua traktir. Besok besok gantian lu!" ucap Dirga yang akhirnya merasa terpaksa untuk mentraktir Riven.
"Yoi. Thanks bro!" cengir Riven yang kemudian memesan makanan dan minuman. Begitupula Zevion yang memesan bersama Riven.
Setelah selesai makan, mereka pun pulang menuju ke kampus dengan mobil Riven untuk mengantarkan Dirga dan Gatot kembali ke kampus. Setelah itu, Riven bersama Eirin lanjut melaju menuju ke apartemen mereka berdua tinggal.
Sedangkan Zevion, ia menaiki mobil miliknya sendiri menyusul mengikuti di belakang mobil Riven. Yaitu sebuah mobil bewarna biru navy yang bergradasi dengan warna biru electric di bagian depannya. Ia mengikuti mobil Riven menuju kampus dan juga apartemen Riven.
Ketika mengikuti jalannya mobil Riven untuk menuju ke apartemennya, Zevion menyadari bahwa mereka keluar dari wilayah kota Schwartz. "Loh ini.. Keluar kota Schwartz? Berarti apartemen boss Riven bukan di dalam kota Schwartz nya?" gumam Zevion sembari menyetir melihat ke suasana jalan kota yang ada di luar jendela mobil.
Zevion lalu segera mengecek kembali alamat apartemen yang tadi Riven kirimkan di hp nya. Ia tadi belum melihat detail alamatnya. Dan ya, letak apartemen tinggal Riven bukanlah berada di kota Schwartz juga. Tapi di kota dekat Schwartz yang terletak di sisi Barat Daya dari kota Schwartz. Yaitu.. Scharoz City.
"Ini kan tempat.. Boss Orkan berada di lokasi kota ini juga!" ujar Zevion saat melihat nama kota tersebut pada pesan alamat dari Riven di layar hp nya.