"Bentar ya bro, gua ada telpon" ujar Riven sambil berdiri dari bangkunya. Riven lalu berjalan menjauh dari bangku mereka duduk.
"Oh oke bro" ujar Dirga mengacungkan jempol tangan kirinya. "Jangan malah kabur lu Ven tapi!" ucapnya.
"Santuy. Gua kabur juga paling masih bisa ketemu lagi pas di kelas" ujar Riven sambil menoleh ke Dirga. Riven pun berjalan meninggalkan area kantin dan mengangkat telfonnya "Yo Zevion. Tumben nelpon. Ada apa?" tanya Riven.
["Hallow boss Riven! Apa kabar nih bossque?"] tanya Zevion dari panggilan telpon. ["Boss dimana? Saat ini aku sedang berada di kota Schwartz! Jadi pengen sekalian mampir ketemu boss Riven mumpung disini"] ujarnya.
"Gua lagi di kampus. Lah kok lu tau gua lagi di Schwartz?" tanya Riven.
["Kan katanya situ kuliahnya di kota Schwartz boss"] ucap Zevion seperti sweatdrop. ["Oiya kemarin aku ketemu Renzo, beserta ada boss Orkan dkk juga di kota sebelah deket kota Schwartz"]
"Hoiya" ucapnya. "Wait.. Lagi ada Orkan juga di sekitar sini?! Orkan juga dateng kesini?!" tanya Riven sedikit terkejut. "Berarti Jeanne dan yang lainnya juga?"
["Yoa. Tapi bukan di Schwartz. Entah boleh kusebut atau tidak tempatnya mereka ada di kota mana"] jawab Zevion. ["Yup. Ada Jeanne dan manusia uler mantan guru boss juga. Siapa tuh namanya? Yanagi?"]
"Jadi pak Yanagi juga ikut?!" tanya Riven sedikit terkejut. "Kalo budaknya Orkan yang si Arkie itu apa ikut juga?"
["Iya ikut. Gatau boss, belum liat kalo yang budaknya itu"] ujar Zevion. ["Jadi kapan kita bisa ketemuan boss? Atau, boss sekarang disini tinggalnya dimana? Siapatau bisa mampir sekalian cari penginapan di sekitaran situ. Atau nginep di tempat boss Riven tinggal di wilayah ini mungkin kalo boleh? Hehe. Tapi jangan apa-apain saya ya boss kalo nginep"]
"Gua tinggal di apartement. Barengan sama Ren dan Joko juga. Sini lu mampir. Nginep aja kalo gitu" ucap Riven. "Yah kalo itu sih.. Tergantung" senyum jail Riven.
["Oke. Weits jangan apa-apain saya dong boss"] ucap Zevion dengan nada sedikit tertawa hopeless. ["Ngomong-ngomong, nggak sekalian tinggal bareng sama ketua Rivenia juga boss?"] tanya Zevion penasaran.
"Satu apartemen juga kok, meski beda unit" ucap Riven. "Cuma kalo soal Venia.. Saat ini dia lagi ada shooting di kota lain. Dan juga selain itu, dia sekaligus sedang melakukan 'sesuatu' di tempat itu"
["Oh. Apakah ketua Rivenia sedang memata-matai sesuatu?"] tanya Zevion.
"Begitulah" jawab Riven. "Jadi lu sekarang lagi lokasinya ada dimana?"
["Lagi nongkrong di mall, biar keliatan kayak anak horang kayah boss"] jawab Zevion. ["Alamat apartemen boss dimana? Biar nanti bisa kesana boss"] ucapnya.
"Kan lu emang anak orang kaya" ucap Riven. "Ntar gua shareloc. Nggak mau sekalian mampir ke kampus gua lu?" tanya Riven.
["Kaya apaan dulu boss? Masih tetep jauh lebih kayaan boss lah pokoknya. Oke. Kapan-kapan aja dah boss kalo mampir ke kampus boss"] ucap Zevion. ["Yaudah shareloc aja boss. Sekalian detail unit apartemen nya ya boss. Apa ada penjagaan khusus juga disana?"]
"Kaya Orang" jawab Riven. "Ada. Disitu juga ada Ren. Yaudah gua matiin dulu telponnya, ntar gua share" ucap Riven yang kemudian mematikan telfonnya.
["Lah berarti saya bukan orang dong boss?!"] ucap Zevion sweatdrop. ["Oke bossque"] Zevion pun juga mematikan panggilan telfonnya.
Riven lalu mengirimkan lokasi alamat apartemennya tinggal kepada Zevion. Setelah itu, Riven kembali berjalan menghampiri Dirga dan Gatot yang masih duduk di bangku kantin tadi.
"Kita nggak ada kelas lagi kan abis ini?" tanya Riven sembari duduk.
"Kan kita ada kelas ntar sore" ucap Dirga. "Mumpung masih ada waktu kosong enaknya kita ngapain dulu yak?" tanyanya ke Riven dan Gatot.
"Mending tidur di perpus aja kayaknya" ucap Gatot dengan muka mengantuk.
"Masih ngantuk lu? Bosen ege di perpus" ucap Dirga ke Gatot. "Mending jalan lah kita bro. Sekalian gua mau beli cat poster nih. Udah mau abis cat poster gua buat ngerjain tugas nirmana" ajaknya yang lalu menoleh ke Riven.
"Bebas" ujar Riven sambil menyedot matcha nya tadi. "Kalo lu mau beli cat poster, gua sekalian aja dah ikut beli juga"
"Yaudah ayuklah bro kita jalan" ucap Dirga. "Lu ikut juga gak bro?" tanya Dirga menoleh ke Gatot.
"Yaudahlah ikut aja gua" ujar Gatot dengan muka malas.
"Yehh lu mau ikut tapi kek nggak niat amet" ledek Dirga ke Gatot.
"Bentar gan. Gua mau nelfon orang dulu" ucap Riven sambil menelfon seseorang. Riven pun mengarahkan telfonnya ke kuping kirinya.
"Nelfon siapa lu?" tanya Dirga penasaran menoleh ke Riven.
"Temen" ucap Riven. Telfon pun diangkatnya. "Hallo. Eirin. Udah kelar kelas belum?" tanya nya ke orang yang ditelfonnya.
["Sudah tu–Riv. Ada apa?"] tanya orang itu di telfon, yaitu Eirin.
"Lagi dimana? Gua keknya mau jalan sama temen gua abis ini. Masih ada kelas lagi nggak? Atau lu mau ikut gua sekalian?" tanya Riven.
["Masih di gedung fakultas, tapi setelah ini aku kayaknya ingin ke kantin sih.. Oh mau kemana Riv?"] tanya Eirin penasaran.
"Gatau dah. Bentar gua tanyain dulu" ucap Riven. "Woy cuk. Kita mau jalannya kemana emangnya?" tanya Riven menoleh ke Dirga.
"Ke mall yang deket kampus aja dah. Ke toko buku buat beli cat poster. Tapi kalo bisa sih pengennya sekalian nongkrong juga" jawab Dirga. "Ahelah coba nanti kagak ada kelas lagi" keluhnya mengingat nanti sore masih ada kelas. "Cabut kelas aja kali yak" pikirnya.
"Ke mall" jawab Riven ke Eirin di telfon. "Mau ikut sekalian nggak? Daripada ntar lama nunggu gua" ucapnya. "Si Dirga katanya pengen ngajak cabut kelas nih ntar sore"
"Weh anjir kok langsung bawa-bawa gua?! Itu kan belum pasti" ucap Dirga menoleh ke Riven sambil sedikit menepuk belakang pundak kanan Riven.
["Hm.. Boleh deh"] jawab Eirin. ["Kau dimana sekarang? Biar aku samperin kalo gitu"]
"Kantin. Bertiga sama temen gua. Namanya Dirga dan Gatot" jawab Riven.
["Oke"] jawab Eirin. Ia pun mematikan telfonnya.
Tak lama kemudian Eirin pun datang ke kantin dan menuju ke arah meja kantin dimana Riven bersama kawanannya duduk. "Riv!" sapanya ke arah Riven.
"Yo. Eirin. Sini!" panggil Riven sambil melambaikan tangan kanannya ke atas sekilas untuk memanggil Eirin agar datang menghampirinya.
"Wuihh.. Cantik dan seksi banget!" ujar Dirga begitu melihat Eirin. "Itu temen lu Ven?!" tanya Dirga penasaran ke Riven. "Bukan pacar lu??"
"Iya temen gua. Kenapa?" tanya Riven ke Dirga.
"Kenalin ke gua dong ven kalo gitu!" ucap Dirga nyengir ke Riven.
"Yaudah kenalan aja langsung kalo mau. Mumpung ada orangnya disini" ucap Riven.
"Ehem. Hallo" sapa Eirin dengan senyum ramah dan sopan kepada Dirga dan Gatot.
"Hallo" sapa balik Dirga yang tersenyum ke arah Eirin. Dirga pun langsung berdiri dari bangkunya. "Kenalin, nama gua Dirga" ucapnya sambil mengarahkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Eirin. "Namanya siapa nih? Dari jurusan mana?"
"Eirin" jawab Eirin dengan senyuman tipis sambil membalas jabatan tangan Dirga. "Psikologi"
Sedangkan Gatot hanya senyum kecil dengan sedikit menganggukkan kepala ke arah Eirin.
Eirin pun juga hanya tersenyum sekilas ke arah Gatot. "Jadi kalian mau pergi kemana?" tanya Eirin ke arah Riven.
"Dirga mau ngajak ke mall katanya. Mau ikut nggak?" ucap Riven ke Eirin.
"Boleh" jawab Eirin mengangguk. "Mau berangkat sekarang?"
"Gas jalan sekarang" jawab Riven sambil beranjak berdiri dari bangkunya. "Kalo gak jadi, tahun depan"
"Anjir kelamaan bego tahun depan! Keburu gak naik semester gua gegara tugas gak kelar efek gak punya cat poster!" ucap Dirga ke Riven. "Gas sekarang lah ayok"
"Lu mau kesana bawa kendaraan sendiri, atau mau sekalian nebeng barengan naik mobil gua? Mumpung pas cuma berempat" ucap Riven menawarkan.
"Boleh dah. Naik mobil lu aja bareng Ven. Mayan hemat bensin motor gua" ucap Dirga.
"Wokeh. Tapi lu ntar traktir gua" cengir tengil Riven ke Dirga.
"Yeh sialan. Ada maunya ternyata" ucap Dirga sweatdrop.
"Kalo lu gimana Tot? Mau ikut bareng juga nggak?" tanya Riven ke Gatot.
"Yaudah ikut naik mobil lu aja ven, biar gua bisa tidur dulu di mobil lu pas jalan" ucap Gatot. Ia pun ikut berdiri dari bangkunya.
"Sip. Gas jalan" ucap Riven.
Mereka berempat pun berjalan menuju parkiran, lalu berangkat bersama menaiki mobil Riven untuk menuju ke mall terdekat dengan kampus. Eirin duduk di depan sebelah kursi pengemudi, alias di sebelah Riven yang mengemudi. Dirga dan Gatot duduk di bangku belakang. Dirga di belakang Eirin, dan Gatot di belakang Riven. Riven dan Dirga kadang mengobrol di jalan. Eirin kadang menanggapi sesekali. Sedangkan Gatot hanya tidur selama di perjalanan.
Sesampainya di mall. Mereka menuju ke Toko Buku untuk membeli kebutuhan mereka. Dirga membeli cat poster beserta kuas. Riven juga ikut membeli cat poster beserta komik. Gatot membeli pulpen untuk menggambar. Dan Eirin membeli sebuah novel.
Setelah selesai membeli barang mereka masing-masing, mereka berempat pun berjalan keluar dari toko buku tersebut. Riven dan Dirga kadang saling mengobrol dan bercanda sembari berjalan. Sedangkan Eirin dan Gatot hanya diam berjalan mengikuti mereka berdua di belakangnya.
Saat sedang berjalan, Riven lalu melewati sosok seseorang memakai topi pandora hitam dengan garis biru yang ditutupi oleh hoodie bewarna putih keabu-abuan. Sosok orang itu dirasa dikenal olehnya.
"Zevion?" ucap Riven sembari sedikit menoleh ke arah orang tersebut yang lewat di sebelahnya itu.
Orang itu pun ikut menoleh ke arah orang yang memanggil namanya, dan ia melihat ke arah orang tersebut. "Eh.. Boss Riven?! Hoy Boss!!" sapanya semangat begitu melihat ternyata yang memanggilnya adalah Riven.
"Yo pa kabar Zev?" cengir Riven yang menoleh sambil sebelah tangannya menyapa Zevion.
"Loh? Boss Riven lagi ada disini juga? Katanya tadi di kampus! Boong ya?" ucap Zevion sembari mendekat. "Baik boss. Kabar boss sendiri gimana?"
"Ini tadi lagi nemenin temen gua beli cat poster" ujar Riven sambil menunjuk Dirga. "Oh. Jadi lu di mall sini ternyata" ucapnya. "Kabar gua tidak bisa dikatakan baik ataupun buruk"
"Cat poster? Buat apaan boss?" tanya Zevion. "Oalah.. Kirain boss emang tau saya disini. Makanya jadi ikut nyusul kesini" cengirnya. "Kenapa tuh boss?"
"Buat tugas nirmana" jawab Riven. "Kagak tau gua, kebetulan doang. Begitulah pokoknya"
"Nirmana itu apa? Nirmana yang kayak peri-perian di majalah Bobo?" tanya Zevion. "Hoalah.. Oke oke. Saya ngerti kayaknya boss kenapa kurang baik. Pasti masih galauin doi" tebaknya.
"Beda bego. Itu Nirmala" ucap Riven dengan senyuman harhar. "Nah itu jadi salah satunya"
"Ohiya. Namanya mirip soalnya. Kirain mereka kembar kayak boss Riven dan ketua Rivenia" ujar Zevion. "Eh iya btw.. Hallo para kawan boss Riven" sapa Zevion melambaikan sekilas sebelah tangannya ke arah belakang Riven, yaitu ke arah Dirga, Gatot, dan Eirin.
"Hallo juga" sapa Dirga beserta Eirin yang senyum ke arah Zevion. Sedangkan Gatot hanya melambaikan sebelah tangannya sekilas dengan senyum tipis.
"Btw ini siapa Ven? Temen lu? Kok dia manggil lu 'Boss'?" tanya Dirga bingung. "Kenapa lu dipanggil boss, Ven?"
"Iya temen gua. Itu.. Dia cuma emang suka manggil gua boss aja, soalnya gua berwibawa seperti boss" jawab Riven menutupi dengan nada santai.
"Wibawa apaan lu? Lu aja bobrok" ucap Dirga. "Mana malah ajak cabut kampus segala"
"Lah yang ngajakin kesini kan elu tolol" ucap Riven dengan senyum harhar dan pose ingin menonjok Dirga.
"Hoiya lupa gua" ujar Dirga ikut berekspresi harhar. "Ampun ven. Jangan pukul gua lu. Pukulan lu tuh pelan aja sakit anjir! Kalo lu boss preman sih gua masih percaya wkwk" candanya. "Tapi kan ini gara-gara lu kita jadi beneran cabut kelas"
"..." Sebenarnya Riven juga dulu memanglah mantan boss preman sekolah. Ia pernah sempat menjadi boss preman sekolah di salah satu smp dan salah satu sma nya. Tapi Riven juga ingin menutupi identitasnya yang pernah sempat menjadi boss preman di sekolahnya dulu. Terutama identitas dirinya sebagai anak boss mafia. "Gua kan cuma ngikutin ucapan lu Dir" ucap Riven santai.
"Oh itu. Soalnya ayahnya boss Riven itu kan boss perusahaan tempat ayah saya kerja. Jadi boss Riven itu emang anak CEO. Makanya jadi manggil dia boss juga soalnya emang anaknya boss" jelas Zevion. Ucapan Zevion sebenarnya adalah kebenaran, tetapi juga sekaligus menutupi hal yang sebenarnya.
"Oalah. Berarti lu anak orang kaya yak?" ujar Dirga ke Riven. "Tau gitu gua sering-sering aja minta traktiran sama lu Ven" ucap Dirga gatau diri.
"Elu lah yang mesti traktir gua" ucap Riven ke Dirga. "Kalo enggak, nggak gua anter balik lu pas pulang" senyum tengilnya.
"Ah sialan lu Ven malah ngancem!" ucap Dirga menunjuk Riven dengan sebelah tangannya. "Mentang-mentang tadi kesininya naik mobil lu. Jadi seenaknya yak"
"Oh.. Perusahaan Hazaryuu Group ya? Gua pernah sempat denger sih soal perusahaan itu" ucap Gatot tiba-tiba.
"Kok lu bisa tau tot nama perusahaan keluarga gua?" ucap Riven terheran sembari menoleh ke Gatot. "Gua atau Zev kan nggak bilang apa nama perusahaannya"
"Nama belakang keluarga lu kan Hazaryuu, Ven" ucap Gatot datar. "Jadi ya bisa langsung ketebak"
"Oh iya betul juga" ucap Riven dengan tampang sok polos. "Tapi kan belum tentu orang tau juga kalo soal nama perusahaan keluarga gua di lokasi tempat ini. Perusahaan keluarga gua kan bergeraknya cenderung lebih di luar negri" ujar Riven. ((Dan juga di luar dimensi))
"Pernah denger aja. Kan juga ada beberapa produk, cabang, dan anak perusahaannya di beberapa tempat" jawab Gatot. "Tapi gua sempat denger desas desus juga soal perusahaan Hazaryuu Group ini katanya juga bergerak di perdagangan illegal. Apa bener, Ven?" tanya Gatot penasaran.
"Oalah. Kalo itu.." Riven sedikit melirik ke kiri. "Gua nggak ngurus perusahaan bokap gua. Jadi gua gatau. Lagipula kan cuma desas desus" ucap Riven menatap Gatot.
"Tapi gua denger. Perusahaan ini juga dibalik itu sebenarnya katanya adalah ma–" ucap Gatot yang belum sempat menyelesaikan ucapannya tetapi dipotong oleh Zevion.
"Anda sepertinya cukup tau dan banyak mendengar hal mengenai perusahaan Hazaryuu ya?" ujar Zevion bertanya sambil berjalan mendekati Gatot. "Apa anda sebenarnya berniat ingin mengorek informasi tentang perusahaan Hazaryuu?" tanya Zevion menatap curiga Gatot. "Atau jangan-jangan.. Anda sedang mencari lowongan pekerjaan dan tertarik ingin masuk ke perusahaan Hazaryuu?" ucap Zevion yang lalu berubah ekspresi jadi tersenyum ramah. "Kebetulan kami sedang membuka lowongan bagian Desain Interior"
"Itu... Lowongan bagian Desain Grafis nggak ada?" tanya Gatot menatap Zevion. "Saya soalnya dari jurusan DKV bukan Desain Interior"
"Yahh sayang sekali untuk bagian Desain Grafis saat ini masih belum membuka lowongan" ucap Zevion. "Tapi jika ada informasi lowongan kerja terbaru, nanti akan kami informasikan. Boleh minta nomor kontaknya?" ujar Zevion sambil menyodorkan hp nya ke arah Gatot.
"Yah.. Kalo lowongan bagian illustrasi ada?" tanya Gatot.
"Woy woy ini ngapa jadi lowongan pekerjaan cok?!" ucap Riven. "Gua kan juga mau kalo ada lowongan kerja!"
"Boss mah nggak perlu lowongan. Kan udah bisa langsung masuk ada orang dalem. Bahkan ordalnya yang punya perusahaan lagi" ucap Zevion harhar.
"Tapi kan lu tau gua nggak mau untuk.." ucap Riven menatap Zevion. "Jadi abis ini kita mau kemana lagi gan?" tanya Riven yang langsung menoleh ke arah para rombongannya tanpa menyelesaikan ucapannya ke Zevion.
"Nongkrong dulu lah yuk Ven" ucap Dirga. "Atau mau balik lagi ke kampus?"
"Yaudah lu yang tentuin mau nongkrongnya dimana" ujar Riven ke Dirga.
"Oke, kalo gitu ikutin gua. Gua tau tempat makan enak dengan harga terjangkau" ucap Dirga sambil berjalan duluan. Diikuti dengan Riven dan yang lainnya.
Ketika mereka tengah berjalan, Zevion lalu menepuk pundak kanan Riven dan seperti memberi isyarat. Riven yang paham dengan isyarat Zevion pun berhenti lalu berkata "Guys. Gua sama Zev mau ke toilet dulu yak. Kalian jalan duluan aja. Ntar hubungin gua aja kasih tau tempatnya dimana" ujar Riven.
Dirga pun berhenti dan menoleh. "Lah. Ke toilet aja ngapain pake berduaan?" tanyanya heran. "Lu berdua sesama mau pipis apa gimana?"
"Iya. Zev udah kebelet katanya. Gua nemenin sekalian mau ikut kencing juga" jawab Riven. "Lu mau sekalian ikut kencing?"
"Oalah. Kirain ke toilet berduaan mau ngegay lu" canda Dirga. "Nggak dah. Yaudah jangan lama-lama lu Ven"
"Oke. Kalo misalkan gua lama, berarti gua sama Zev beneran lagi ngegay di toilet" cengir tengil Riven sambil melambaikan sebelah tangannya lalu berbalik arah. Riven pun berjalan bersama Zevion.
"Anying lu malah kepengen beneran ngegay!" ujar Dirga harhar. "Yodah. Buruan!"
Dirga dan yang lain pun lalu lanjut berjalan ke arah tujuan mereka. Sedangkan Riven dan Zevion berjalan ke arah sebaliknya menjauhi rombongannya. Tetapi mereka berjalan menuju ke arah pintu tangga darurat, bukan ke arah toilet.
"Jadi.. Apa hal yang ingin lu omongin, Zev?" tanya Riven melirik Zevion ketika sudah berada di lorong menuju pintu tangga darurat.
To be continued..