Chereads / Hazaryuu Famiglia: The Crime of Black Organization / Chapter 7 - Membahas Kemampuan Glitch

Chapter 7 - Membahas Kemampuan Glitch

"Iya. Lagi beli kebab juga nih bang" jawab Riven. "Abis kelas?" tanya nya kepada orang bernama Erga itu. "Btw bang Gerald mana nih? Biasanya kalian barengan mulu berduaan kayak pasangan" goda Riven dengan senyuman jail meledek.

"Yoi. Kagak kelas tadi, nanti gua kelasnya ntar siang. Ini gua lagi nungguin dia. Belum kelar kelas keknya" jawab Erga. "Njirr bukan pasangan juga kali" ucap Erga dengan ekspresi harhar(?). "Lu sendirian aja? Tumben" tanyanya.

"Bareng sama anak-anak lain sih bang tadi kesininya. Cuma gatau dah tuh yang lain pada kemana jajannya. Kabur dari kampus kali" ujar Riven.

"Oalah. Yaudah barengan gua aja sini ntar duduknya, sekalian gua sambil nungguin dia" ucap Erga. "Ehiya btw gimana kabar kembaran lu, si Rivenia??" tanya Erga penasaran sambil tersenyum.

"Kabarnya baik. Kenapa? Pengen ketemu sama adik kembar gua?" tanya Riven dengan nada jail.

"Hoiyalah pasti. Sayang banget dia kagak masuk DKV juga, tapi malah kembarannya yang masuk. Padahal gua berharap justru dia yang masuk sini" ujar Erga dengan nada seperti kecewa.

"Kenapa? Nggak seneng gua masuk sini bang?" tanya Riven menatap Erga. "Dia lagi sibuk shooting"

"Bukan gitu sih bre. Cuma gua emang fansnya kembaran lu" ucap Erga. "Jadi ya gua lebih berharap kembaran lu yang jadi junior gua dibanding lu" ucapnya dengan nada kayak bercanda.

"Kalo sama gua ngefans juga nggak bang?" tanya Riven dengan ekspresi senyuman jailnya.

"Nggak. Gua tau lu maho" ucap Erga. "Ntar yang ada gua berasa homo ngefans sama lu"

"Wkwk. Tapi kalo lu tertarik sama kembaran gua, berarti harusnya tertarik juga sama gua dong bang?" goda Riven dengan ekspresi tengilnya.

"Ogah. Gua gak tertarik cowok. Kalo pun gua homo juga milih milih kali" ujar Erga sambil bercanda.

"Karena milihnya bang Gerald kan?" goda jail Riven dengan menaik-turunkan alisnya sambil mendekat ke wajah Erga.

"Eitss. Gagitu juga bre" ujar Erga dengan sedikit memundurkan wajah dan mendorong pelan muka Riven dengan sebelah tangannya. "Kecuali kalo Gerald cewek, baru gua mau. Lagian gua juga udah punya cewek" ucapnya.

"Ini kebabnya mas" ujar kang kebab sambil memberikan kebabnya pada Erga, lalu Riven.

"Oke makasih/thanks" ucap Erga dan Riven berbarengan sambil mengambil dan juga membayarkan kebabnya masing-masing.

"Dah mending kita cari tempat duduk" ucap Erga sambil berjalan membawa kebab. Lalu ia melihat tempat kosong. "Nah situ aja bre kosong" ujarnya berjalan ke bangku tersebut. Kemudian Erga duduk. Dan ia pun langsung menggigit kebabnya setelah duduk.

Riven berjalan mengikuti Erga ke tempat duduk yang dimaksud, kemudian ikut duduk bersebrangan dengan Erga. "Kagak beli minum dulu lu bang?" tanya Riven.

"Ntar nunggu Gerald dulu gua, biar gua nitip dia aja yang beliin" ujar Erga santai. "Lu sendiri nggak beli?"

"Udah nitip sama Dirga tadi sekalian minta beliin gua minuman sama dia" ucap Riven yang kemudian menggigit kebabnya.

"Ohh" Erga kemudian membuka hp nya dan mengetikkan sesuatu. Ia mengirim pesan pada Gerald: [Gege. Gua lagi di kantin bareng junior jurusan gua nih, si Ripen. Sini lu. Beliin gua minum green tea sekalian yak. Pake duit lu tapi UwU]

"Weh itu dia si Riven!!" ucap Dirga yang melihat Riven kini sudah sedang duduk bersama seseorang. Ia dan Gatot pun datang menghampiri Riven. "Dicariin juga lu kemana. Ternyata udah duduk disini!" ujarnya. Ia pun menoleh ke orang yang duduk di seberang Riven. "Eh ternyata bang Erga?! Hallo bang. Punten!" ujarnya seperti agak menundukkan kepala karena melihat itu ternyata adalah seniornya.

"Misi bang Erga" Gatot pun ikut menunduk sopan sekilas karena melihat Erga yang ternyata duduk bersama Riven. "Numpang duduk bareng disini boleh bang?" tanyanya.

"Boleh boleh. Gabung aja sini kalian. Santuy aja kali sama gua gausah sungkan" ucap Erga sambil sedikit menggeser duduknya.

Dirga pun duduk di sebelah Riven. Dan Gatot duduk di sebelah Erga, saling berhadapan. "Nih minum lu Ven! Bayar sini" ujar Dirga sambil menyodorkan minuman matcha nya ke Riven yang duduk di sebelahnya.

"Santuy elah. Gua pasti bayar" ucap Riven sambil menyodorkan duitnya kepada Dirga. Riven pun mengambil minumannya, lalu menyedotnya.

"Sip" ujar Dirga sambil mengambil uang dari Riven dan memasukannya ke dalam saku celanannya. "Kalian lagi bahas apaan aja?" tanya Dirga menoleh ke Riven dan Erga bergantian.

"Baru juga duduk. Belom bahas apa-apa" jawab Erga. "Gimana kuliah kalian nih di kampus ini? Aman kan?" tanyanya kepada mereka bertiga.

"Untungnya masih aman bang" jawab Gatot sembari mengaduk mie goreng bakso nya. "Meskipun tugasnya bejibun"

"Gatau bang. Secara kuliah aman kayaknya. Secara yang lain.. Kayaknya enggak" jawab Dirga.

"Yang lain gimana tuh maksudnya?" tanya Erga sambil menggigit kebabnya.

"Kemampuan glitch anak-anak di kota dan kampus ini bang.. Aneh-aneh" jawab Dirga. "Kadang ada yang tiba-tiba berubah jadi kodok. Pas lagi nginjek lantai, ada cairan lengket taunya glitch orang. Tiba-tiba aja ada yang nongol di depan muka gua pas gua lagi kencing di toilet. Banyak dah pokoknya!"

"Oalah wkwk. Tapi tahun ini mah masih mending nggak seberapa dibanding pas awal-awal kasus glitch di kampus kayak gua dulu. Bener-bener rusuh! Lagipula peraturan penggunaan glitch dan tingkat keamanan di kampus ini udah diketatin untuk menghindari serangan glitch dari dalem ataupun luar kampus. Walaupun ya.. Masih aja ada karena kemampuan glitch anak-anak di kampus ini juga beragam" jelas Erga. "Emang glitch lu sendiri apa?" tanya nya penasaran ke Dirga.

"Glitch gua, ini bang" Dirga pun memegang mangkok ramen nya, kemudian mangkok itu berubah menjadi dua kali lebih besar. "Gua bisa membesarkan sesuatu benda yang kecil dan mengecilkan suatu benda yang besar. Gua nyebut glitch gua dengan 'Zoom' abilities" cengirnya. "Mayan bisa makan porsinya jadi lebih banyak"

"Kalo kontol bisa dibesar-kecilin juga nggak bro?" tanya Riven tiba-tiba dengan nada bercanda disela makan kebabnya.

"Anying lu bro! Kagaklah. Kalo makhluk hidup kagak bisa gua, apalagi kontol!" ucap Dirga ke arah Riven. "Kalo bisa mah, gua udah bisa makin besarin punya gua sendiri" ucapnya rada tertawa. "Emang lu glitch nya apa Ven? Lu kagak pernah mau kasih tau gua"

"Awkwk kan siapa tau" canda Riven. "Gua nggak punya Glitch" jawab Riven sambil melanjutkan makan kebabnya.

"Boong lu ven! Gua pernah liat lu ngeluarin benda-benda entah darimana keluarnya. Lu punya glitch bisa munculin benda kan? Ngaku lu!" tebaknya sambil menunjuk ke arah Riven.

Itu sebenarnya bukanlah kemampuan glitch. Tapi kemampuan Riven yang berasal dari Equipment khusus miliknya, yaitu yang disebut dengan 'Pandora Box' atau Kotak Pandora. Tapi Riven berkata "Iya itu glitch gua. Yah jadi ketauan dahh" ucapnya dengan nada bercanda yang seakan meyakinkan.

"Nah kann! Lu gak mau ngaku sih selama ini" ucap Dirga ke Riven. "Kalo bang Erga sendiri glitch nya apa? Bisa nembus ya?" tanya Dirga ke Erga.

"Yoa. Gua nyebut nama glitch gua 'Penetrate'. Alias menembus" jawab Erga.

"Nama glitch lu ambigay bang. Penetrasi kayak lagi nganu" ucap Riven sembari gigitin kebab.

"Wkwk anying. Ambigay mah elu" ucap Erga. "Ya emang penetrate itu nembus bego! Jangan anu mulu pikirannya" ledek Erga.

"Ya siapa tau gitu kan bang, ada makna terselubung. Abis nama glitch lu gitu" ledek Riven.

"Wkwk kalo itu si–" Tiba-tiba hp Erga berbunyi. "Weh Gerald nelfon nih kayaknya. Bentar" ia pun mengangkat telfonnya. "Hallo, Ge. Dimana lu?"

["Lu duduk dimana gan? Gua udah di kantin nih!"] ucap Gerald.

"Ini gua duduk di kantin bareng Riven dan dua orang temennya lagi, junior gua. Dirga dan Gatot" ucap Erga. Kemudian ia melihat sosok orang yang menelfonnya dari kejauahan. "Woy Gerald! Sini!!" teriaknya sambil mengangkat tangan kirinya ke atas dan melambaikan tangannya ke arah orang itu.

Orang yang dipanggilnya itu pun menoleh dan melihat ke arah lambaian tangan Erga. Ia adalah seorang laki-laki berambut warna coklat agak muda, dengan mata bewarna hijau-kebiruan seperti turqoise. Orang itu adalah Gerald. "Oh disitu lu, Ga" ucapnya. Ia pun mematikan telfonnya dan menyimpannya kembali dalam sakunya. Lalu ia berjalan untuk datang menghampiri bangku dimana Erga dan yang lainnya duduk.

"Yo Gerald! Sini duduk sebelah gua!!" ucapnya sambil mengarahkan tangannya untuk Gerald duduk di sebelahnya yang kosong.

"Oke" jawabnya yang kemudian duduk. Ia sudah membawa minuman Green Tea pesanan Erga, dan Mocha Latte untuk dirinya sendiri di dalam kantung plastik. "Nih buat lu gan" ucap Gerald sambil mengeluarkan green tea nya dan memberikannya kepada Erga.

"Makasih, Ge" ujar Erga dengan ekspresi seperti gerakan seakan ingin mencium pipi Gerald meski tanpa menyentuhnya.

"Dih najong lu. Bayar!" ucap Gerald menatap sinis Erga.

"Lah gua kira dibayarin?!" ucap Erga menatap Gerald. "Tadinya gua mau bilang 'Lu emang baik banget, Ge!' tapi nggak jadi dah kalo ternyata suruh bayar" ujarnya seakan sok merajuk sambil menghadap depan.

Gerald seperti ingin menahan tawa kecilnya. "Kalo itu sih gua emang baik gan. Cuma kalo soal bayaran beda lagi" ucapnya meledek. Gerald lalu menoleh ke yang lain. "Hallo Riven" sapanya. "Hallo juga yang lainnya" sapanya ke Dirga dan Gatot dengan senyum tipis.

"Hallo bang Gerald" sapa Riven. Diikuti yang lain ikut menyapa Gerald juga.

"Lu nggak beli makan, Ge?" tanya Erga kepada Gerald.

"Lagi pesen. Ntar dianter" jawabnya. "Kalian lagi bahas apa aja?" tanya Gerald penasaran.

"Kita gibahin lu Ge" jawab Erga bercanda.

"Serius bego. Ampe beneran gibahin gua macem-macem, awas aja lu!" ancam Gerald ke arah Erga.

"Wkwk. Kagak. Kita lagi bahas Glitch kita masing-masing" jawab Erga. "Emangnya kalo kita gibahin lu, lu mau ngapain gua, Ge?" tanya Erga jail.

"Liat aja ntar pas lu tidur di kamar nanti malem" senyum licik Gerald menatap Erga.

"Wahh, mau ngapain tuh kalian di kamar ntar malem?" senyum jail Riven bertanya.

"Mau gua geplak dia pas lagi tidur, supaya dia gabisa coba-coba nembus pas gua geplak kayak kalo dia pas lagi bangun" ucap Gerald.

"Oalah. Kirain mau diapain" ucap jail Riven.

"Waduh jangan dong, Ge. Lu mah maennya kasar" ucap Erga dengan nada sok sedih ke Gerald. "Jangan mikir aneh-aneh lu pen!" tunjuk Erga ke Riven.

"Oh jadi bang Gerald sukanya maen 'kasar' ke bang Erga? Ohh. Ternyata gitu" ucap Riven manggut-manggut bercanda seperti seakan 'mengerti'.

"Nggak gitu maksudnya!" ucap Gerald dengan senyuman harhar. "Lu sih makanya kalo ngomong jangan bikin ambigu" ucap Gerald sambil sebelah tangannya mentoyol belakang kepala Erga ke depan.

"Wadow. Santuy dong, Ge! Tuh kan maennya kasar. Maen asal noyol pala orang ae lu" ucap Erga yang sebelah tangannya memegangi belakang kepalanya. "Lah yang ngomong bikin jadi ambigu duluan kan elu, Ge!"

"Biarin. Rasain lu" ucap Gerald seperti tidak peduli. "Elu yang bikin lebih ambigu njirr" jawabnya.

"Akui saja bahwa kalian berdua juga ambigay" ucap Riven santai sambil kemudian menyedot matcha nya.

"Nggak!" ucap Erga dan Gerald serempak menatap Riven.

Sedangkan Dirga dan Gatot hanya tertawa melihat tingkah Erga dan Gerald yang sangat akrab dan sedikit ambigu. Ditambah Riven yang senang menggoda kedua seniornya itu yang membuat menjadi terkesan semakin ambigay.

"Ini mas. Nasi ayam teriyakinya" ucap kang kantin memberikan makanannya ke meja di depan Gerald.

"Oh oke makasih" ucap Gerald sambil menoleh kepada penjual yang mengantarkan makanannya tersebut. Kemudian ia memakan makanannya setelah orang itu pergi.

"Btw kalo lu.." Erga menoleh ke Gatot. "Glitch lu apa?" tanya nya penasaran.

Gatot yang sedang memakan mie nya pun terhenti makannya lalu menoleh ke Erga. "Gua bisa.. Mengubah bentuk tubuh menjadi orang yang gua sentuh bang" ucap Gatot.

"Weh mantep juga tuh! Berarti lu bisa niru nyamar jadi oranglain? Kayak niruin nyerupain wujudnya gitu?" tanya Erga.

"Begitulah. Tapi gua cuma bisa berubah menjadi bentuk wujudnya aja, nggak beserta kemampuan glitch nya juga" ucap Gatot.

"Wah kalo gitu coba dong lu nyamar jadi gua" ucap Erga penasaran.

"Mungkin kapan-kapan aja bang. Sekarang gua lagi mau makan dulu, sorry bang" ucap Gatot sambil menyatukan kedua tangannya seperti tanda 'maaf'.

"Gapapa santuy. Gak harus sekarang juga kok gan. Gua cuma penasaran aja sih pengen liat" ucap Erga. "Tapi siapa tau gitu bisa nyamar jadi gua trus gantiin gua masuk ke kelas ye kan. Wkwk" candanya.

"Oke bang. Bisa aja. Tapi.. Glitch gua ada batasan waktu. Jadi nggak bisa terlalu lama merubah bentuk diri jadi oranglain juga" ucap Gatot.

"Oalah. I see.. Iya sih glitch kadang punya batasan, terutama batasan waktu. Atau ada juga yang jarak, atau bisa jadi batasan yang lain bergantung jenis kemampuan glitch nya" ucap Erga. "Tapi.. Kemampuan glitch juga sebenernya masih bisa bertambah atau ditingkatkan kalau dilatih atau ada suatu hal khusus"

"Oh ya? Masa? Gimana cara ningkatin dan ngelatihnya bang?" tanya Dirga penasaran disela makan ramennya.

"Tergantung glitch nya juga sih karena kemampuannya beda-beda. Ada yang bisa ada yang enggak. Masing-masing glitch dan tiap orang punya cara dan tekhnik yang berbeda juga untuk ngelatih dan ningkatinnya. Apalagi kalo kemampuan dasarnya udah besar, lebih mudah. Terutama yang tipe bisa untuk bertarung, biasanya lebih bisa ditingkatin dibanding glitch yang kurang berguna dalam pertarungan. Tapi tergantung potensi glitchnya juga meskipun itu bukan untuk bertarung" jelas Erga. "Gua pun juga bukan tipe glitch petarung, tapi kemampuan ini sangat berguna untuk melindungi diri dari serangan"

"Hoo. Tapi glitch nya bang Erga keren sih, bisa nembus. Aman dari serangan glitch lain juga justru berarti" ucap Dirga kagum.

"Yoi" ucap Erga bangga. "Tapi gak selalu berguna juga sih.." ujarnya menghela nafas pelan. "Apalagi kalo lagi reflek nggak sengaja nembusnya, kadang bisa jadi menguntungkan, bisa jadi malah merugikan" ucapnya dengan ekspresi harhar. "Btw kemampuan Gerald juga keren noh. Bisa jadi nggak keliatan alias 'Invisible'. Jadi bisa ngebuat diri nggak ketauan keberadaannya. Apalagi kalo lagi ngintip cewek ye kan" ucap Erga sambil menepuk kencang belakang pundak Gerald yang lagi makan.

Gerald yang lagi makan hampir tersedak karena omongan plus belakang pundaknya yang ditepok kencang Erga. "Ohok-! ..Pelan pelan nepoknya Ga. Gua lagi makan nih!" ucap Gerald melirik Erga. Kemudian ia meminum minuman mochanya. "Gua ga doyan ngintip kek lu!" ujarnya.

"Ehey. Maap bro kalo gua kekencengan" ujar Erga dengan cengirannya. "Kalo nggak kuat kenceng-kenceng ntar gua pelanin" lanjutnya.

"Anying. Kan mulai lagi lu!" ucap Gerald menatap Erga. "Gua geplak lu nanti" kesalnya.

Mereka pun masih lanjut mengobrol dan melanjutkan makan mereka. Tapi disatu sisi Riven selain itu juga memikirkan sesuatu hal yang lain.

((Kemampuan glitch Gatot sangat berguna untuk penyamaran. Terutama dalam hal untuk sebagai menjadi mata-mata. Bisa nyamar pura-pura jadi oranglain untuk tipuan dan mengelabuhi musuh)) pikir Riven dalam batinnya. ((Kemampuan Dirga kurang berguna untuk hal itu, atau dalam pertarungan. Tapi kemampuan dia masih bisa membantu dalam hal lain. Bisa sebagai support terutama dalam mengubah ukuran dan manipulasi barang dan senjata. Sedangkan kemampuan bang Erga dan Gerald..–)) pikir Riven sembari menyedot matchanya.

"Woe Ripen! Tumben lu bengong bengong wae. Biasanya bacot mulu. Lagi kesambet lu?" tanya Erga.

"Kagak bang. Lagi mikirin tugas masih ada yang belum gua kerjain ternyata" ucap Riven ngeles dengan nada bercanda yang seakan meyakinkan. "Btw kalian nggak ke kelas?" tanya Riven.

"Ehiya anjir kelas gua udah mau mulai!" ucap Erga melihat jam di hp nya. "Yaudah gan gua duluan!" Erga pun berdiri dari bangkunya.

"Gua juga masih ada kelas lagi! Jadi pamit dulu ya semua" ujar Gerald yang ikut berdiri.

Erga dan Gerald pun sesama pergi berjalan meninggalkan kantin, lalu menuju ke fakultas mereka masing-masing. Erga ke fakultas Desain, dan Gerald ke fakultas Komunikasi.

"Emang kita ada tugas apaan lagi, Ven?!" tanya Dirga menoleh ke Riven.

"Tugas.. Di kelas gua yang beda sama lu berdua pokoknya" jawab Riven. "Kita kan juga ada tugas nirmana baru tadi yang dikasih ama dosen di kelas" ucap Riven mengingatkan.

"Hoiya bener juga" ucap Dirga. "Njirr males banget gua ngerjain tugas nirmana! Mana cat poster gua udah mau abis lagi!" ujarnya panik.

"Sama gan. Gua juga mager–" Tiba-tiba Riven mendapat sebuah panggilan telefon dari seseorang. Ia pun mengeluarkan hp nya, dan melihat siapa orang yang menelfonnya. "Zevion?" ucap Riven ketika melihat nama yang memanggilnya di telfon.

To be Continued..