Chereads / Hazaryuu Famiglia: The Crime of Black Organization / Chapter 1 - Target Organisasi Blackardz (1)

Hazaryuu Famiglia: The Crime of Black Organization

Fryzz_Na
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 14k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Target Organisasi Blackardz (1)

⚠️Mengandung unsur adegan 18+⚠️

—————

Malam itu di suatu ruangan khusus dalam bar. Terlihat orang sedang melakukan hubungan seksual di atas ranjang besar. Tanpa busana sehelai pun. Dan bukan hanya berdua, tetapi bertiga!

Seorang pria di tengah keduanya sedang menusuk lubang belakang pria yang ada di depannya dengan alat kelamin miliknya. Sedangkan tangan kirinya memegang sembari mengocok batang milik pria di depannya itu. Desahan dari sang pria di depannya yang menungging membelakangi posisi orang itu, terdengar menikmati tiap genjotan yang diberikan dari 'benda besar' milik sang pria di belakangnya itu di dalam lubangnya, beserta tambahan sensasi dari kocokan tangan itu di batangnya.

Sedangkan yang satu lagi adalah seorang wanita. Dada besar sebelah kiri milik wanita itu, diremas oleh tangan kanan sang pria yang kini juga sedang menusuk lubang pria di depannya itu dengan 'milik'nya. Ia juga sembari menciumi samping leher wanita tersebut.

"Riven.. Lebih ce-path agh lagi.." desah pria di depannya menikmati genjotan dan kocokan yang diberikan itu oleh pria di belakangnya.

Pria di tengah yang sedang 'bermain' dengan kedua orang itu berambut hitam, dengan bola mata merah terang. Dan ia memiliki lambang tattoo naga emas panjang yang menggulung di bagian belakang punggung kirinya. Orang itu adalah Riven.

Riven pun mempercepat gerakan pinggulnya maju mundur tanpa membalas ucapan pria di depannya. Sedangkan lidahnya kini sibuk menjilati bagian tubuh sang wanita yang berada di sampingnya itu, kini wanita itu badannya sedang merasa keenakan dengan gerakan lidah dan tangan Riven yang lihai menjelajahi tubuh seksinya.

Mereka masih terus bermain dan saling menikmati permainan mereka. Desahan demi desahan terus terdengar hingga luar ruangan jika tidak tertutup oleh suara musik dj yang berkumandang dari luar ruangan. Sampai akhirnya klimaks pun keluar dari alat kelamin mereka masing-masing. Cairan putih kental dan bening kini berceceran di sekitar tubuh mereka dan bahkan sekitar dalam ruangan tersebut. Terutama Riven menumpahkan cairan itu di dalam lubang pria yang bermain bersamanya.

Sesudah selesai melakukan 'permainan' itu. Riven yang sudah memakai pakaian lengkapnya, keluar dari bar tersebut untuk berjalan pulang menuju ke apartemen nya.

Ia merasa lelah. Bukan lelah fisik karena habis melakukan hal itu. Tetapi lelah secara batin karena sekarang ia sebenarnya jadi kurang menikmati permainan itu meskipun ia memang menyukai melakukan hal itu. Rasanya ada kekosongan. Karena saat ini ia melakukan itu bukan untuk kesenangannya lagi. Lebih tepatnya sebagai pelampiasannya dan untuk melepaskan stress pikiran dan perasaannya.

Semenjak ia ditinggal pergi oleh sang kekasih pasangan gay nya yang ia cintai, juga ia kini sudah menerima nasibnya untuk meneruskan ayahnya menjadi penerus boss utama mafia keluarganya.. Rasanya menyebalkan. Ia sebenarnya tidak menginginkan hal itu. Meskipun kelakuan Riven bisa dikategorikan lumayan buruk, tapi ia tidak ingin menjadi boss utama mafia seperti ayah ataupun keluarganya. Ia masih memiliki hati terhadap manusia.

Riven mengambil sebatang rokok dari kotaknya, menyalakan korek api dan membakar ujung rokok itu. Ia pun menghisap rokoknya. "Haah.." desahnya malas sembari menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Sebenarnya Riven bukanlah seorang perokok, ia hanya melakukannya sesekali jika ia sedang merasa bosan atau stress.

"Kau baik-baik saja, Riv?" tanya seseorang dari arah belakangnya.

"Ya. Tapi gak juga. Ren" ucap Riven sembari menoleh ke arah suara itu.

Terlihat seseorang berambut warna merah agak muda, dengan mata heterochromia merah dan kuning. Orang itu adalah Renzo. Atau kadang biasa dipanggil Ren. Ia adalah sepupu jauh Riven, yang juga merupakan seorang pembunuh atau assassin di organisasi mafia keluarga Hazaryuu, atau biasa disebut dengan sebutan HazarDragon, DragonHazard, DraHazard, Drazard, La Hazard, dan lain sebagainya.

Hazaryuu Famiglia. Sebenarnya keluarga mafia ini tidak menyebut secara pasti nama organisasi dengan sebuah nama utama. Mereka pun lebih sering menyebut sebagai Famiglia dibanding Mafia. Yang orang kebanyakan ketahui Hazaryuu Famiglia atau Family adalah keluarga keturunan Hazaryuu. Dan Hazaryuu Group adalah perusahaan besar milik keluarga Hazaryuu yang dipimpin oleh keluarga mereka, bukan sebagai nama organisasi mafia milik boss utama bernama marga Hazaryuu juga. Orang awam banyak yang tidak tau bahwa disamping itu, Hazaryuu Famiglia juga merupakan sebutan untuk Organisasi Keluarga Mafia mereka. Selain nama keluarga, perusahaan, dan organisasi mafia, bahkan di tempat lain nama ini bisa disebut atau dikenal sebagai Sekte atau Klan, dibanding Mafia, sebagai samaran. Secara detailnya kenapa begitu dijelaskan nanti saja. Yang jelas saat ini..

"Kau habis mabuk-mabukan lagi?" tanya Renzo dengan ekspresi datarnya.

"Geh. Lu tau kan gua gak gampang mabok" ujar Riven sembari menghembuskan asap rokoknya menghadap ke arah atas. "Gua cuma minum dua botol untuk ngelepas stress"

"Bodoh. Sama aja" ujar Renzo. "Kau memang tidak mudah mabuk, tapi kau sengaja melakukannya agar mendapatkan kesenangan itu, dan sengaja bermain-main disana" Ren menghela nafas. "Istirahat lah. Aku bisa mengantarmu pulang"

"Kenapa? Jangan cemburu, Ren sayang. Kita bisa 'melakukannya' juga di rumah" ujar Riven menggoda Renzo seperti sedang mabok meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar mabuk. Dan memang seperti yang dikatakan Riven, mereka juga kadang melakukannya, meskipun hanya untuk sekedar main-main dan Renzo juga kadang sebagai pelampiasan Riven.

"Pulanglah. Kau bau alkohol dan sperma" ucap Renzo dengan wajah datar.

"Beh. Enak aja. Gua itu wangy wangy. Hu. Ha!" ledek Riven sambil menghembuskan nafas ke arah muka Renzo.

"Ditambah bau asap rokok" ujar Renzo dengan tatapan datarnya ke Riven.

"Hahh.. Baiklah baiklah gua pulang" ujar Riven. "Tapi sebelum itu.." Riven mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Renzo dan membisikan sesuatu. "Wanita yang berhubungan seks denganku tadi, dia adalah salah satu anggota dari organisasi mafia Blackardz. Ia memiliki tanda itu di pinggang kirinya. Awasi dia. Tapi jangan langsung membunuhnya jika tidak ada pergerakan apalagi yang mencurigakan" bisik Riven. Kemudian ia berjalan pergi.

Renzo sedikit tersentak mendengar ucapan Riven. "Blackardz.. Mereka ada disini?" ucap Renzo pelan. Melihat Riven yang sudah berjalan duluan, ia menoleh ke arah dalam bar sejenak. Kemudian berjalan mengikuti Riven.

Ucapan Riven ini bagi Renzo berarti adalah sebuah tanda, wanita itu adalah salah satu target yang perlu diawasi untuk saat ini. Jika sampai organisasi itu melakukan sesuatu, maka artinya pergerakan untuk dibunuh.

"Karena gua kapan-kapan masih pengen 'main-main' dengannya lagi suatu hari nanti" ujar Riven kemudian dengan santai sambil melambaikan sebelah punggung tangannya sembari berjalan pergi.

"Dasar.. Penggila seks" ucap Renzo pelan sembari berjalan mengikuti Riven.

Tidak peduli gender orang itu pria ataupun wanita, selama orang itu dapat memuaskan nafsu seksual nya, maka Riven bisa saja melakukan hal itu dengan keduanya. Bahkan apapun gendernya tidak masalah untuknya.

Tetapi meskipun begitu, perasaannya saat ini masih sulit move on dari kekasih terakhirnya. Ia pun tak tau hubungan mereka saat ini seperti apa. Tetapi saat ini status mereka sudah dinyatakan 'Break'. Karena orang itu telah memilih pergi meninggalkannya untuk menjalani kehidupannya sendiri, tidak ingin menjalani kehidupan bersama dengannya. Meskipun orang itu dulu berkata 'janji' akan kembali suatu hari nanti, tetapi bagi Riven.. "Bullshit" gumamnya. "Gua gak akan percaya sampe ada bukti hal itu terjadi" kesalnya sambil membuang dan menginjak puntung rokoknya.

Ia pun juga mengingat kenangannya dengan para mantan sebelumnya nya. Baik dengan laki-laki ataupun perempuan. Manusia sepenuhnya, dan yang bukan manusia secara penuh. Semuanya akhirnya berakhir. Sepertinya nasib Riven memang tidak pernah baik dalam masalah percintaan. Meskipun Riven itu nakal, bernafsu tinggi, dan doyan seks. Tetapi jika ia sudah mencintai seseorang, ia akan mencintai dan fokus pada orang itu secara penuh. Tapi sepertinya cinta mereka tidak berpihak padanya. Semuanya pada akhirnya berpisah, ataupun pergi meninggalkannya. "Memang mungkin lebih baik hubungan tanpa status ikatan" gumam Riven sembari berjalan.

Ketika berjalan, tiba-tiba mereka bertemu dengan segerombolan orang memakai masker hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata nya saja, seperti maling ninja, dan dengan membawa senjata mengelilingi Riven.

"Ey ey ey. What the hell is this?" ucap Riven melihat gerombolan orang itu yang kini sudah mengelilinginya. "Ninja nyasar dari mana ini? Atau kalian maling kutang?" tanyanya.

Tanpa banyak bicara mereka langsung menyerang ke arah Riven. Mereka menggunakan pisau untuk mencoba melukai bahkan membunuh Riven.

"Mau ngelukain atau ngebunuh gua dengan pisau?" cengir miringnya. "Bahkan kalian tidak cukup cepat seperti Orkan" ucapnya santai sambil menghindar dan melakukan putaran tendangan dan memukul wajah pria yang tertutup itu secara bersamaan. Tiga orang yang terkena tendangan dan pukulan itu terdorong mundur dan merasakan sakit yang hebat dari tenaga Riven. Ia pun kini masih melawan orang yang kini sedang mencoba menyerangnya.

Riven tidaklah membawa senjata, tetapi ia memiliki tenaga fisik yang kuat dan jago dalam berkelahi ataupun bela diri. Serangan langsung meskipun dengan senjata sekalipun mudah saja ditahan dan ditangkis olehnya. Bahkan pukulan manusia biasa dari beberapa orang sekaligus pun tidak terlalu mempengaruhinya. Karena Riven mendapat serangan brutal apalagi secara keroyokan, tentu saja Riven membalas serangan mereka untuk menghajar dan menumbangkan bahkan mematahkan tulang mereka.

Disaat Riven sibuk teralihkan menyerang orang-orang yang menyerangnya dari jarak dekat. Orang yang tidak ikut menyerang secara langsung mengeluarkan pistol untuk menembak ke arah Riven.

Ketika pelatuk itu ingin ditarik, tiba-tiba saja tangan orang yang memegang pistol itu terkena goresan pisau yang cepat hampir memotong tangan kanannya. Orang itu berteriak merasakan sakit, dan darah segar dari tangannya mengalir dan menetes. Ia pun langsung menoleh ke arah asal serangan.

Orang yang melukainya dengan pisau itu adalah Renzo. Dengan kecepatannya, Renzo berputar ke belakang orang itu dan tangannya menusuk tepat di jantungnya menggunakan tangan kirinya dari arah depannya, meskipun tubuh Renzo sedang berada di belakang orang yang memegang pistol itu.

Tangan kanan Renzo lalu mengambil pistol dari tangan kanan orang yang baru dibunuhnya. Setelah itu Renzo juga ikut menyerang ke yang lain, terutama yang ingin melukai bahkan membunuh Riven ataupun dirinya dengan pistol. Bahkan Renzo juga ikut menembakan pistol itu ke arah mereka.

Riven tidak menbunuh orang-orang yang menyerangnya, tetapi orang-orang itu kini sudah terlihat terkapar babak belur dengan luka dan lebam di tubuhnya meskipun saat ini tertutup oleh masker hitam. Riven pun membuka masker mereka satu persatu untuk melihat wajah wajah orang yang mencoba menyerangnya itu. Dan diantara itu ada yang Riven juga buka bajunya.

Renzo yang telah membunuh beberapa diantaranya lalu mendekati Riven. "Kau tidak berencana melakukan hal tidak senonoh dengan para orang ini kan?" tanyanya.

"Gak tertarik. Mereka jelek" ujar Riven. "Tapi ada juga yang lumayan disini" cengirnya melihat ke salah satu 'korban' nya.

Riven sedikit berjongkok. "Seharusnya kalian jangan coba menyerangku dengan pisau yang tajam. Tetapi dengan pisau yang tumpul yang berada di tubuh kalian. Aku pasti akan menyerang dan meladeninya juga dengan 'pisau'ku" ujarnya tengil sembari memegang dan agak meremas alat kelamin pria yang terkapar di depannya itu meskipun masih tertutup celana. Pria itu pun berteriak kesakitan tetapi juga ada sedikit desahan lemas.

"Riv.." ujar Renzo datar di belakangnya menatap kelakuan Riven.

Riven melihat tanda tattoo kecil hitam lambang Blackardz di pinggang kiri pria itu. "Blackardz" gumam Riven dengan tatapan tajam. Riven pun menoleh ke beberapa pria yang ia buka bajunya dan benar saja, terdapat tattoo tanda itu di pinggang mereka.

"Hoo jadi mereka dari Blackardz yang mau mencoba nyerang gua?" cengir tengil Riven. "Apa ada kaitannya dengan wanita itu? Atau kalian sengaja dari awal untuk ngejebak gua bermain dengan wanita itu hah?" ujar Riven.

"Apa mereka anggota dari Blackardz? Tapi.. Kenapa mereka selemah ini?" tanya Renzo memastikan.

"Gua rasa.. Mereka hanyalah anggota bawahan dari golongan manusia biasa. Sepertinya tidak ada energi kekuatan khusus yang mereka miliki" ujar Riven memastikan.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan pada mereka sekarang?" tanya Renzo. "Kau akan memusnahkannya, atau membawa mereka?"

"Sepertinya kita perlu membawa dan mengintrograsi orang yang masih hidup diantara mereka" ucap Riven sambil melihat dan memperhatikan wajah mereka satu-satu yang masih hidup. Ia melihat salah satu pria dengan wajah yang terlihat cukup manis dan tampan diantara itu yang sudah pingsan tetapi masih bernafas. "Ah sepertinya orang ini yang cocok" ujar Riven.

"Kau memilihnya untuk ingin diintrograsi atau untuk menjadikannya pasangan?" tanya Renzo curiga dengan ekspresi wajah datarnya. "Atau kau berencana melakukan hal lain?"

"Mau gua tusbol" jawab Riven sembarangan. "Intrograsi dulu lah. Itu mah urusan nanti" cengir Riven kemudian.

Renzo hanya bisa menghela nafas atas kelakuan Riven. "Jadi yang lain akan kau apakan?" tanya Renzo.

"Terserah lu aja. Mau lu bawa juga mereka, atau lu bunuh. Yang penting bukan gua yang bunuh" jawab Riven sembari mengangkat pria manis itu dalam gendongannya.

"Baiklah" Renzo lalu mencoba menghubungi seseorang dengan telfon khususnya. "Aku butuh bantuanmu untuk membereskan sesuatu. Jean" ujarnya ketika berada dalam panggilan telfon.

Renzo pun mengambil pisau dan pistol yang orang-orang itu bawa. Lalu menembaki tubuh mereka satu persatu hingga dapat dipastikan mereka mati. Setelah selesai, ia menyimpan senjata-senjata itu, dan membawanya.

"Bakar mereka" ujar Renzo. Kemudian hawa temperatur udara sekitar itu menjadi panas dan api entah darimana muncul, membakar orang-orang itu. Renzo pun berjalan pergi meninggalkan mayat yang kini terbakar itu.

Riven menuju ke apartemennya dengan mobil merah maroon nya. Ia membawa pria itu ke dalam unit apartemennya yang berada di lantai 10. Setelah masuk, Riven merentangkan pria manis itu ke atas ranjangnya.

Riven meraba tubuh pria yang kini tidak memakai baju itu dari dada hingga ke pinggangnya. Ia lalu mengangkat bagian pinggang pria itu sembari mendekatkan wajahnya untuk melihat lambang tattoo itu lebih jelas. Tattoo bewarna hitam dengan bentuk seperti kartu dengan posisi miring sepeti wajik panjang. Dan ada gambar kecil dibagian tengahnya, seperti seakan sebuah logo kartu As.

Tetapi hawa nafsu Riven bergejolak. Ia ingin menjilat bagian pinggang pria manis tak sadarkan diri itu sekaligus merasakan apakah ada sesuatu pada logo tersebut.

"Uhum-" ucap seseorang tiba-tiba, suara seorang wanita dari arah masuk ke kamar Riven yang tanpa pintu. "Kau sudah pulang, tuan Riv?" ucapnya.

Riven yang baru menjilat pinggang pria itu kemudian menoleh ke arah asal suara. Terlihat seorang wanita seksi dengan rambut merah panjang tergerai dengan baju terusan seksi warna senada dengan rambutnya, yang memperlihatkan belahan dada, perut, dan paha nya. Ia berdiri disana sembari melipat kedua tangannya. Orang itu adalah Eirin. Dia adalah pelayan pribadi Riven.

"Hallo sayang. Kau udah pulang?" ujar Riven dengan nada seakan seperti ia pria yang kepergok selingkuh dari istrinya karena sedang ngegay dengan laki-laki lain.

"Dari tadi. Kau pasti habis bersenang-senang diluar, tanpa mengajakku" ujarnya bete. "Padahal kau yang dulu memintaku ketika bertemu di bar waktu itu untuk jadi pelayan pribadimu. Tapi kau malah asyik-asyikan dengan oranglain di bar lain tanpa mengajakku ikut" ucapnya seperti sedikit merajuk.

Riven berjalan mendekati wanita seksi itu, lalu memeluk tubuhnya dengan dekapan tangan kanannya. "Aku tidak melarangmu kalau kau ingin ikut" ujarnya, lalu Riven mengecup atas kepala wanita berambut merah itu. "Kau sendiri juga masih menjadi penari penggoda di bar kan? Meskipun kau sudah menjadi pelayan pribadiku dan aku sudah membayarmu dengan cukup" ucap Riven.

"Y-ya.. Tapi aku tetap masih butuh uang tambahan" ucapnya dengan sedikit pipinya yang memerah. Dia pun membalas dekapan pelukan Riven.

Riven dan Eirin dulu pertama kali bertemu di suatu bar. Eirin adalah penari lepas atau sebagai freelancer dancer di bar. Tariannya seksi dan menggoda, ia pun waktu itu menggoda Riven dengan tarian seksinya. Hingga akhirnya mereka berdua pun melakukan hubungan seks. Karena Eirin melakukan hal itu untuk uang, maka Riven menawarkannya untuk menjadi pelayan pribadinya. Sekaligus untuk 'melayani'nya secara pribadi.

"Em.. Siapa dia? Calon uke baru mu?" tanya Eirin menunjuk ke arah pria tak memakai baju yang terkapar di atas ranjang Riven.

"Bukan" jawab Riven. "Eh tapi mungkin boleh juga" lanjutnya senyum miring. "Lupakan soal itu. Dia salah satu orang yang coba menyerang ingin membunuh gua di jalan. Gua mau coba intrograsi dia setelah dia sadar. Yang lainnya sedang diurus oleh Ren" jelas Riven kemudian.

"Ah.. I see.." ujar Eirin. "Apa dia salah satu musuh keluarga mu?" tanyanya mencoba mendekati pria itu.

Riven mengendikan bahu. "Sepertinya" ujar Riven. "Eirin.. Btw aku punya rencana. Kau.. Goda dia diatasnya ketika ia bangun nanti. Itu pasti akan mengejutkannya pas dia sadar" senyum miring jail Riven.

"Hah?!" Eirin agak terkejut sejenak. "Oke" jawabnya mengiyakan.

To be Continued..