Chereads / UNWANTED BOND [SASUHINA | 21+] / Chapter 9 - Unwanted Bond SasuHina 09

Chapter 9 - Unwanted Bond SasuHina 09

Unwanted Bond (SasuHina) 09

by

acyanokouji

All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.

Saya cuma pinjem doang, kok. Selamat membaca.

Warning: Super OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, alkohol dan lemon!

.

.

Pukul enam pagi. Hinata baru kembali ke rumah setelah club-nya tutup. Saat baru tiba, ia melihat mobil sport asing di pekarangan rumahnya. Hinata ingin tidur. Hidupnya akan kembali menjadi kelelawar sekarang.

"Hinata, baru pulang?"

Duh, ada Neji. Dua puluh dua jam yang lalu, Neji dan Hinata sama-sama keceplosan untuk hal yang sedikit memalukan.

"Ya. Aku bantu beres-beres dan sedikit berbincang dengan pegawai."

"Ayo ikut sarapan dulu." Neji terlihat seperti dua puluh tiga jam yang lalu. Sikapnya biasa saja seolah tidak ada yang terjadi antara ia dan Hinata.

Hinata ikut Neji ke meja makan. Saat tiba di dapur, Hinata menemukan semua orang sudah berkumpul. Ada Matsuri dan seorang pelayan lain yang sedang masak di dekat kompor, ada Sasuke dan Hanabi yang duduk di meja makan, dan ada panda merah yang ikut duduk di samping Hanabi. Oh, iya. Inspeksi Gaara Sabaku.

"Waw, kalian semua berkumpul." Hinata menyapa seadanya. Ia mengambil kursi duduk di samping Sasuke, berhadapan dengan Gaara.

"Apa kau mau ikut peran dalam keluarga Hyuuga juga, Sabaku-san?" Hinata menyindir pada si panda merah.

"Tidak. Tapi mungkin mulai sekarang kita akan sering bertemu, Hinata-san."

Ucapan Gaara membuat Hinata mengernyit. Sering bertemu? Kenapa? Lalu, Hinata melirik pada Hanabi yang masih menunduk di samping Gaara.

"Kau dan Hanabi berkencan?" tanya Hinata.

"Tidak!!" Hanabi menjawab sambil berteriak.

"Kami akan membicarakannya secara privat." Gaara bicara lenggang setelah keadaan hening selama beberapa saat karena teriakan Hanabi. Hinata takjub, bagaimana bisa wajah Gaara tetap datar padahal Hanabi teriak tepat di samping telinganya. Dipikir-pikir lagi, apa benar Gaara dan Hanabi akan terlibat dalam hubungan? Aneh tapi keadaan yang terjadi selama ini memang sudah aneh, 'kan?

Selama sarapan, Hinata sadar jika ia diperhatikan. Sasuke tepat berada di sampingnya. Beberapa kali Hinata bisa melihat Sasuke yang melirik melalui ekor matanya. Belum lagi Neji yang duduk di samping Gaara. Jelas Hinata menangkap tatapan Neji yang sulit diartikan.

"Aku sudah selesai. Terima kasih atas makanannya." Hinata berdiri. Makanannya baru habis setengah tapi ia sudah merasa harus berhenti. Tak tahan dengan kecanggungan yang melanda.

Meskipun ia menjadi pusat perhatian karena pergi duluan, Hinata tak mengindahkan tatapan itu dan pergi menuju kamarnya. Saatnya tidur dan melupakan masalah sejenak.

"Sebentar, Hinata." Sasuke menangkap lengan Hinata yang hendak membuka pintu kamar. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Sasuke.

Hinata membuang napas kasar. "Menurutmu?"

Sasuke memerhatikan penampilan Hinata. Blouse merah muda dan rok hitam selutut. Parfum wangi Hinata masih tercium meskipun pasti sudah tercampur bau alkohol di club semalam. Riasan Hinata juga hanya pudar sedikit. Bagi Sasuke, Hinata terlihat cantik selain sedikit lingkaran hitam di bawah matanya.

"Aku butuh tidur, Sasuke. Aku kerja semalaman jadi sekarang waktunya aku tidur. Permisi." Hinata berbalik tapi lagi-lagi Sasuke menahannya.

"Apa kau marah padaku?"

"Kau pikir saja sendiri." Hinata menarik lengannya dan langsung berbalik. Setelah memasuki kamarnya, Hinata mengunci pintu. Jangan ada yang mengganggu untuk sekarang. Tuan putri benar-benar harus tidur kalau tidak ingin semakin mirip dengan Gaara Sabaku.

Sasuke sempat termangu di depan pintu kamar Hinata yang tertutup. Ia ingin sekali mengetuk pintu Hinata. Memaksa Hinata keluar dan menjawab pertanyaannya. Tapi, sebagai lelaki paling dewasa –dengan arti sebenarnya- di rumah ini, Sasuke memutuskan untuk membiarkan Hinata tidur.

"Kemana Hanabi dan Gaara?" Sasuke bertanya saat ia kembali ke dapur dan orang-orang sudah mulai kembali.

"Mereka perlu bicara berdua katanya." jawab Neji. Sasuke kembali duduk di kursinya tadi. Jauh berseberangan dengan Neji yang ada di sebelah kirinya. Saat Sasuke mulai menyantap sarapannya lagi, Matsuri dan seorang pelayan lain terlihat pergi keluar dapur. Meninggalkan dua pria tertua di rumah ini.

"Sasuke, aku ingin bertanya sesuatu." Sasuke menoleh pada Neji sambil menyuap makanan. Memberi izin agar Neji melanjutkan ucapannya. "Apa waktu itu kau sedang bersama Hinata?"

Sasuke mengunyah dan menelan makanannya. "Waktu apa?"

"Waktu kau melihatku dengan Matsuri di dapur."

Rasanya Sasuke tersedak ludahnya sendiri, padahal ia yakin kalau ludahnya sudah tertelan bersama makanan.

"Memangnya kenapa?" Sasuke berdeham.

"Kemarin Hinata tidak sengaja keceplosan."

"Kalau dia yang bilang sendiri, berarti dia juga tidak sengaja melihatmu, mungkin."

Tidak mungkin Sasuke menjelaskan secara rinci pada Neji kalau ia yang memergoki Hinata saat mengintip, 'kan? Biar saja Neji berspekulasi sendiri. Buktinya laki-laki itu hanya berkata 'oh' dan kembali makan.

"Kau tidak ingin tahu kenapa Hinata bisa keceplosan?" Sasuke melirik Neji. Ia yang sedang minum air putih mulai mengernyit. Apa itu penting untuk dijelaskan?

"Aku melihat kalian berciuman dua hari lalu."

"Uhuk!"

Sasuke benar-benar tersedak kali ini. Hidungnya perih karena air masuk ke tenggorokan. Sialan. Jadi, intinya mereka saling mengintip satu sama lain?

Neji khawatir pada Sasuke yang memegangi hidungnya. Mengambil inisiatif, Neji menyodorkan kotak tisu pada Sasuke. Laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu mengambil selembar tisu dan mengelap mulut serta hidungnya.

"Kuharap kita bisa saling menjaga rahasia, Neji." kata Sasuke setelah keadaannya membaik.

"Kuharap juga begitu. Kau bisa pastikan kalau Hinata tidak cerita pada Hanabi?"

Sasuke kembali mengernyit. "Yang kau pikirkan benar-benar hanya itu?"

"Aku hanya tidak ingin keadaan menjadi lebih canggung." Neji mendikkan bahu.

Sasuke menghela napas. "Baiklah. Nanti akan aku bicarakan pada Hinata."

Neji mengangguk. Memang seharusnya Sasuke bisa berperan sebagai tunangan yang baik.

"Kau dan Hinata..." Neji terdiam sebentar. "Hubungan kalian baik-baik saja, 'kan?"

"Baik." jawab Sasuke cepat.

"Seperti katamu. Kami sudah dewasa dan bisa menyelesaikan masalah sendiri."

Neji angguk-angguk lagi. Ia kembali diingatkan pada ucapannya sendiri. "Kau harus lebih memberanikan diri, Kak Sasuke."

.

.

"Aku tidak ingin bicara apapun denganmu!" tegas Hanabi.

"Kita harus bicara, Hanabi. Dua hari lalu kau mabuk berat dan kemarin kau mengabaikan pesanku selama seharian." terang Gaara. Di hadapannya Hanabi masih membuang muka sambil melipat kedua tangan di bawah dadanya.

"Aku tahu, rasanya pasti canggung bertemu pasanganmu secara langsung. Kita hanya perlu penyesuaian, pearl."

Hanabi menoleh pada Gaara. Matanya membulat karena terkejut.

"Kita belum benar-benar jadi pasangan, Sabaku-san!"

"Kenapa kau memanggilku begitu?" Hanabi menautkan alis. Itu kan memang namamu, batin Hanabi.

"Dulu kau selalu memanggiku panda-ku."

Hanabi melotot. Itu 'kan dulu! Waktu ia belum bertemu secara langsung dengan teman onlin-nya.

"Jangan membahas hal itu lagi! Itu 'kan sudah berlalu dan hanya terjadi di aplikasi sialan itu!"

"Apa kau menyesal bertemu denganku, Hanabi?" Gaara sedikit menunduk. Matanya menatap ke arah lain dan rahangnya sedikit mengeras.

Gaara kembali mentaap Hanabi. "Aku tidak menyesal mengenalmu, apalagi bertemu secara langsung denganmu. Bagiku, satu tahun yang kita lalui bersama adalah nyata, meskipun kita melakukannya secara daring."

Ucapan Gaara berhasil membuat Hanabi menoleh dan ikut menatapnya juga.

"Kalau kau tidak keberatan, boleh aku mengenalmu dari awal lagi? Kalau kau ingin melupakan panggilan konyol yang kita berikan di masa lalu, aku tidak masalah. Ayo mulai lagi sebagai Gaara Sabaku dan Hanabi Hyuuga."

Hanabi tertegun. Apa tidak apa-apa kalau mereka bersama?

"Oh, dan saat kita memulainya, mari lupakan tentang pekerjaanku ataupun masalah wasiat itu."

Hanabi tersenyum kecil. Statusnya dan Gaara sebagai pengacara dan klien memang cukup mengganggu hatinya.

"Salam kenal, Hanabi-san. Namaku Gaara." Hanabi menatap uluran tangan Gaara. Ia kembali menoleh dan melihat iris jade si chubby panda.

Hanabi mengabaikan uluran tangan Gaara. Daripada menerima jabatan tangan, Hanabi memilih untuk memeluk Gaara. Sambil berbisik, "salam kenal."