"Carla, kamu sudah punya pacar?" Tanya seorang perempuan paruh baya namun masih terlihat cantik dan segar.
"Belum punya tante." Jawabnya malu - malu, hingga membuat rona merah diwajahnya. Satria mengernyit mendengar pertanyaan mama sekaligus jawaban Carla.
"Oh ya panggil mama saja okay." Yang diangguki Carla.
"Bagus kalau kamu masih jomblo. Kebetulan mama punya keponakan yang tiga hari lagi akan pulang dari luar negeri. Sepertinya cocok sama kamu." Ucap Mama Farikha dengan senyum mengembang.
Carla sempat terkejut mendengar penuturan Mama Farikha, akan tetapi ia cepat menyembunyikan ekspresinya. Sehingga nampak tenang dan masa bodoh.
BRAAAAAK!!!! Terdengar dentuman suara meja digebrak oleh Satria. Satria tidak terima mendengar pertanyaan sang mama yang dilontarkan kepada Carla.
"Mama apa - apaan sih?!" Terlihat raut muka kesal diwajah Satria. Nafasnya hingga naik turun tidak stabil, ingin meledak - ledak tapi lawannya sang mama. Gini - gini kan masih takut durhaka.
"Kamu ini yang apa - apaan Sat? Nggak ada angin nggak ada hujan tiba - tiba ngereog?" Heran Mama Farikha. Bisa - bisanya acara makan siang jadi kacau begini.
"Mama tahu nggak sih. Carla itu calon istri Satria ma. Satria bawa kesini tujuannya mau Satria kenalkan ke mama sama papa. Berhubung papa masih diluar kota yaudah Satria kenalin ke mama dulu. Mama mau pakek acara Carla dikenalin ke Regi. Ya emosilah Satria." Jelasnya panjang kali lebar sama dengan luas, membuat Carla syok hingga tak mampu menyembunyikan ekspresinya.
"Ttu...tunggu sebentar pak. Bapak ngomong apa barusan? Calon istri? Pak, bapak kesini katanya kan mau ambil berkas saja dan saya cuma bapak suruh ikut saja. Kita nggak ada hubungan apa - apa lo pak." Jelas Carla tak mau kalah. Carla tak mau terlibat dengan bos songongnya tersebut apalagi sampai terlibat memiliki hubungan yang lebih serius, bisa mampus.
"Tunggu saja Carla, sebentar lagi kita akan memiliki hubungan apa - apa." Satria berlalu dari meja makan. Ia masuk keruang kerja dirumah megah tersebut dengan membanting pintu sedikit kasar. Carla tercengang tak percaya mendengar kata - kata Satria barusan.
"Ya ampun Carla sayang bilang dong dari tadi, kalau kamu itu calonnya Satria. Hampir aja mama mau jodohin kamu sama Regi. Jadi ngamukkan dia, hahahaha." Tawa pecah Mama Farikha membuat Carla bergidik ngeri.
'Mampus.' Batinnya menangis pilu.
Usai terjadi sedikit drama ikan terbang sekarang yang menghantui pikirannya adalah cara menjinakkan Pak Satria. Sumpah demi pecel lele, Carla nggak sanggup kalau harus menikah dengan bos songong tersebut.
Sedikit banyak ia tahu betul tabiat bosnya tersebut. Impiannya setelah menikah setiap hari hidupnya akan berwarna, lha kalo sampek jadi istri bos songong apakah hidupnya akan berwarna juga? Bisa jadi berwarna sih tapi warna monokrom. Alias hitam putih, kayak tv jadul aja.
"Iih apaan sih tuh orang bikin amsyong kepala kan jadinya. Ogah ah gue nikah ama tuh orang. Apa mending resign aja ya? Kan udah tiga tahun nih kerja disono. Nggak bakal kena pinalti juga karena masa kerja gue udah memenuhi persyaratan. Hehehe...Ok deh tulis surat resign dulu aja." Saat sedang fokus menulis surat, tiba - tiba ia dikejutkan dengan suara panggilan telpon.
"Elaaah baru juga nulis kepada yang terhormat, ada aja gangguan. Lagian siapa sih malam - malam nelpon, kurang kerjaan banget." Saat Carla ingin menscroll layar, matanya melotot hampir copot, karena orang kurang kerjaan tersebut tidak lain dan tidak bukan ialah sang bos.
'Apes bener dah.....kok feelingnya dapet banget sih nih orang. Tau aja kalo mau resign. Sebelum - sebelumnya nggak pernah tuh telpon. Jangankan telpon sekedar chat aja nggak.' Tangannya masih ragu untuk menyentuh tombol hijau. Sedangkan sang bos masih memanggil.
Saat jari Carla ingin menyentuh tombol hijau tiba - tiba panggilan terputus. Membuat hati Carla tenang seketika. Sebelum terjadi malapetaka yang tidak diinginkan. Buru - buru Carla menonaktifkan hp nya. Bukan apa - apa tapi mulai detik ini ia bertekad menghindari makhluk kasat mata yang bernama Satria baja karatan. Besok ia sudah membulatkan tekad untuk menyerahkan surat resign tersebut pada sohib semata wayangnya.
Jam masih menunjukkan pukul 05.00 WIB, tapi Carla sudah berada didepan kosan Gayatri. Ia memencet kosan berkali - kali hingga si empunya keluar dengan ekspresi wajah sebal.
"Eh kutu ayam! Ngapain sih solah - solah kesini? Kurang kerjaan ya lu?" Protes Gayatri tidak terima jam tidurnya terganggu. Tanpa menanggapi omelan Gayatri, Carla mendorongnya hingga masuk kedalam kamar kos. Secepatnya ia ingin menceritakan takdir buruk yang dia alami.
"Eh kutu kupret! Gue nih lagi dalam kondisi antara hidup dan mati tau!" Cerocosnya dengan mimik wajah setengah ketakutan dan was - was. Kepala yang tak henti - hentinya menoleh ke kiri dan ke kanan tak luput dari pandangan Gayatri.
'Idiot satu nih kenapa lagi dah? Apes banget punya sohib modelan begini'. Batin Gayatri tersiksa.
"Heeeh! Idiot ngapain sih lo dari tadi gerak terus? Si kecil hiperaktif ya bun? Sana pergi ke psikolog kalo masalah lo ganguan mental. Bikin gue baby blues aja punya teman absurd kayak lo." Omel Gayatri tak henti - hentinya.
"Udah deh nggak usah bawel dan yang paling tersolimi. Gue nggak ada gangguan mental adanya kena serangan mental. Gue dua hari ini kena terapi syok." Jelas Carla mulai mendongeng.
'Ya ampun, pasti bakal lama nih.' Batinnya.
"Ya udah sini duduk dulu, gue bakal dengerin maksud dan tujuan lo kesini." Gayatri menarik kursi untuk Carla duduki. Ia ingin menuntaskan masalah Carla, agar kedepannya pagi indahnya tidak diganggu makhluk astral. Lebih tepatnya mengusir secara smooth.
"Jadi gini Gay ak...."
BRAAAAAAK!!! Terdengar suara meja digebrak keras membuat Carla terlonjak kaget.
"Apaan siiiih, selalu deeeh ada jump scared ditengah orang lagi enak - enak cerita." Carla hingga mengelus dadanya masih deg - degan akibat ulah Gayatri.
"Heh sotong kering gue kan pernah bilang, jangan manggil gue "Gay" panggil yang kece dikit napa, kaya Ralinsah kek apa Patricia. Emang gue penganut partai rainbow lu manggil seenak jidat lu "Gay". Protes Gayatri very - very much.
"Ampuuun dah...manggil nama aja jadi masalah. Lama - lama belum kelar urusan gue bisa adu mekanik juga nih kita berdua." Imbuh Carla setengah kesal.
Tak terima dengan ucapan Carla, Gayatri masih mendelik tajam kearahnya. Carla yang tau akan hal tersebut memilih untuk mengalah. Daripada panjang urusannya.
"Ok Aya my cutie pie ( lidah Carla setengah jijik mengucapkan kata - kata bullshit tersebut, sangat manis ia tidak suka) jadi maksud dan tujuan gue kemari mau nitip sesuatu." Carla mengambil sebuah map coklat, lalu ia sodorkan kepada Gayatri.