"Lhooo! Bba...bapak kok bisa ada disini sih?!" Tanya Carla, bukan lagi terkejut tapi langsung syok. Mental mana mental?
"Kamu kok nge-gas? Suka - suka sayalah. Memangnya dunia ini milik kakek kamu?" Jawab Satria sedikit ketus tak suka. Padahal bukan pertemuan seperti ini yang ia inginkan. Mode galaknya jadi kumatkan.
"Yya...ya bukan gitu juga kali maksud saya pak." Jawab Carla pelan setengah takut. Satria tak menanggapi, matanya masih terus menatap Carla tidak percaya.
"Eheeeem...." terdengar suara nenek yang memecah keheningan keduanya.
"Nenek!" Teriak Carla dan Satria bersamaan. Lalu keduanya saling melirik, sama - sama mengernyit keheranan.
"Haaaah?! Jadi....Nenek Farida itu selama ini adalah nenek pak Sat...." belum selesai ucapan yang dilontarkan Carla, tiba - tiba pintu toko terbuka lebar dan nampak seorang wanita yang usianya tidak lagi muda, akan tetapi masih terlihat cantik masuk dengan sumringah. Wanita tersebut berjalan kearah mereka dengan senyum merekah.
"Mama....Satria....Rikha datang bawa sal...lad. Eeeeh! Kamu....?" Drama prindapan dimulai. Mama Farikha dengan ekspresi terkenyut ia menutup mulut agar terlihat syok dan lebih menjiwai. Tak lupa juga, Mama Farikha sengaja menjatuhkan kantong kresek yang berisi buah agar nampak dramatis dan cinematic ketika beberapa buah jatuh menggelinding ke berbagai arah. Sedangkan kantong kresek yang berisi salad tetap ia pegang.
Yakali dijatuhin, pasti nanti bakal repot membersihkannya.
Carla yang melihat Mama Farikha memanggil Nenek Farida "Mama" fix! Ini ceritanya udah nggak bener.
'Ya Tuhan kesialan apalagi kali ini, yang coba Engkau tunjukkan pada hamba.' Gumamnya dalam hati. Setengah mengelus dada. Pepatah yang mengatakan 'Dunia tak selebar daun kelor' itu hoax adanya.
Buktinya dia kabur dari sabang hingga merauke tetap aja ketemu bos songongnya. Entah itu bagaimana caranya. Tapi pada akhirnya dipertemukan kembali, kan lawak nih ceritanya.
"Ya Tuhan! Sayaaang....kamu akhirnya ketemu. Calon menantu mama." Diciuminya Carla tanpa jeda. Tak lupa pelukan erat tak luput ia berikan pada Carla.
Menerima serangan dadakan Mama Farikha, membuat Carla mati kutu, tak bergeming sama sekali saking terkenyutnya.
Satria sedikit cemburu pada mamanya, karena ia bisa dengan leluasa mencium serta memeluk Carla. Satria dibuat frustasi karenanya.
'Satria juga ingin cium sama peluk Carla ma.....' kodenya melalui mata batin. Sayang sekali kali ini mata batin Mama Farikha tertutup tabir surya, hingga menyebabkan Satria tambah dongkol.
Carla menatap Satria dan Nenek Farida bergantian, ia butuh penjelasan.
"Mm.....mma....maaf tante, bisa tolong dilepaskan. Saya agak sesak napas. Hehehe." Ucap Carla sedikit sungkan karena merusak momen halu sang calon mertua. Eh maksudnya Mama Farikha. Sapa juga yang mau sama si Bang Sat (Bang Satria).
"Ooowh....ya ampun maaf sayang. Saking bahagianya mama sampek khilaf." Senyum ceria terpancar diwajah ayu Mama Farikha. Apalah daya karena cinta tak bisa dipaksa. Mau tidak mau Carla harus menjelaskan bahwa ia tidak bisa dan tidak akan bisa menjadi bagian keluarga Adhinatha.
"Maaf sebelumnya tante, tapi sebelum ini terlambat saya harus meluruskan masalah yang bengkok ini....jadi sebenarnya sa...." belum sempat klarifikasi Mama Farikha menarik lengannya dan lengan Nenek Farida menuju kursi, yang menghadap taman belakang.
"Ayo bicaranya dilanjut sambil duduk aja biar santai. Sat....tolong tutup tokonya hari ini kita mau party...yeay....oh ya kalo sudah, kamu nyusul ya." posisi Mama Farikha masih mengapit lengan Carla dan Nenek Farida. Ia ajak mereka berdua menuju taman belakang. Sedangkan Satria hanya geleng - geleng kepala, pasrah dengan apa yang akan direncanakan mamanya.
Suasana ditaman belakang memang yang terbaik. Meskipun taman tersebut outdoor tetapi sejuk dan rindang, karena Nenek Farida menanam beberapa pohon berkayu besar dan tanaman - tanaman hias lainnya. Sehingga udara segar sering berhembus hingga menusuk kalbu ceilee, sok puitis banget.
Setelah keempat orang tersebut sudah berkumpul ditaman belakang, Carla sudah siap akan membuka suara akan tetapi takdir berkata lain saat mulutnya terbuka, sesendok salad buah masuk kedalam mulutnya secara tiba - tiba.
Matanya melotot sesaat, bukan karena syok tetapi ada beberapa buah yang nyangkut ditenggorokannya. Ia gelagapan mencari segelas air putih sambil terbatuk - batuk dibuatnya.
"Uhuuuuuk....uhuuuk.....aa....iir.....uhuuuk!!! Aiiir....." secepat kilat Satria meminumkan segelas air kepada Carla. Detik itu juga, air putih yang diberikan Satria langsung tandas tak tersisa.
'Sialan..kalo gini ceritanya bisa langsung menghadap Yang Maha Esa nih.' Batinnya masih tak percaya.
"Mama apaan sih! Kalo Carla kenapa - napa gimana?" Khawatir Satria dengan kondisi Carla yang tersedak hingga mengeluarkan sedikit air mata.
"Ya ampun sayang.....maafin mama yah. Saking semangatnya mama bisa ketemu kamu lagi. Mama janji bakalan lebih hati - hati lagi oke?" Sembari mengelus - elus kepala Carla, yang membuat gadis tersebut sedikit tenang.
"Ya sudah, sebaiknya Carla istirahat saja dulu. Kamu hari ini menginap saja dirumah nenek. Mumpung kita bisa kumpul secara lengkap begini." Sahut Nenek Farida, yang diangguki Satria dan Mama Farikha.
Jauh didalam lubuk hati, Carla ingin menolak dengan tegas mengenai acara menginap tersebut. Akan tetapi lidahnya kelu hanya sekedar untuk mengucapkan kata 'Tidak'.
Selang beberapa menit, berakhirlah Carla disebuah kamar yang cukup luas untuk ukuran rumah yang nampak sederhana jika dilihat dari luar.
Yuup! Kalian betul. Sekarang Carla sedang berada dikediaman Nenek Farida, dan berakhir dikamar tamu.
Ternyata Nenek Farida sudah menyiapkan beberapa baju tidur pendek yang bahannya terbuat dari satin. Carla dibuat terkenyut, atasannya berupa camisol dan bawahannya celana super pendek.
Tanpa curiga suatu apapun ia langsung meloloskan seluruh baju serta baju dalamnya. Carla memiliki kebiasaan jika akan tidur ia tidak mengenakan dalaman, baik atas maupun bawah.
Jika melepas keduanya, tidurnya akan semakin nyenyak. Saat Carla akan menggantung pakaiannya, ia melihat ada piyama satin lain disofa, nampak seperti piyama yang digunakan laki - laki. Tapi Carla tidak ambil pusing, ia masa bodo. Sekarang persiapan untuk menyelami alam mimpi semuanya sudah hanya tinggal cuci muka dan gosok gigi. Lalu ia ingin cepat - cepat tidur karena seharian ini Carla cukup lelah.
Kembalinya Carla dari kamar mandi, ia dikejutkan dengan keberadaan Satria yang sudah nangkring diatas tempat tidur.
"Lhoo pak! Bapak kok ada disini?!" Tanya Carla sedikit bingung dan tak luput juga ia memasang wajah tak suka.
"Memangnya kenapa kalo saya disini? Ini rumah nenek saya, jadi wajarlah saya disini." Jawabnya panjang kali lebar sama dengan luas.
"Huuft....susah ya ngomong sama bapak. Saya juga tau kali ini rumah nenek bapak. Maksud saya itu kenapa bapak masuk kamar ini? Kalo Mama Farikha tau gimana? Nanti kita dikira kumpul kebo." Ucapnya sedikit jengkel, ia sampai ingin mengeluarkan jurus saput udang jika berdebat dengan bos songongnya. Lebih tepatnya mantan bos songong.