"Pak....plis, tahan hasrat bapak okay? Carla harap dengan pelukan ini bapak bisa menidurkan juki." Sembari tangan Carla mengelus - elus punggung kekar Satria. Berharap si juki segera bobok.
"Juki siapa sayang? Selingkuhan kamu?!!" Tanya Satria dengan nada kesal dan setengah bingung.
"Selingkuhan dari Madrid? Saya aja jomblo akut." Cebiknya kesal. Enak banget nuduh yang iya - iya.
"Lalu?"
"Diiih...masak nggak paham sih pak?!" Kesal Carla yang sudah diubun - ubun.
"Lato - lato bapak tuh. Udah cepetan tidurin! Nggak mau tahu ya saya kalo punya bapak turn on lagi." Lanjutnya setengah mengancam.
"Memangnya kenapa kalo punyaku turn on lagi? Hmm?" Tanyanya dengan ekspresi menyebalkan dimata Carla.
'Carla lo harus sabar menghadapi binatang sang*.'
"Kalo bapak sudah nggak ada urusan lagi, bisa saya keluar?" Ucap Carla mengalihkan pembicaraan.
"Jawab dulu sayang pertanyaanku." Ucap Satria sedikit memaksa, yang akhirnya membuat Carla menyerah.
"Hiiiih....bapak nyebelin ya! Ya jelas kenapa - napa."
"Kalo sampek juki turn on pelampiasannya pasti ke saya kan? Makanya sana minggir! Saya mau tidur bertiga sama mama dan nenek." Sembari bersiap bangun dari kungkungan Satria.
Namun gerakannya kalah cepat dari Satria. Carla melotot dan berontak.
"Lepas nggak?!!!"
"Nggak."
Sumpah mukanya ngeselin banget si Bang Sat ini. Muka yang katanya tampan dimata orang - orang, tapi dimata Carla mirip kang cilok.
"Ingat ya kata mama apa tadi? Bapak nggak boleh ngapa - ngapain saya dulu." Ancam Carla dengan memasang wajah serius.
"Siapa juga yang mau ngapa - ngapain." Jawab Satria enteng.
"Lha terus....ini apa maksudnya? Posisi bapak masih diatas saya?" jelas Carla sebal.
"Hmmmm....apa ya kira - kira?" goda Satria yang membuat esmoni Carla memuncak.
"Iish! Minggir ah pak. Cepetan siap - siap sebentar lagi penghulunya dateng lo." Rayu Carla halus. Agar si Bang Sat ini cepat menyingkir.
"Ya ampun iya sayang. Aku hampir lupa. Ya udah aku siap - siap dulu. Kamu juga siapin fisik dan mental ya." Satria berkata panjang lebar dengan senyum sumringah.
"Ngapain juga harus nyiapin fisik dan mental? Absurd banget." timpal Carla masih tidak ngeh dengan ucapan Satria.
"Siap - siap aku gempur tanpa ampun setelah 'SAH'." Bisik Satria tepat ditelinga Carla. Membuat kulit si empunya merinding seketika.
Bagai mimpi disore hari eh tengah malam ding, waktu menunjukkan 00.00 WIB.
Penghulu yang sudah berada diruang tamu siap untuk melakukan tugasnya, yaitu menikahkan sepasang calon pengantin antimainstream.
Bagaimana tidak antimainstream, tidak ada sejarahnya penghulu menikahkan calon pengantin tengah malam begini. Dikiranya genderuwo kawin apa?
Tak bisa dipungkiri lagi, Carla sempat kasihan dengan kondisi penghulunya yang nampak kucel. Wajahnya khas orang yang terpaksa bangun tidur.
Sudah tua masih disiksa Satria, malang benar yang selalu berurusan dengan si Bang Sat. Lihatlah sudah berapa kali pak penghulu menguap dan sesekali menahan kantuk. Matanya juga beberapa kali terlihat menutup lalu pelan - pelan terbuka.
Sumpah demi ceker jontor, yakali nikah tengah malam begini. Kalo aja pak penghulu nggak butuh duit. Ogah paling nikahin Satria kang paksa.
Setelah beberapa menit menunggu Satria, akhirnya ijab qobul dilangsungkan saat sang empunya keluar dengan menggunakan pakaian rapi serta Carla yang berada disampingnya nampak cantik dengan kebaya warna senada dengan Satria.
"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu pada saksi.
"SAH!!!" kompak para saksi, Mama Farikha dan Nenek Farida mengucap syukur alhamdulillah. Papa Farhan tak luput mengucap hamdalah.
Papa Farhan sebenarnya masih syok dengan pernikahan dadakan anaknya. Tidak ada angin, tidak ada salju anak sableng semata wayangnya minta nikah. Kan gokil nggak tuh?
Carla yang masih menganggap ini halusinasi tiba - tiba sadar saat Satria menyentuh telapak tangannya dan membawa tangan Satria kedepan wajah Carla untuk dicium. Yah bisa dibilang Satria menyuruh Carla untuk salim.
Tak lupa juga Satria menyematkan cincin berlian 24 karat kejari manis Carla. Begitupun sebaliknya.
Tak ingin rugi Satria memanfaatkan kesempatan ini untuk mencium kening Carla. Carla nge-freeze seketika.
'Emang nggak tahu malu nih orang.' Batin Carla jengkel. Setelah acara inti selesai kedua pengantin tersebut ingin mengistirahatkan tubuh mereka yang lumyan lelah.
"Kalian sudah mau tidur?" tanya Mama Farikha sedikit kepo.
"Eh mama...iya ma Carla capek, karena acaranya dadakan, kayak tahu bulat." cengirnya yang diganggapi Mama Farikha dengan gelak tawa.
"Hahaha...kamu itu ada - ada sih sayang. Ya udah sana cepet istirahat susul suami mu. Nanti kalo lama ngobrol sama mama dia suka ngambek." bongkar Mama Farikha tentang aib Satria.
"Carla mau pamit sama nenek dan papa dulu ma." saat kakinya ingin melangkah tiba - tiba lengannya dicekal Mama Rikha.
"Udah ngak perlu. Nanti biar mama aja yang kasih paham ok. Udah sana masuk kamar. Kalo Satria ngamuk serem loh." usir Mama Rikha halus, yang diangguki Carla.
'Serius nih harus sekamar sama si Bang Sat? Kira - kira tuh makhluk langsung minta jatah nggak ya?' batin Carla was - was.
Kakinya perlahan menaiki anak tangga satu - persatu dengan gerakan slow mo. Masalah si Bang Sat ngambek mah urusan ntar, yang penting itu kan menyelamatkan diri sendiri yang paling utama.
"Mana sih Carla? Jam segini kok belum masuk kamar? Apa sengaja tuh cewek?" gumam Satria setengah kesal.
Masalahnya joni dari ijab qobul belum mau bobok. Satria kan jadi pusing kalo hasratnya belum tuntas.
"Awas aja lima menit belum juga masuk kamar, bakal aku hukum. Baru beberapa menit jadi istri sudah durhaka aja tuh cewek."
Waktu menunjukkan pukul 00.30 WIB, Satria tanpa sadar sudah menyelami alam mimpi. Matanya sedari tadi berontak ingin segera dipejamkan.
Karena badannya juga sedikit lelah akhirnya ia mau mengalah, Satria pikir ia akan merebahkan tubuhnya sejenak sembari menunggu kedatangan Carla.
CEKLEEK!!! Terdengar derit pintu terbuka perlahan. Menampakkan sesosok wanita berkebaya yang nampak membawa segelas minuman ditangannya.
Saat berjalan mendekati ranjang ia melihat Bang Sat eh maksudnya mantan bos yang beberapa menit lalu sudah sah memjadi suaminya.
Satria nampak terlelap dalam tidurnya. Mungkin karena terlalu lelah mengurus pernikahan mereka yang diadakan secara dadakan bagai tahu bulat.