Hari kedua pencarian Carla juga tidak membuahkan hasil sama sekali. Davin beserta kru pemburu mantu bagi Mama Farikha dan pemburu calon istri bagi Satria, belum menemukan tanda - tanda keberadaan Carla.
Satria tidak pernah sakit kepala hingga dibawa ke dokter sebelumnya, cukup minum oskadon sudah langsung oye!
Davin sang tangan kanan multitalent belum pernah merasakan kegagalan sebelumnya. Ini kegagalan yang pertama kali ia rasakan setelah bekerja diperusahan Satria selama sembilan tahun sebelumnya.
Ia pikir mudah menemukan seekor Carla. Eh maksudnya seorang Carla. Namun dugaannya salah. Wanita itu lebih gesit dari Babang Mamakes rider motogp eh dari perkiraannya maksudnya. Ia seperti the marine yang mencari seorang buronan bajak laut.
"Satria....are you okay? Hmmm?" panggil Mama Farikha dengan lembut. Ia melihat anaknya yang terlihat tidak baik - baik saja. Sedikit cemas tetapi Mama Farikha berusaha untuk menyemangati Satria.
"No mam...." jawabnya 5L (lemah, letih, lesu, lunglai, linglung). Mama Farikha mengusap lembut rambut Satria dengan penuh cinta.
"Sabar ya. Mama ada feeling kalo kamu nggak lama bakal ketemu Carla. Makanya PDKT pake metode yang benar bukannya bar - bar." Tutur Mama Farikha.
Mendengar penuturan mamanya ia rasa ada yang salah dengan penggunaan kata "bar - bar".
"Maksud mama apa coba? Satria bar - bar gimana? Carlanya aja nggak tahu spek dewa. Palingan mantannya spek kerak telor." Sungut Satria sedikit berapi - api.
"Hahahahaha....kamu itu ada - ada sih Sat? Masak Carla mau sama spek kerak telor? Wong anaknya cantik." Timpal Mama Farikha masih tidak menyangka Satria bisa bercanda, yah walaupun wajahnya tetap datar.
"Logika yah ma..... dia dikasih spek dewa aja nolak berarti maunya ya yang gitu - gitu aja. Cewek bodoh emang." Kesal Satria masih berlanjut.
Mama Farikha hanya geleng - geleng kepala mendengar sedikit curhatan anaknya. Langka sekali seorang Satria curhat. "Ya udahlah Sat, kalo jodohksn pasti kembali. Eh mama keluar sebentar ya. Kamu nggak apa - apakan mama tinggal?"
Satria hanya mengangguk dan meneruskan rutinitas barunya, yakni melamun.
************<( *^*)>************
"Nek? Ini kuenya dipotong bagaimana?" Tanya seorang gadis yang akan membantunya memotong kue. Nenek Farida dengan gerakan lembut serta telaten memberi contoh memotong kue yang benar dan aesthetic. Ceilee macem betul dah.
"Setelah ini buka tokonya. Tolong diteliti dahulu sebelum toko dibuka. Apakah ada kue yang masih belum selesai atau tata letaknya kurang chic." Ujarnya dengan suara parau.
Oh iya, asal kalian tahu. Bagaimana ceritanya Carla hingga bisa kerja ditoko kue milik Nenek Farida.
Setelah merapikan seluruh barang dirumah kontrakan mungilnya. Tidak mungkin ia hidup hanya mengandalkan tabungan. Bisa - bisa jadi tuna wisma mendadak. Atau Gayatri biasa menyebutnya 'Gembel Jalanan'. Mana tidak dapat pesangon lagi dari kantor.
Maka dari itu ia berniat mencari pekerjaan sampingan untuk biaya hidup sehari - hari. Terutama untuk urusan perut. Fix nggak pakek debat.
Setelah mencari lowongan kerja dari sabang hingga merauke, tiba - tiba ia melihat ada seorang nenek nampak kesusahan membawa barang belanjaannya. Tanpa diduga kantong kreseknya sobek, akibat beban yang dibawa terlalu berat hingga kantong kresek tersebut tak mampu menopang barang tersebut dan berakhir ambrol eh jebol ups sobek maksudnya.
Carla dengan cekatan menghampiri nenek tersebut dan membantu memunguti barang - barang yang jatuh.
"Ya ampun.... nenek tidak apa - apa?" Sembari memunguti barang yang jatuh, lalu ia mengambil subuah kantong belanja yang cukup besar dari tasnya.
"Pake ini aja nek. Kantong belanja ini dariĀ kain, jadi nggak gampang sobek." Imbuh Carla dengan melanjutkan memunguti belanjaan nenek. Akhirnya mereka berdua selesai memunguti belanjaan yang jatuh.
"Terima kasih sudah membantu. Ngomong - ngomong kenapa wajahmu pucat?" Tanya nenek setelah mengetahui wajah sang penyelamat nampak tidak baik - baik saja.
"Sama - sama nek. Pucat? Oh benarkah? Maklum nek saya belum sarapan. Hehehe..." ujarnya setengah malu.
"Mari mampir ke toko kue nenek. Makan beberapa potong roti akan membuatmu lebih baik." Ajak nenek tulus.
"Makasih banget nek. Tidak usah, tidak apa - apa. Saya beli makanan sendiri saja." Tukasnya sopan, tak ingin merepoti sang nenek.
"Kalau tidak ikut, nenek marah lo. Ayo cepat nenek juga tidak kuat membawa barang sebanyak ini." Akhirnya mau tidak mau Carla membantu nenek hingga sampai ditoko kue miliknya.
"Woooah....ini beneran toko kue nenek?" Diangguki nenek. Carla sempat terkejut dengan desain toko kue tersebut. Benar - benar aesthetic, asli idaman.
"Jangan bengong, ayo masuk." Carla menurut saja. Ia dan nenek meletakkan belanjaan didapur. Nenek merapikan belanjaannya sedangkan Carla melihat - lihat desain interior toko kue tersebut. Nampak sepi, karena toko tersebut masih tutup.
Nenek tersenyum melihat kelakuan Carla. Jarang ada anak muda yang mampir ketokonya. Kebanyakan para lansia dan beberapa orang dewasa. Ada beberapa gadis dan anak - anak yang menyukai kue buatannya, akan tetapi lansia dan dewasa lebih mendominasi.
"Ayo duduk dulu, ini coba cicipi kue buatan nenek." Nenek menyajikan opera cake yang ditemani dengan segelas teh hangat. Ia meletakkan diatas meja dekat jendela.
"Siap neek!" Carla berjalan mendekati nenek. Mereka berdua duduk berhadapan sambil berbincang - bincang menikmati lezatnya kue buatan nenek.
"Oh iya ngomong - ngomong nama kamu siapa? Maaf nenek lupa bertanya? Maklum sudah berumur." Sambil menyeruput teh hangat.
"Oh iya maaf, saya jadi lupa mengenalkan diri. Nama saya Carla nek. Warga baru disini, baru pindahan tadi." Jelas Carla singkat.
"Oh pantas saja. Nenek tidak pernah melihat kamu sebelumnya. Kenapa pindah? Terus kamu kerja dimana?" Sambung nenek.
"Habis resign nek dari perusahaan. Jadi pindah kesini ingin mencari suasana baru. Apalagi disini terlihat asri dan nyaman. Sekarang masih belum kerja nek. Tadi masih mencari lowongan kerja tapi belum dapat." Ujar Carla panjang kali lebar sama dengan luas.
Nenek mengangguk mengerti. "Kamu kalau tidak keberatan bisa kerja disini, membantu nenek membuat kue." Tawarnya.
"Haaah? Yang benar nek? Saya boleh kerja disini?" Carla masih tidak percaya ia akan seberuntung ini. Senyumnya mengembang bahagia.
"Iya kamu boleh kerja disini. Lagian nenek juga sendiri selama ini. Membuka lowongan kerja, tak ada satupun yang melamar. Tapi Carla ....." Membuat Carla yang tadinya ceria sedikit menormalkan kembali wajahnya.
"Tapi apa nek?" Tanya Carla penasaran.
"Nenek tidak bisa menggaji tinggi kamu, jadi...." belum sempat nenek melanjutkan ucapannya Carla buru - buru memotong ucapannya.
"Ya ampun nek. Carla kira apaan. Ternyata masalah gaji. Iya nek, tidak apa - apa. Nenek gaji Carla semampunya saja. Lagian Carla juga bosan kalo hanya mendekam dirumah kontrakan saja." Senyumnya sumringah membuat nenek ikut tersenyum dibuatnya.
'Gadis yang manis. Sepertinya kalau aku jodohkan dengan cucuku akan cocok.' Batin nenek.