"Ke...kkenapa ma? Pa? Ada yang salah ya?" Tanyanya curiga.
"Nggak kok...nggak ada apa - apa Sat. Iya kan ma?" Sang papa sedikit mencubit lengan sang istri untuk mengkode.
"Haah? I..iya nggak ada apa - apa kok Sat. Hehehe." Jawabnya setengah kikuk.
"Pokoknya ingat pesan mama ya Sat. Besok usahakan datang kerumah nenek. Nenek kangen kamu katanya." Lanjut Mama Farikha yang direspon dengan anggukan kepala oleh Satria.
"Iya ma Satria usahakan besok menemui nenek."
"Tapi kamu langsung menemui nenek ke toko kue aja ya. Soalnya nenek mu dari pagi hingga sore berada disana. Bahkan kalau tokonya ramai pengunjung, malam baru pulang." Jelas Mama Farikha panjang, Satria hanya menggelengkan kepala dibuatnya.
Ia masih tidak habis pikir, neneknya meski sudah lanjut usia tetapi semangatnya masih berapi - api.
Padahal jika neneknya mau, ia bisa bersantai dirumah tanpa melakukan apa - apa. Masalah uang? Jangan ditanya. Neneknya bukan orang susah, pemegang saham perusahaan terbesar adalah neneknya. Tapi sang nenek mengajukan Satria untuk menempati posisi direktur utama.
Ia ingin melakukan hobinya yang tertunda sewaktu muda, yaitu membuka toko kue.
Sang nenek ingin hidup sederhana meski pada kenyataannya ia dipercaya Tuhan menjadi kalangan berada.
Namun keadaan tersebut tak membuat sang nenek menjadi orang yang tamak, sombong dan acuh tak acuh. Justru kesederhanaanlah yang ia ajarkan pada anak serta cucunya, termasuk Satria.
"Satria selesai makan. Satria balik ke kamar duluan ma, pa." Diangguki kedua orang tuanya. Satria melenggang pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Saat didalam kamar yang didominasi warna maskulin. Pikiran Satria suntuk kembali, sampai saat ini belum ada kabar mengenai Carla. Gadis bandel yang kabur sebelum ia pinang.
"Carla....sampai kamu ketemukan, nggak bakal aku lepas. Kalo kamu nekat kabur, lihat aja." Gumamnya sambil tersenyum jahat.
Tak berselang lama terdengar dering panggilan dari gawai Satria. Setelah melihat nama sang penelpon, ia buru - buru mengangkat telpon.
"Bagaimana perkembangannya?" Nampak kening Satria sedikit berkerut, Satria membanting gawainya dengan sedikit emosi.
"Benar - benar akan aku hamili kamu Carla." Tangannya mengepal hingga menampakkan buku - buku jari yang memutih.
Keesokan hari sesuai janji Satria pada sang mama. Ia berencana akan mampir ke toko kue sang nenek. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh wanita lanjut usia tersebut dengannya. Hingga mengharuskan Satria menemui sang nenek tercinta.
Meeting yang berselang cukup lama, membuat Satria sedikit terlambat untuk pergi menemui neneknya.
Apalagi sekarang jam pulang kerja. Bisa dipastikan malam ia baru sampai ke toko kue neneknya. Sedari tadi sang mama juga beberapa kali menelpon tiada henti. Hingga Satria merasa tidak enak hati dengan klien.
"Halo ma....Satria udah datang ke toko kue belum?" Tanya Rikha dengan semangat menggebu - gebu.
"Satria belum nyampek Rikha....kamu yang sabar dong." Jawab Nenek Farida lembut.
"Haduuuuh tuh anak kenapa lama banget siiih. Nanti kalo Carla kabur gimana ma? Calon menantu Rikha satu - satunya itu." Khawatir Mama Farikha yang bisa dibilang sedikit berlebihan.
"Hahaha.....kamu tenang aja Rikha....mama punya trik jitu tarik ulur waktu." Diseberang sana Mama Farikha sempat heran dan tertegun sesaat. 'Trik jitu apaan coba? Emang ada?' Pikirnya sedikit ragu.
"Heii Rikha! Kamu nggak percaya sama mama? Hmm? Jangankan kamu, mama juga ingin Satria cepat menikah dan memberikan mama cicit." Imbuhnya mencoba meyakinkan anak semata wayangnya.
"Ok Rikha percaya sama mama." Disela - sela pembicaraan tersebut terdengar suara yang nampak familiar. Mendengar suara itu, ingin rasanya Farikha berteriak kangen pada gadis polos yang berani kabur dari Satria.
Jika Farikha pikir, banyak sekali gadis muda kota yang mengejar - ngejar anaknya. Hingga tak jarang Satria sering menginap dirumah orang tuanya akibat ulah gadis metropolitan yang terlalu agresif mendekati Satria.
Bahkan ketika Satria dijodohkan dengan anak kolega papa dan anak teman arisan mamanya ia juga menolak mentah - mentah. Padahal tak satu pun dari mereka buruk rupa, dan mayoritas dari kalangan berada.
"Kok bisa ya Satria kecantol Carla? Apalagi Carla kelihatan anti banget sama Satria? Hihihi....biar tahu rasa tuh anak. Biar tahu rasa bucin alias budak micin. Nagihkan pasti. Hahahaha....." tawa pecah Mama Farikha membuat beberapa pelayan bergidik horor.
"Nek....ini sudah jam delapan Carla mau pamit dulu ya. Barang - barang didapur semuanya sudah Carla beresin. Ting....gaal...ya ampun nenek." Buru - buru Carla menangkap tubuh Nenek Farida yang hampir jatuh terhuyung. Nenek Farida nampak beberapa kali memijat kening dan nafasnya pendek - pendek.
'Oh gosh! Ini bukan tanda - tanda orang mau is deathkan?' Gumamnya panik dalam hati, dengan segenap jiwa dan raga serta sisa - sisa energi yang ada ia membopong nenek kesebuah kursi panjang. Sebelumnya ia letakkan bantal dan dialasi alas tebal, agar nenek nyaman.
"Mari nek tidur sini sebentar. Carla panggilin doker pribadi nenek dulu ya." Sebelum ia menelpon dokter tersebut, tangan Carla ditarik sang nenek disertai gelengan kepala.
"Tidak usah nak, nenek sudah minta bantuan sama cucu nenek. Nanti cucu nenek yang akan mengantar nenek periksa."
"Beneran nek? Nggak apa - apa? Kondisi nenek tapi nggak kelihatan baik - baik aja lo." Sambungnya dengan nada khawatir.
"Beneran, mungkin sebentar lagi cucu nenek sampai. Kamu cepat pulang. Biar nggak kemalaman." Bujuk nenek mencoba mengetes Carla, apakah ia akan tega meninggalkan wanita renta karena seharian capek bekerja atau malah sebaliknya.
"Nenek apaan sih. Carla nggak bakal pulang sampai nenek benar - benar sudah dijemput cucu nenek." Carla dengan telaten memijit lengan dan kaki secara bergantian.
"Nenek jangan sakit - sakit please....Carla baru aja ketemu orang baik kayak nenek masa mau....." belum sempat Carla melanjutkan tiba - tiba ia dikagetkan dengan seseorang yang kedatangannya tak dijemput tapi pulang pasti minta dianterin.
"Mau apa?" Muncul suara bariton yang sedikit familiar ditelinga Carla.
Carla sontak terkejut dan merapalkan beberapa mantra legendaris. "Eeeeh kucing loncat jaran goyang, pas digoyang malah melayang...uups." Sembari menatup mulutnya yang kelepasan latah.
Laki - laki tersebut berkedip beberapa saat masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.
'Ini bukan mimpikan? Ini benar Carla gadis nakal itu kan?' Ucapnya dalam hati. Ada rasa senang bercampur kesal menjadi satu.
Senang karena ia berhasil menangkap target yang cepat kaburnya. Kesal karena ia tak menyangka selama ini mangsa ada didalam kandang lawan sendiri. Satria bodoh! Ia merutuki diri sendiri.
Akan tetapi ia sudah tak peduli dengan semua itu, yang terpenting Carla sudah ada didepan mata. Hanya tinggal menunggu waktu sampai ia dibuat tak bisa berpisah darinya.