"Ya ampun mama ini kemana saja sih, kok telponnya tidak diangkat - angkat? Mama tidak kenapa - kenapa kan?" Gumamnya, khawatir Mama Farikha. Ia coba menghubungi untuk kesekian kali dan yang terakhir baru terjawab.
"Halo ma? Mama kemana saja dari tadi aku telpon tidak diangkat - angkat?" Sembari mendengarkan penjelasan mamanya.
"Apa?! Calon cucu menantu? Mama ini ada - ada saja. Ya udah aku nyampek kesana sebentar lagi. Mama dirumah atau toko kue?" Mama Farikha melajukan mobilnya sedikit lebih cepat agar cepat sampai tujuan.
"Nek terima kasih untuk hari ini, Carla mulai besok akan kesini untuk membantu nenek. Carla pamit pulang dulu ya nek." Carla mencium punggung tangan nenek kemudian ia melambaikan tangan lalu menghilang dari balik pintu toko.
Tak berapa lama setelah Carla keluar Mama Farikha masuk kedalam toko. Ia masih penasaran dengan gadis yang barusan keluar dari toko sang mama.
"Siapa dia ma?" Sambil mencium punggung tangan sang mama.
"Cucu menantu hihihi..." kekehnya senang.
"Mama yakin? Namanya siapa ma? Kok agak familiar." Mengambil tempat duduk dan menunggu sang mama bercerita.
"Namanya Carla, kasihan lo ia baru resign dari perusahaan dan sedang mencari lowongan kerja. Mama lihat...." Belum sempat Nenek Farida menjelaskan secara rinci sang anak menyemburkan air. Hingga ia terkejut.
BRUUUSH!!! Air pun tumpah kemana - mana. "Apa ma? Tolong diulangi? Siapa namanya?" Penasaran Rikha nama kecil yang diberikan sang mama.
"Namanya Carla, Rikha....kamu kenapa sih? Kok kaget begitu? Mama ingin menjodohkannya dengan Satria. Bagaimana menurutmu?" Tanya Mama Farida penasaran dengan respon anaknya.
'Memang ya Sat, kalau jodoh entah kemana. Hihihi.' Senyum jahat Mama Farikha terkembang.
"Setuju ma. Kalau bisa Carla jangan diberitahu dulu masalah ini." Nenek Farida sedikit mengernyit bingung.
"Loh kenapa? Bukannya malah lebih cepat lebih baik?" Imbuhnya lagi, tak bisa dipungkiri ia ingin segera memiliki cicit.
"Yang ada lebih cepat tambah kabur ma. Asal mama tahu aja. Carla itu kabur dari perusahaan gara - gara Satria terlalu bar - bar waktu PDKT." Mendengar penjelasan anaknya Nenek Farida bertambah bingung.
"Maksud kamu?" Sejenak Nenek Farida merenung, kemudian ber-oh ria sambil menutup mulut dengan tangan. Serta menampilkan ekspresi terkejut.
"Ya ampun bagaimana bisa kebetulan begini Rikha?" Ucapnya masih tidak percaya dengan istilah "jodoh tidak kemana". Mama Farikha tersenyum dan menghendikkan bahu.
Sekeras apapun kamu menjauh dan menghindar secepat itu pula Tuhan mempertemukan mereka. Entah itu dengan jalan apapun, pastinya dengan cara yang tidak diduga - duga.
"Maaf bos Nona Carla masih belum bisa saya temukan." Ucap Davin. Tangan Satria mengepal hingga nampak buku - buku jari memutih. Ia benar - benar ingin meledak sekarang. Sudah dua hari bawahannya melacak keberadaan Carla, tapi hasil yang didapat nihil.
"Gadis ini apa punya ilmu teleportasi? Ini aneh sekali. Dia cuma seorang gadis tapi gesitnya minta ampun. Awas saja, sekalinya tertangkap bakal langsung kumakan." Gumamnya. Tatapan tajam nan menusuk Satria membuat Davin mengeluarkan keringat sebesar biji semangka.
"Davin....." ucapnya sambil memasang muka garang.
"Iya bos?" Menunggu Satria melanjutkan perintah.
"Tolong sewa agen FBI untuk mencari Carla." Imbuhnya membuat Davin sekok eh syok.
"Maaf bos tapi Nona Carla bukan buronan, jadi menurut saya tidak perlu sam-" belum usai menjelaskan tiba - tiba Satria memotong ucapannya.
"Mengundurkan diri dengan sukarela atau dipecat dengan tidak hormat?" Davin terkenyut dibuatnya.
"Siap laksanakan bos." Tanpa babibu Davin melesat bagai roket dengan kecepatan penuh.
'Bisa gawat, telat sedikit saja bisa jadi gembel jalanan.' Batin Davin ketar - ketir. 'Lagian apa kurangnya bos Satria sih? Sampai - sampai nona Carla kabur?
Bukannya tipe - tipe bos Satria, tipe suami idaman ya? Apa jangan - jangan cari tipe yang kayak gue?' Batinnya menerka - nerka disertai over PD Davin kumat.
"Akhirnya...gue kira bakal lama jadi pengangguran...ternyata Tuhan masih sayang banget ke gue." Gumamnya sembari menerawang langit - langit kamar yang nampak klasik.
"Untung ketemu nenek. Kalo nggak mah masih jadi gembel gue. Ok Carla semangat! Kamu masih muda, masih kuat menjalani cobaan hidup. So now, harus buat rencana untuk dua tahun kedepan. Nggak mungkin juga hanya mengandalkan gaji dari toko kue nenek."
Carla mencoba peruntungan dengan melamar kesalah satu coffe shop yang letaknya tak begitu jauh dengan rumah kontrakannya. Sementara ini ia juga bekerja secara freelance. Sehingga kerja part time didua tempat sekaligus dalam sehari tak membuatnya begitu pusing dengan keadaan ekonomi dimasa depan.
Ajaibnya Carla dapat menghandle tiga pekerjaan sekaligus dengan performa kerja yang bisa dibilang cukup lancar. Meski waktu istirahatnya banyak berkurang.
"Apa mungkin karena efek kerja dengan bos songong yang perfeksionis ya? Jadi pekerjaan seberat apapun rasanya jadi seringan kapas begini."
Ia tiba - tiba teringat akan kekejaman Satria saat ia masih menjadi sekretarisnya. Carla harus berangkat pagi sekali dibanding karyawan lainnya. Karena Satria tipe pimpinan yang datang lima belas menit lebih awal sebelum jam normal masuk kantor. Benar - benar seenaknya sendiri.
Mau tidak mau Carla jadi harus, bahkan wajib bangun pagi demi memenuhi kewajiban sebagai sekretaris, yaitu menyajikan secangkir kopi tepat lima menit sebelum bos songongnya itu sampai kantor.
Siksaannya tidak cukup sampai disitu. Ia bahkan bekerja hampir 24/7. Bukan pilih - pilih lelaki yang didapat Carla. Melainkan pilih - pilih dokumen penting untuk bahan meeting. Maka dari itu ia digelari rekan sekantornya 'JOJOBA' alias jomblo - jomblo tersiksa, karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan. Untung mentalnya masih sehat.
Sumpah demi ayam geprek setelah resign tubuhnya seakan memiliki nyawa. Ibarat kata kalau dalam game top up hati.
"I LOVE MYSELF!" Teriaknya lepas membuat burung pipit yang sedang berkicau terbang menembus lapisan awan. Kaget mendengar suara cempreng Carla.
"Sat....besok jangan lupa ya datang kerumah nenek." Ujar sang mama saat acara makan malam sedang berlangsung.
Satria tak mengindahkan pertanyaan sang mama. Ia masih sibuk dengan berbagai pikiran yang menghantui isi kepalanya. Terutama masalah Carla yang sengaja kabur darinya. Memangnya ia kuman? Harus dijauhi sampai sebegitunya?
Farikha dan Farhan saling melirik kelakuan sang anak dengan tatapan penuh tanya? Sang suami malah mengangkat bahu ketika mendapat kode dari sang istri.
"Saaat! Kamu dengar nggak sih yang barusan mama bilang?" Seketika Satria terkesiap.
"Ii...iy...iya ma...Satria dengar kok. Satria bakal cepat menikah dengan Carla." Jawabnya setengah gugup bukan main.
"Apa??!!!" Farikha dibuat tidak percaya dengan ucapan satria barusan. Begitupun dengan Farhan sang papa yang tidak kalah terkenyut.
Kedua orang tua itu saling melirik menatap Satria bergantian lalu menatap suami juga istrinya. Satria yang gugup, semakin salah tingkah melihat reaksi papa dan mamanya.