Chereads / FORTUNE FRUITY / Chapter 2 - BAB 2 KABUR

Chapter 2 - BAB 2 KABUR

"Apa nih? Gaji kelima belas? Apa bonus akhir tahun?." Celetuknya enteng, yang dihadiahi sebuah pukulan dikepala Gayatri.

"Eh Nugget curah, bonus akhir tahun nenek lu kemping. Ini pokoknya surat penting tolong lu kasih aja ke HRD. Gue mulai detik ini sampek selamanya nggak bakal balik kerja lagi diperusahaan itu." Jelasnya panjang dengan perasaan ringan. Membuat Gayatri yang tak siap menerima info besar menjadi nge-bug sejenak.

"Nggak salah denger nih gue?" Gayatri sembari mengorek telinganya yang sedikit berdengung.

"Lo sejak kapan jadi tuna rungu?" Jawab Carla sedikit sebal. Mau nitip surat pengunduran diri saja sulitnya naudzubillah.

Gayatri mengindahkan omelan Carla, dengan sedikit melebarkan mata ia membaca surat tersebut dengan teliti dan hati - hati.

"Surat pengunduran diri? Hah!!!! Yang bener Car? Ini nggak bohongkan?" Tanya Gayatri masih sedikit syok dengan kelakuan absurd Carla.

"Ampuuun deh Gay....lu itu selain tuna rungu juga merangkap tuna netra ya? Tulisan singkat jelas dan padat masih aja tanya - tanya." Sumpah demi iwak peyek dari dulu jika berdebat dengan Gayatri memang menguras tenaga waktu dan pikiran. Macam ikut tes CPNS.

Tak menghiraukan keadaan Gayatri yang masih linglung dan sulit menerima kenyataan. Carla bergegas pulang ke kosan untuk mengemasi barang - barang.

Untuk barang yang masih dikantor, ia akan meminta Diley atau Dika lebay untuk membantunya mengemasi barang.

Sumpah demi daun muda ia sudah bertekad bulat tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan orang kantor. Sebisa mungkin barisan para sohib harus merahasiakan keberadaannya.

Mungkin cara Carla resign sedikit kurang sopan. Tapi apa daya bunda mengandung salahkan bapak yang memasukkan bur*ng. Jika ia sendiri yang menyerahkan surat resign bukan acc yang didapat, malah buku nikah yang didapat.

Ia tahu orang seperti apa makhluk macam Satria itu. Ganteng sih tapi sedikit gendeng. Semacam psikopat yang haus darah, eh bener nggak sih? Iyain aja deh.

"Selamat sore pak, iya saya Carla. Kira - kira besok bisa boyongan lebih pagi tidak pak?"

"Bisa non, jam berapa kira - kira?"

"Habis subuh langsung kesini ya pak. Saya butuh cepat soalnya takut kesiangan. Ok pak makasih besok ditunggu ya." Usai mengkonfirmasi jasa oyong - oyong barang ia melihat jadwal ulang. Mengenai pindahan besok. Semoga kehidupan nomadennya berjalan lancar. Amiin.

"Ok karena kantor masuk jam 08.00 WIB, gue harus gercep. Takutnya si bos bisa mengendus pergerakan gue. Nomor udah gue blokir jadi sementara amanlah. Hehehe...."

Di kediaman rumah Satria ia nampak risau, mondar - mandir sembari terus menatap handphone. Nampak beberapa kali ia melakukan panggilan akan tetapi nomor yang dituju tidak aktif dan bahkan nomornya diblokir.

'Berani ya kamu blokir nomor saya hmmm? Awas aja nanti kalo kita ketemu dikantor.' Batin Satria yang sedikit khawatir dengan penolakan Carla secara terang - terangan.

Satria memanggil Davin tangan kanannya untuk memastikan meja Carla apa barangnya masih utuh atau sudah bersih.

Tak sampai lima menit Davin mengabarkan bahwa meja Carla baik - baik saja tak ada satu barang yang berkurang. Satria pun bernapas lega ia akan membuat perhitungan dengan Carla.

Kurang apa dia sehingga Carla menolaknya secara frontal. Ganteng? Poool pakek bangetlah tanpa pori - pori pastinya. Kaya? Jangan tanya, Satria kalo beli makanan dibeli tokonya sekalian sama pegawainya. Wangi? Pasti. Bersih? Iya. Pokoknya lelaki dewasa paket komplit. Bisa dibilang spek dewa minus songong.

Gayatri tak ubahnya buah simalakama ia sungguh sangat dilema. Apakah surat resign Carla akan ia serahkan ke HRD atau tidak. Masalahnya apa Carla sudah siap menjadi gembel jalanan? Bukan lagi anak jalanan loh ya. Gaji diperusahaan ini juga tidak main - main. Mereka berani membayar lebih asal kinerja karyawan juga berkompeten.

"Haduh gimana nih?" Gayatri mondar - mandir didepan ruang HRD. Diley yang melihat teman seperghibahannya nampak sedikit kacau mendekatinya.

"Eh Gay lu ngapain kayak setrika gitu? Mondar - mandir nggak jelas. Eh wait itu surat apaan? Surat resign?" Cerocos Diley si tulang lunak, dengan mulutnya yang terlatih super lemes. Tanpa aba - aba Gayatri membekap mulut Diley dan menariknya sedikit menjauhi ruangan HRD.

Diley yang dibekap tiba - tiba nafasnya sedikit tersengal - sengal. Ia menepuk - nepuk tangan Gayatri agar melepaskan bekapannya.

"Ehhhmm...le...paas....." berontak Diley seperti kuda lumping. Dirasa situasi dan kondisi aman Gayatri melepaskan tangannya.

"Iiiih jorok liurnya nempel!!! Iiieeuhhh sapu tangan lu mana? Cepet! Iiih jijik gue." Tanpa permisi Gayatri menarik tisu yang ada dibelakang celana Diley.

"Salah lu kali...siapa juga yang nyuruh bekap - bekap mulut gue. Lagian apaan sih absurd banget deh." Tanyanya sedikit heran dan kepo pastinya. Jangan lupakan nada bicaranya yang sedikit gemulai pastinya.

"Masalahnya ini gawat darurat. Jangan sampek bos kita tahu." Diley masih mengerutkan kening belum ngeh.

"Lu tahu nggak kalo Carla resign?" Sembari Gayatri celingak - celinguk takut ada cepu lewat.

"Nggak tahu.....tapi kemarin Carla sempet minta tolong gue buat beresin barang - barangnya. Emang ada masalah apa sih?" Gayatri mengapit tangan Diley dan membisikkan sesuatu yang membuat Diley speechless.

"Oh my....it's unbelieveable! Kok bisa sih? Terus gimana? Lu udah nyerahin suratnya ke HRD?" Gayatri menggeleng ia masih ragu.

"Ya udah sini, biar gue aja yang nyerahin." Dengan cepat Diley menyambar surat tersebut. Tapi tangannya ditahan Gayatri.

"Lu ntar alasan apa ke orang HRD?" Tanya Gayatri masih was - was.

"Udah tenang aja, gue bilang Carla dipaksa menikah dengan orang pilihan emaknya." Jawab Diley tanpa beban. Gayatri pun manggut - manggut setuju.

Usai Diley menyerahkan surat pengunduran diri tersebut. Satu divisi gempar dengan berita Carla yang dipaksa menikah emaknya. Gayatri tepok jidat, bisa - bisanya Diley membuat skenario drama genre romansa tragedi ala - ala ikan terbang.

Setelah gosip menyebar dari mulut ke mulut akhirnya sampai juga ketelinga Satria. Tanpa ekspresi dan tatapannya sangat dingin. Davin yang melihat ekspresi tersebut harus siap - siap pasang badan. Karena amarah Satria bisa meledak sewaktu - waktu.

.         'Sialan!!!! Apa kurangnya aku? Awas saja kalo ketemu.' Sembari meremas kuat tangannya hingga nampak urat tangan yang menonjol.

"Davin...."

"Siap laksanakan bos." Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, Davin bergerak cepat. Satu kata yang diucapkan Satria, bisa menjadi sebuah kalimat perintah yang panjang jika diartikan oleh Davin. Maka dari itu seluruh anak buahnya ia kerahkan untuk mencari Carla.

Disebuah rumah mungil yang nampak asri, Carla sudah selesai menata beberapa barangnya. Ia puas dengan rumah kontrakan yang baru. Lokasinya masih sekitaran ibukota.

Tapi ini benar - benar rumah yang asri, ia menyukai tumbuh - tumbuhan. Sementara ia akan alih profesi jadi petani? Are u kidding me? Sebuah ide yang tidak manuk akal eh masuk akal maksudnya.

"Sial kenapa hati gue tiba - tiba berdetak kencang ya? Wah gue ada feeling nggak bagus nih." Gumamnya sembari setengah berlari masuk kedalam rumah.