NB: cerita ini adalah cerita fiksi. Adapun Nama dan tempat kejadian hanyalah rekaan belaka.
Tahun 1925
Ketika Belanda masih menduduki Indonesia, di sudut kota tampak seorang pemuda berjalan mengendap-endap di tengah malam. Sambil menengok ke kanan dan ke kiri, dia terus berjalan sambil berusaha menyembunyikan wajahnya.
Dia tampak begitu panik ketika ada dua orang polisi yang tengah berpatroli di depannya, dan polisi itu mengenalinya.
"Janssen, itu buronan kasus pembunuhan keluarga Ernest," kata polisi itu pada temannya.
Pemuda yang ketahuan itu langsung mengambil langkah seribu. Kedua polisi itu mengejarnya. Ketika dia melihat sebuah trem lewat, secara tangkas dia melompat dan masuk ke dalam trem. Namun, kedua polisi itu sigap. Mereka segera melaporkan kejadian itu. Dan, tak lama kemudian, trem itu di hentikan oleh polisi.
Pemuda itu segera turun dan terus berlari. Begitu meihat ada truk barang, dia langsung melompat dan bersembunyi di dalam baknya. Polisi itu akhirnya kehilangan jejak, dan truk itu akhirnya berjalan ke luar kota, dan beruenti di sebuah kedai di tempat terpencil.
"Rasanya, sudah aman," gumam pemuda itu.
Dia melihat ke sekeliling. Setelah dirasa aman, dia langsung turun dan berjalan. Namun, di tengah perjalanan, dia kembali bertemu dengan polisi di tempat itu. Rupanya, dia sudah di tetapkan sebaagai buronan. Kembali pemuda itu di kejar polisi.
Pemuda itu terus berlari, dan sampailah dia di sebuah hutan yang di kenal angker. Hutan itu terletak di sebuah perbukitan yang di kenal angkar. Dari kejauhan terdengar sirine polisi yang mengejarnya.
"Waduh, celaka. Polisi itu mengejar. Aku harus lari kemana? Di depan itu jurang, kalau kembali, aku pasti tertangkap," katanya dengan perasaan bimbang.
Pemuda itu terus berlari di dalam hutan, dan memutuskan bersembunyi di sana. Di dalam hutan angker itu, ternyata dia bertemu dengan seseorang.
"Anak muda, apa yang membuatmu kemari?" tanya orang tua yang muncul toba-tiba di belakangnya.
Orang itu terkejut. Dia sontak menoleh ke belakang. Dilihatnya sosok pria tua itu.
"Kek, aku di kejar polisi. Aku dituduh membunuh anak kanselir," kata orang itu.
Kakek itu memandanagi orang di depannya dengan tatapan menyelidik. Lalu, dia tersenyum.
"Siapa namamu, anak muda?" tanya kakek itu.
"Saya Sutris, Kek," jawab pemuda itu.
"Ya sudah, ayo ikut aku," ajaknya kemudian.
Sutris mengangguk. Di tengah perjalanan itu, mereka sempat bercakap-cakap. Dari percakapan itu, kakek itu ternyata adalah seorang dukun sakti yang bernama Ki Anom. Kakek itu ternyata seorang kuncen di hutan angker tersebut.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka berdua sampai di rumah sang kuncen. Rumah itu terbuat dari kayu. Malam itu, Sutris di suruh beristirahat di rumah sang kuncen. Karena begitu lelah, Sutris akhirnya terlelap di rumah sang kuncen.
Dalam tidurnya, Sutris bermimpi. Dia bertemu dengan sosok wanita cantik.
"Anak muda, apa maksud kedatanganku kemari?" tanya sosok itu.
Sutris yang memang tak mengetahui maksud dari sosok itu terdiam. Kembali sosok itu menanyai Sutris. Akhirnya, Sutris menjawab, "Aku hanya ingin bersembunyi dari Polisi yang mengejarku."
Kembali sosok itu menawarkan sesuatu.
"Apa kamu mau kekayaan?" tanya sosok itu sambil menampakkan emas yang begitu berlimpah.
Sutris sempat tergoda. Dia seolah tak percaya melihat emas yang begitu banyak. Namun, ketika hendak menyentuh emas di depannya, dia melihat istrinya yang memohon untuk menjauhi emas itu. Sutris akhirnya menjawab, "Tidak. Aku hanya ingin berkumpul dengan istriku kembali."
Sosok itu tersenyum, "Aku kagum pada sosok manusia sepertimu, Anak muda. Kamu bukan orang yang serakah. Silahkan kamu pulang."
Sutris terbangun. Dia mendengar ayam jantan berkokok. Dan, dilihatnya ada Ki Anom tengah membawakan kopi dan singkong rebus.
"Sutris, ini ada singkong. Silahkan di makan," kata Ki Anom sambil meletakkan singkong dan kopi di meja dekat tempat tidurnya.
Sambil memakan singkong rebus itu, Sutris menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. Dan dari situlah dia tahu bahwa di tempat itu ada sosok siluman yang menghuni. Menurut pengakuan Ki Anom, siluman ini kerap di manfaatkan oleh orang-orang untuk meraih jabatan, kekayaan ataupun kesaktian.
"Lalu, ketika kamu bermimpi, apa yang kamu minta?" tanya Ki Anom.
Sutris menjawab, "Tidak ada. Aku kemari hanya untuk menghindari kejaran Polisi, dan aku hanya ingin kembali ke istriku."
Ki Anom tersenyum, "Bagus, Nak. Aki senang mendengarnya."
Di tengah percakapan itu, mendadak pintu rumah Ki Anom di ketuk. Ki Anom segera meninggalkan Sutris dan menemui orang itu. Setelah Ki Anom mempersilahkan orang itu masuk, mereka langsung bercakap-cakap. Di tengah perbincangan itu, Sutris melihat orang yang menemui Ki Anom.
"Lho, bukannya itu Pak Joyo?" katanya dalam hati.
Sutris mengenal betul Pak Joyo sebagai pejabat yang korup dan ambisius. Dia juga terkenal suka daun muda dan punya banyak istri. Setelah percakapan itu, Ki Anom mengajak orang itu ke gua yang ada di belakang rumah. Setelah beberapa saat, Ki Anom kembali pulang ke rumahnya.
"Aki, itu Pak Joyo?" tanya Sutris.
"Iya, Nak. Itu Pak Joyo. Dia kemari ingin melakukan ritual untuk mempertahankan jabatan dan kekayaannya. Dia dari desa Mlintang di dekat bukit ini," kata Ki Anom.
Sutris terdiam. Dia tahu desa itu begitu subur. Di desa itu, semua penduduknya kaya raya, namun perilaku warga di sana kurang baik. Perzinahan pun sudah biasa terjadi di sana. Setiap panen raya, pesta pora dilakukan seminggu penuh.
Melihat Sutris terdiam, Ki Anom tersenyum seolah tahu apa yang di pikirkan Sutris.
"Nak, desa Mlintang itu begitu karena melakukan perjanjian dengan sosok siluman di sini," kata Ki Anom.
Sutris terhenyak. Ki Anom menceritakan asal muasal Desa Mlintang. Dia menceritakan, desa itu di buka oleh orangtuanya Ki Anom dan temannya. Temannya melakukan perjanjian dengan siluman di hutan ini, namun siluman itu meminta orang tuanya Ki Anom untuk tinggal di hutan itu.
"Itulah sebabnya aku harus tinggal di sini, Nak. Ayahku terpaksa melakukan itu karena tak ingin temannya celaka. Nah, sejak saat itulah, orang itu membawa seluruh keluarganya di sana. Kamu tahu siapa orang yang melakukan perjanjian itu?" kta Ki Anom.
Sutris berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
"Orang itu adalah ayah dari Pak Joyo, orang yang tengah bersemedi," kata Ki Anom.
Ki Anom meminum kopi di depannya, dan kembali melanjutkan ceritanya.
"Ayah Pak Joyo itu yang membuat perjanjian dengan siluman di sini. Dia menginginkan kekayaan dan tanah yang subur di desanya. Siluman itu menyanggupinya, dan perjanjian itupun di setujui, tapi siluman itu menginginkan ayahku untuk disini. Entah apa maksudnya. Ternyata, ayahku di beri kesaktian untuk menjadi penghubung ke gerbang ghaib itu," kata Ki Anom.
Sutris menggut-manggut. Ki Anom kembali berbicara, "Nak, perjanjian di Desa Mlintang itu memang tak menumbalkan penghuninya, namun percayalah. Setelah generasi ke sepuluh, semua itu akan berbalik. Seluruh garis keturunan dari penghuni desa tersebut akan mengalami kesulitan. Desa itu akan kembali menjadi sepi dan tandus, sama seperti ketika awal ayahku ada di sana."
BERSAMBUNG