Chereads / Kumpulan Cerpen Horor / Chapter 15 - Headline News

Chapter 15 - Headline News

Johan tersenyum puas setelah dia membuat sebuah konten prank beberapa hari yang lalu. Malam itu, dia pulang ke kostnya.

"Siip. Konten gue tembus lebih dari 19 ribu subscriber," katanya dengan senyum puas.

Namun, tanpa sepengetahuannya, di dalam kamar kostnya ada sosok yang menyelinap. Sosok misterius yang menatapnya dengan penuh dendam.

"Sudah saatnya aku akhiri hidupmu, Johan," gumamnya sambil bersembunyi di suatu ruangan.

Johan menyalakan lampu tidur kamar kostnya dan langsung berbaring dengan perasaan puas. Dia pun langsung terlelap. Ketika baru saja memejamkan matanya, mendadak dia di kejutkan dengan sosok orang di atasnya. Matanya terbelalak. Dan, tanpa berkata-kata orang itu menancapkan pisau di dadanya.

"Aargh!!" teriak Johan merasa kesakitan.

Berkali-kali orang itu menusukkan pisaunya, dan akhirnya Johan terbangun. Dilihatnya dia berada di kamarnya. Keringatnya begitu deras mengucur. Dia sempat mengamati bagian perutnya, dan tampak baik-baik saja.

"Sial, ternyata hanya mimpi," katanya dalam hati dengan perasaan lega.

Di pandanginya ruangan itu. Dia melihat, hari masih gelap. Johan yang merasa begitu lelah kembali terlelap. Setelah beberapa saat dia tertidur, dirasakannya ada cahaya yang masuk ke kamarnya.

"Oh, sudah pagi rupanya," gumam Johan dalam hati.

Johan yang baru saja bangun menggeliat, dan sejenak duduk di tepi ranjangnya. Dia mengucek matanya yang masih belum bisa membuka. Ada perasan janggal yang dia rasakan.

"Kok tumben kost sepi hari ini," gumamnya dalam hati.

Johan terdiam sejenak. Dia rasakan betapa sunyinya kost itu. Johan akhirnya segera bangun dari duduknya, dan membuka pintu kamar kostnya. Di dapatinya kost itu begitu sepi. Namun, dia berfikir mungkin penghuni lainnya tengah kuliah atau bekerja.

"Ugh, aku masih capek banget nih semalam. Mending masuk aja," katanya dalam hati.

Johan segera menutup kamar kostnya. Dia membuka kulkas yang ada di kamar kostnya.

"Aneh. Kenapa kok aku seperti gak ada nafsu makan? Padahal, di kulkas banyak sekali makanan?" katanya dalam hati.

Johan terdiam sejenak seolah merasa bingung dengan dirinya.

"Ah, sudahlah. Aku makan aja deh. Toh manusia butuh makan," katanya dalam hati.

Johan segera mengambil Snack di kulkas dan membukanya. Dia langsung memakan Snack itu. Namun, setelah makan dia merasakan tubuhnya begitu letih. Dan, tanpa terasa dia kembali terlelap.

Waktu terus berjalan, dan tanpa terasa malam telah tiba. Johan terbangun, dan di rasakannya suasana kost begitu sepi dan gelap. Perasaan bosan pun mulai menghinggapi pikirannya. Ditambah, seiring waktu berjalan ternyata suasana kost itu tetap hening.

Johan segera berpakaian, dan dia langsung keluar. Suasana di luar kamar kostnya pun tampak sepi. Dia berjalan keluar dan menuju parkiran motor. Dia amati motornya yang sudah berdebu tebal.

"Lho, kok motorku udah begini? Perasaan baru semalam deh aku pakai, kok seperti sudah beberapa hari disini?" gumamnya keheranan.

Dia amati motor sekitarnya. Semua motor di parkiran tampak begitu bersih. Johan tak ambil pusing. Dia bersihkan motornya, lalu mencoba menyalakannya.

Tek! Tek! Terdengar suara stater yang macet. Berulang kali Johan menstater motornya, namun motor itu tak kunjung menyala.

"Lho, kok motorku macet?" gumamnya dalam hati.

Ketika itu, dia merasa ada yang menepuk pundaknya. Johan terkejut dan reflek menoleh ke belakang.

"Kyaa!!" Johan berteriak ketakutan ketika melihat sosok di belakangnya.

"Hihihi" sosok kuntilanak itu tertawa menyeringai.

Johan berlari meninggalkan parkiran. Dia berlari tak tentu arah. Dan, ketika beristirahat di sebuah pohon, dia kembali di kejutkan dengan sosok pocong yang ada di depannya. Dengan mata merah menyala dan wajah yang rusak, pocong itu berada tepat di depannya.

Johan yang ketakutan pun segera berlari dari tempat itu. Dia berlari mencari sebuah tempat yang terang. Dan akhirnya, sampailah dia di sebuah cafe. Sambil mengatur nafasnya, dia berdiri di dekat cafe itu.

"Ugh! Sial, kenapa hari ini begitu aneh? Bagaimana bisa aku bertemu kuntilanak?" gumamnya dalam hati.

Dia amati sekitarnya. Suasana malam itu begitu sepi. Buru-buru dia ambil hp di sakunya. Dia mencari kontak sahabatnya. Dia mencoba menghubunginya.

"Nomor yang anda hubungi sedang berada di luar jangkauan." Suara operator kelur dari hpnya.

"Lho, di luar jangkauan?" gumamnya dalam hati.

Dia kembali mencobanya, namun hasilnya tetap sama. Karena berulangkali dia hubungi sahabatnya tak bisa, Johan langsung masuk ke cafe itu. Ketika masuk, dia mengamati pelanggan di sana tampak begitu datar.

"Mari, silahkan duduk," kata seseorang di dekatnya.

Johan terkejut. Dilihatnya seorang pramusaji sudah di dekatnya.

"Oh … UHM … I–iya, Mbak," kata Johan dengan nada kaget.

Johan langsung mencari meja yang masih kosong. Namun, rupanya semua meja penuh, kecuali satu meja yang diduduki oleh seorang gadis.

"Maaf, saya duduk di sini ya," kata Johan pada gadis itu.

Gadis itu hanya tersenyum dan kembali memandangi keluar jendela cafe itu. Tampak minuman di depannya masih banyak, namun sang gadis tak meminumnya. Johan memandanginya.

"Cantik juga dia. Tapi, mengapa kok dia begitu sedih? Apa yang terjadi dengannya?" gumam Johan dalam hati.

Dan, tak lama kemudian, pelayan itu mengantarkan kopi pesanan Johan. Setelah pelayan itu pergi, dia meminum kopi di depannya.

"Lho, kopi ini kok rasanya aneh?" katanya dalam hati sambil memandangi gadis di depannya. Seolah tahu, gadis itu lalu memandangi Johan.

"Oh ya, aku Anya," kata gadis itu sambil menjulurkan tangannya.

"Johan," balasnya. Namun, dalam hati, Johan merasakan tangan gadis itu begitu dingin.

"Saya tahu kamu dari tadi merasa penasaran dengan saya," kata Anya membuka percakapan.

Johan terkejut, dan tersenyum malu.

"Aku ditinggalkan kekasihku, Johan. Aku selalu menunggu di sini, tapi dia tak kunjung datang," kata Anya kembali melanjutkan percakapannya.

"Tega sekali dia. Kalau begitu, bagaimana jika kita cari dia?" ajak Johan.

Anya hanya tersenyum getir. Dia menggelengkan kepalanya.

"Gak usah, Mas. Biarin aja dia. Mungkin, dia sudah senang dengan wanita lain," kata Anya.

Seketika itu juga, di luar cafe, tiba-tiba muncul angin kencang, dan banyak sosok mengerikan di luar cafe. Mulai pocong, lalu orang yang wajahnya hancur, juga sosok orang yang berwajah hancur, serta sosok hantu tanpa kepala. Mereka berada di luar cafe dan memandangi Johan.

Karena ketakutan, Johan hendak lari. Namun, tangannya di pegang seseorang. Dan ketika dia lihat, ternyata Anya dan seluruh pengunjung cafe itu memandanginya.

"Anya, ayo lari …," ajak Johan.

Anya tersenyum menyeringai. Dan, wajahnya berubah menjadi pucat seperti mayat. Johan memandang sekeliling cafe, dan ternyata pengunjung dan pelayan di cafe itu adalah mayat. Ada yang wajahnya hancur, ada yang pula yang organ tubuhnya tak lengkap.

"Aargh!! Lepaskan aku!" teriak Johan ketakutan.

Anya hanya tersenyum menyeringai.

"Johan, terimalah kenyataan kalau kamu sudah mati," kata Anya dengan nada datar.

"Tidak! Tidak! Aku masih hidup!" teriak Johan sambil berusaha melepaskan pegangan Anya.

Dengan sekuat tenaga, Johan berusaha melepaskan pegangan Anya. Akhirnya, Johan berhasil melepaskan pegangan Anya, dan langsung merangsek. Dia yang ketakutan berusaha melarikan diri dari tempat itu.

Dengan usahanya, Johan akhirnya berhasil keluar dari tempat itu. Dia aterus berlari dan tak menoleh ke belakang. Hingga, setelah lama berlari, Johan berhenti di sebuah tempat. Dia lihat, diriny berhenti di sebuah pos ronda. Johan mencoba meminta tolong pada orang di sana, namun ternyata dia tak berhasil menyentuh orang tersebut.

"Lho, kok tembus?" gumamnya.

Johan kembali mencoba menyentuh orang itu, namun berkali-kali dia coba menyentuhnya hasilnya tetap saja. Dia tak bisa menyentuh orang itu. Dan, alangkah terkejutnya dia ketika tubuhnya di tembus motor yang ada di belakangnya.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah ketika dia lihat berita di televisi yang adaa di pos ronda . Televisi itu menampilkan sebuah berita mengenai sebuah pembunuhan konten kreator yang bernama Johan Prasetyo.

"Lho, jadi malam itu?" kata Johan dengan perasaan sedih.

Dia tak percaya, bahwa sahabat dekatnya, Listyo telah membunuhnya. Johan yang merasa sedih dengan kabar itu, Johan yang sedih duduk di dekat pos ronda. Perasaannya hancur, terlebih ketika dia melihat dadanya, ternyata ada darah yang mengucur di dadanya. Dalam kesedihan itu, Anya tiba-tiba muncul dan menghiburnya.

"Johan, terimalah takdirmu. Kita sama-sama telah mati," kata Anya menghibur Johan.

Johan hanya memandangi Anya.

"Sudahlah, Johan. Kamu harus ke alammu. Yuk, kita pergi dari sini," ajak Anya.

Johan hanya mengangguk. Mereka langsung pergi meninggalkan alam manusia.

Sementara itu, di bekas kost Johan, tampan Listyo tengah melakukan rekontruksi pembunuhan yang dia lakukan terhadap Johan. Dari pengakuannya, Listyo melakukan pembunuhan karena perasaan cemburunya pada Johan yang merebut kekasihnya.

Dan, atas kejahatannya Listyo dihukum penjara seumur hidup.

TAMAT