Chapter 4 - Bab 4

Setelah di rias Valencia pun duduk dengan kedua orang tuanya di dalam ruangan pak Bayu sudah ada pak penghulu saat Valencia masih di rias.

Namu sudah satu jam mereka sudah menunggu tapi Gabriel sebagai mempelai pria belum muncul juga dari tadi yang harusnya sudah ada setelah Valencia di rias.

Pak Bayu berusa menghubungi Gabriel tapi nomornya malah ga aktif itu membuatnya gelisa. Ia akhirnya menelpon Sekretaris anaknya itu Ria.

" Ria di mana Gabriel? kenapa nomornya tak aktif" Tanya Pak Bayu langsung

"Mohon maaf pak Bayu tapi pak Gabriel sedang rapat dengan Klien pak" jawab Ria

"Saya tidak mau tau suruh dia datang sekarang juga kalau tidak mau, katakan padanya jangan pernah menemui ku lagi" tegas pak Bayu. Belum sempat Ria berbicara tapi Pak Bayu sudah memutuskan telponnya gitu saja.

"Bagaimana pak ? Ini jadi apa tidak pernikahannya ? Tanya pak penghulu

"Tunggu sebentar lagi yah pak anak saya masih ada kendala sebentar" pinta pak Bayu memohon. Pak penghulu pun menyetujuinya

Sedangkan Valencia yang mendengarnya tentu saja senang, semoga laki - laki itu tak datang, Batin Valencia penuh harap.

Sementara itu di perusahaan, Gabriel yang sedang ada rapat dengan Kliennya. Tiba - tiba ria masuk lalu mebisikan sesuatu di telinga Gabriel. Gabriel hanya bisa mengauk apa yang di katakan sekertarisnya. Asataga jadi ayah benar - banar serius melakukannya? Pikir Gabriel.

Ia pun harus memanggil asistennya Leo untuk melanjutkan meeting yang belum selesai. karna dia harus bergegas menemui ayahnya di rumah sakit.

Setelah berpamitan kepada kliennya Gabriel segera undur diri untuk menemui ayahnya, setelah sampai di bawah di mana mobilnya terselit ia lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh ke rumah sakit.

Setengan jam berlalu tapi Gabriel belum juga menunjukan batang hidungnya, semua orang berharap cemas dan khawatir kecuali Valencia ia merasa sangat senang bahkan senyumannya pun sudah terbit di bibirnya.

Sudah empat puluh menit berlalu tapi belum ada tanda - tanda jika Gabriel akan datang. Senyuman Valencia pun makin lebar terbit di bibirnya, ia pun izin ke kamar mandi karena se dari tadi sudah menahan air buang kecil lantaran saking gugupnya.

Saat Valencia keluar dari kamar mandi dia merasa ada orang dalam tambahan kamar pak Bayu dia pun melihat satu - satu orang yang datang dan yha pandangannya tertuju pada laki - laki yang tampan dengan setelan jas navi di samping pak Bayu. Dia pun mendengar laki - laki itu memohon untuk membatalkan pernikahan mereka.

"Ayah aku tidak bisa melakukan pernikahan ini, pernikahan itu sakral yah, bukan untuk main - main" kata Gabriel pada ayahnya.

"Siapa yang main - main Gal ? Cepat lakukan pernikahan ini sekarang juga atah kamu pergi dari sini dan jangan pernah temuai Ayah lagi meski pun nanti Ayah sudah terkubur di dalam tanah" jawab pak Bayu lalu memalingkan mukanya dari Gabriel.

Gabriel tidak punya pilihan lain, bagaiman pun juga Ayahnya orang keras kepala apa lagi di masih sakit. Gabriel pun menengkan dirinya sebentar lalu mengauk dengan mantap, mungkin ini sudah takdirnya pikirnya. Setelah beberapa lama terdiam ia pun menyetujui pernikahan itu.

"Baiklah jika itu membuat Ayah bahagia Gabriel akan menikah sekarang juga" jawab Gabriel tiba - tiba kepada Ayahnya.

Ia pun bergegas berwudhu ke toilet melewati Valencia yang masih bengong di depan toilet, Valencia pun bergegas duduk di dekat ibunya. Jangan tanya pak Bayu tentu saja dia sangat bahagia rencananya berhasil dengan lancar.

Setelah selesai berwudhu Gabriel pun duduk di depan pak Penghulu, sebelum akad di mulai pak penghulu pun menanyakan maharnya. Karena nikah mendadak jadi tak ada persiapan. Gabriel pun melihat dombetnya dan mengambil uang ratusan ribu dua puluh lembar dengan jumlah dua juta. Setelah itu ia pun menjabat tangan pak penghulu dan berjabat tangan dan akad nikah pun di mulai.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq." Artinya: "Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah."

Kata "sah" pun terdengar dari semua orang yang ada di dalam ruangan itu. Valencia pun hanya bisa menunduk dan memejamkan matannya. Ia merasa matanya mulai memanas ia hanya bisa memangis dalam batinnya, sekarang ia sudah menjadi istri dari kaki - laki yang tak di kenal. Ibunya hanya bisa memeluknya lalu menuntun agar duduk di samping suaminya Gabriel dan menyuruhnya untuk mencium punggung tangan suaminya.

Pak Bayu merasa sangat lega dan bahagia. Ia pun berpelukan dengan sahabatnya Dirga yang sudah menjadi besannya sekarang.

Setelah pernikahan tadi selesai kedua orang tua Valencia pun berpamitan untuk pulang kerumah karena hari sudah mulai sore. Sedangkan Valencia masih di rumah sakit bersama keluarga Gabriel.

"Cia nanti malam kamu pulang bersama Gabriel yha? Besok urus surat pernikahan kalian di KUA" tutur pak Bayu tersenyum bahagia kepada Cia. Valencia yang biasa di panggil Cia kepada keluarganya.

" Baik Om" jawab Cia tersenyum manis kepada pak Bayu

"loh kok panggilnya Om? Sekarang kamu sudah menikah dengan anak saya jadi panggil aja Ayah seperti Gabriel kamu juga sudah jadi anak saya" tutur pak Bayu protes dengan panggilan Valencia.

"Iyah ayah" jawab Cia patuh kepada Ayah Gabriel yang sudah menjadi Ayah mertuanya beberapa jam yang lalu.

Seadangkan Gabriel dia hanya diam melihat Istrinya dan ayahnya berbicara, Entah apa yang di pikirkannya.

Setelah malam hari Gabriel pun pamit kepada ke dua orang tuanya untuk pamit pulang untuk ke rumahnya. Selama perjalanan tidak ada yang berbicara.

Gabriel yang menyetir hanya memandang ke depan tidak peduli dengan istrinya itu. Begitupun dengan Cia dia hanya melihat pepohonan di jalanan yang menurutnya lebih bagus.

Setelah selesai memarkirkan mobil di garasi, Gabriel pun turun dari mobil dan masuk kedalam rumah di ikuti Cia dari belakang. Cia pun memerhatikan sekelilingnya yang merasa sangat sepi seperti kuburan.

"ko sepi mas?" tanya Cia pada suami dinginnya itu

"Ini rumahku, bukan rumah Ayah" tutur Gabriel dengan datar sedatar tembok.

Rumah Gabriel hanya berlantai dua, lantai satu hanya ada satu kamar yaitu kamar tamu, sedangkan lantai dua memiliki tiga kamar yang satu kamarnya Gabriel, ruangan kerja dan yang satu masih kosong tapi sekarang itu untuk istrinya. Karena mereka tidak mungkin tinggal sekamar. Setelah mereka sampai di lantai dua Gabriel pun membuka pintu yang ada di depan kamarnya.

"Ini kamar mu mulai sekarang" tutur Gabriel datar.Lalu dia juga berjalan ke kamarnya sendiri untuk istirahat.

"Cia pun masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya lalu melihat sekelilingnya yang terlihat sangat rapih dan bersih, ia pun merabahkan tidurnya ke atas tempat tidur karena merasa badannya sangat capek, meskipun hanya pernikahan biasa tapi dia merasa badannya sangat lelah. Setelah itu dia langsung tidur pulas.