Mile ingat sekali betapa terkejutnya ekspresi lelaki itu. Dia sepertinya sudah putus asa dengan masa depan, tapi Mile tetap mencengkeram pergelangannya untuk memberikan pelajaran. "Bertahan! HIDUP! AKU TAKKAN MEMBIARKAN DIRIMU MATI!" tegasnya. Lelaki itu pun terpekur. Dia menangis tapi tertawa, dan mengingatkan Mile dengan Gulf seminggu lalu.
Runyam. Mile sepertinya paham dia malu akan situasi itu. Jadi menyeretnya pergi setelah pacarnya diseret ambulan hilang. Namun, kali ini tidak ada perlawanan. Mungkin mentalnya sudah terkuras lemah, sampai-sampai hanya berkata "Hah?" saat Mile menawarkan hal gila.
"Ya, kau tidak salah dengar. Jadikan aku Ayah barunya. Kita menikah. Sudahi yang barusan dan jangan pikirkan," kata Mile mengulangi permintaan. Dia sebenarnya kurang suka dengan pasangan merokok, tapi sepertinya lelaki ini masih belia. Mungkin dia hanya terseret lingkungan buruk, juga pergaulan salah sampai-sampai ikutan terhina.
Tidak mudah membuat seseorang seperti itu memahami maksud serius Mile, memang. Lagipula mereka sama-sama baru terluka. Namun karena si lelaki manis tidak punya harapan lain, dia pun menerima meski masih menganggapnya mimpi. Dia bilang "Apa benar kita sudah 3 bulan menikah?" tanyanya pada suatu hari. Itu pun sambil membatu di tepi ranjang, krisis identitas karena baru muntah lagi.
"Iya, Apo," kata Mile kepada istrinya: Apo Nattawin Wattanagitiphat. Padahal sejak awal menikah dia sudah menegaskan seperti ini. "Tapi jangan cemaskan apapun. Anggap aku keluargamu saja sampai bayi itu lahir. Jangan terbebani dengan status kita di mata hukum. Cukup fokus dengan kehamilan dan lahirkan dia. Soal yang lain masih bisa dibahas setelah waktunya tepat." Namun, sepertinya Apo masih kebingungan.
Bagaimana pun, yang digunakan Gulf sebagai kebohongan justru sungguh terjadi dalam hidupnya. Apo memang anak panti asuhan yang merantau ke kota. Dia mengenal teman-teman sejawat yang salah, lalu diseret dalam lubang gelap gulita.
Tidak mengagetkan, memang. Mile pernah merawat Gulf hingga dewasa dan hebat. Jadi, bisa melakukannya sekali lagi, asal sosok ini mau menetap selalu. Mile pikir, dia hanya butuh seseorang yang takkan pergi kemana pun seperti Gulf dulu.
"Oh, begitu," kata Apo. Yang ternyata siswa putus sekolah. Dia umur 20 dan mengalami gagal kenaikan kelas bukan karena tak pintar, melainkan terbatasi biaya hingga tawuran beberapa kali. Butuh waktu untuk mengobati traumanya akan penolakan. Dia punya kebiasaan rokok yang harus selalu Mile awasi, bahkan menggunakan narkoba kelas ringan dalam masa coba-coba.
Well, Mile melakukan ini demi bayi di dalam kandungannya. Dan soal tato naga pada punggung Apo, dia tidak mau berkomentar apa-apa.
"Memang kenapa bertanya? Kau sedang memikirkan sesuatu?"
Apo jujur dia ingin memanfaatkan Mile waktu itu. Dengan meninggalkan bayinya suatu hari, kabur, lalu hidup bebas lagi di luar sana. Namun, ketika Mile bilang dia sudah pernah diperlakukan begitu, Apo diam. Apo sepertinya merasa bersalah. Dia menghadapi orang yang keliru, apalagi Mile belum pernah menuntutnya pemuasan biologis. Apo kira, sosok sebaik itu belum pernah ada. Namun ketika mereka tak sengaja berpapasan dengan Mew-Gulf dalam sebuah restoran, Apo percaya perkataan suaminya.
"Oh, Mile ....!" kata Gulf, yang melipir pergi untuk menyapa. Di bahkan meninggalkan Mew untuk tegur sapa dengan mantan kekasihnya, meski setelah itu minta maaf ke Apo. "Mm, aku tidak tahu kau sudah menikah. Maaf, ya. Salahku juga langsung pindah ke California waktu itu. Mungkin undangan darimu tak sampai ke tanganku."
"Tidak, karena aku memang tidak mengundangmu," kata Mile. Dan itu membuat Gulf berkaca-kaca. Namun, si lelaki cantik sepertinya lebih kuat daripada yang Apo kira. Dia tetap menanggapi dengan senyuman, lalu menotis perut Apo yang sudah membesar.
"Kau sangat beruntung sekali," kata Gulf. "Impianku bisa hamil sampai tahap sepertimu, tapi belum pernah bisa."
"Kenapa?" Sebenarnya Mile tak perlu bertanya karena nyata-nyata perut Gulf rata kembali. Pasti mantan kekasihnya pernah keguguran, tapi Mile tidak tahu kalau ini sudah kedua kalinya.
Mungkin, karena Mew selalu kasar bahkan saat kehamilan, keguguran itu pun terjadi berulang-ulang. Hal itu menyadarkan Apo dia beruntung mendapatkan Mile, maka niat pergi itu akhirnya dihapus.
"Benarkah?" tanya Mile setelah pulang dari restoran. Suaminya tersenyum, meski tidak sangat-sangat lebar. Namun Apo tahu lelaki itu bahagia sekali. "Senang mendengar niat baikmu, Apo. Terima kasih sudah menginginkan kehidupan yang baik juga."
Apo pun bertahan hingga kehamilan bulan ke 11. Agak aneh, tapi memang lebih lama daripada siklus umum. Dan Mile tak masalah karena dokter selalu bilang janinnya sehat. Malahan kira-kira cerdas. Bagaimana pun kehamilan lama memengaruhi kematangan pembentukan fisik psikis, dan perkataannya terbukti.
Tepat 15 Januari 2015. Bayi lelaki itu keluar dalam proses lahir normal, dan suaranya kencang sekali saat menangis. "OEEEEEE!! OEEEEE!! OEEE!!! OEEEEEEEE!!" Tuhan ... Mile pun terharu, meski itu bukan darah daging dia. Sebab si bayi langsung memeluk lengannya sambil menjerit. Seolah-olah takut ditinggalkan oleh takdir kehidupan. "Tidak, Sayang. Daddy akan selalu di sini," bisiknya. Lalu menggendong si kecil seharian pasca dibersihkan suster.
Lihatlah, baby yang seperti malaikat ini. Sosok yang Mile namai Atamai Phakpum Romsaithong tanpa protes dari Apo, sebab biar keduanya ingat ... bahwa kehadiran Ata ke bumi diharapkan dua orang. Dan dia bukan sosok yang pantas dihapus begitu saja.
Mile juga mengajak Ata main ke makam orangtuanya setelah berumur 11 hari. Dia menunjukkan bayi itu dengan bangga, padahal Apo sendiri biasa saja. Lelaki yang melahirkan Ata itu masih duduk pada kursi roda. Namun dia berusaha melakoni peran baik sebagai sosok ibu, meski tidak bisa sempurna.
Ada 2 babysitter yang Mile pekerjaan untuk menangani keseharian mereka. Mile tidak ingin Apo traumatis dengan momen-momen punya bayi, atau seberapa merepotkannya proses perawatan.
"Kau kenapa bisa sebaik itu?" tanya Apo pada suatu hari. Tepat setelah usia Ata 3, dia dibawa ke Roma untuk bulan madu yang tertunda. Sekalian agar mereka harus mulai membicarakan hubungan pernikahan itu. Mile tahu, Apo tidak punya perasaan khusus padanya kecuali ingin berterima kasih. Bagaimana pun perjalanan hubungan ini agak ajaib, tapi dia sudah cukup senang.
Sebab Mile menemukan hal yang lebih menarik dari dulu-dulu. Apalagi pembawaan Apo lebih keras daripada Gulf. Dia berubah jadi sosok berprinsip karena pernah dipermainkan, tapi punya sisi jujur dan lembut dalam beberapa kesempatan.
Seperti saat menggendong Ata, misalnya?
Mile menikmati cara Apo memandang bayinya, walau jelas-jelas lelaki itu dulu kurang menerima kejadian ini.
"Mungkin karena aku yakin akan bertemu seseorang yang baik juga," kata Mile. "Bagaimana pun kehidupan itu naik turun. Jatuh boleh berkali-kali, tapi jangan pernah mengabaikan pelajaran yang didapat ketika sakit. Aku melihatmu berbeda dengan mantan kekasihku. Jadi kenapa tidak dicoba saja? Kau pun tampak lebih baik daripada sebelumnya."
Maksud Mile, Apo sudah mulai merawat diri. Dia bukannya jarang mandi seperti dulu, beberapa jerawat di pipinya hilang total, begitu pun bayang-bayang di bawah matanya. Lihat, kan? Mile bangga sekali bisa menjujung tinggi seseorang sekali lagi. Aku tahu kegagalan takkan selalu terjadi jika terus mencoba apa yang diyakini.
Apo pun tercenung mendengar perkataannya. Lelaki itu mulai memandang Mile beda dari hanya keluarga, lalu tertawa lepas untuk pertama kalinya. "Ha ha ha ha ha, sial ...." katanya. Mengapa jadi dia yang seperti anak muda? Aku ini terlalu banyak pikiran ...
Mile refleks menepuk kepala istrinya karena suka dengan ekspresi yang dimiliki. "Bagus, tetaplah begini untuk seterus-seterusnya. Berubah terang. Kau ini sudah jadi Ibu sekarang."
"Iya," kata Apo dengan suara yang lebih ringan. Mereka pun menikmati pertunjukan ribuan balon lepas ke udara atas kejutan Mile, meski Apo lupa bahwa mereka perlu merayakan anniversary pertama juga.
"Lihat, di sana!"
Apo pun menoleh ke arah yang ditunjuk Mile. Dia takjub karena balon-balon itu membawa banner "Mile-Apo-Atamai" hingga entah sampai kemana. Lalu menyandarkan keningnya di bahu paling kokoh yang pernah dia temukan. "Mile ...." bisiknya tiba-tiba.
Mile pun menyahut pelan. "Hmm?" tanyanya. "Ada apa, Sayang?" Mungkin karena terbawa suasana, lelaki itu pun merengkuh pinggang ramping istrinya tanpa sadar.
"Senang kau tidak pernah meninggalkanku," kata Apo dengan cicitan pelannya. "Karena jika dirimu yang memilih pergi, aku harus apa untuk kembali hidup pada hari itu."
TAMAT