Chereads / Peace Hunter / Chapter 4 - Chapter 4 : San Fulgen Akademiya

Chapter 4 - Chapter 4 : San Fulgen Akademiya

Di sepanjang jalan menuju Aula, aku bisa melihat pemandangan di sekitar. Di pinggir jalan ada pohon-pohon dan rerumputan yang membuat suasananya sangat sejuk. Di ujung kanan dan kiri dari tempat ku berjalan juga terdapat bangunan besar yang aku belum tau itu untuk apa. Aku berjalan kembali sampai melihat air mancur di depan dan terdapat bangunan yang sangat besar yang aku tebak jika itu adalah gedung depan Akademi. Terdapat tangga untuk memasuki gedung tersebut dari air mancur. Aku melihat patung besar di kanan dan kiri di depan bangunan tersebut. Patung manusia dengan sayap di punggungnya sambil memegang pedang kebawah, patung itu merupakan patung dari ras Malaikat.

"Karena kerajaan ini dibawah pimpinan ras Malaikat, jadinya dibangun patung ras Malaikat. Apakah kerajaan manusia yang berada dibawah pimpinan ras Iblis akan membangun patung Iblis juga ?" kataku bergumam sendiri.

Aku menaiki tangga dan langsung pergi untuk memasuki gedung tersebut. Saat aku memasuki gedung tersebut, aku melihat lumayan banyak peserta yang sudah datang dan menunggu untuk dimulainya tes. Ada yang duduk di bangku yang disediakan atau ada yang berdiri sambil bersender di dinding atau sambil melihat tulisan-tulisan di dindingnya. Ketika aku ingin melangkah ke dalam, aku dihampiri oleh petugas yang kemungkinan dia bertugas untuk mengkonfirmasi peserta-peserta yang sudah datang di dalam. Aku pun menunjukkan kartu pengenal pesertaku ke petugas tersebut. Petugas tersebut melihat kartu peserta ku dengan seksama dan setelah itu mengembalikan kartunya kepadaku. Petugas tersebut lalu memintaku untuk menunggu sampai tes masuknya dimulai. Kata petugas tersebut juga kalau tes masuknya akan dilaksanakan di gedung ini. Sepertinya gedung depan Akademi ini bertujuan sebagai administrasi akademi dan sebagai aula depan juga. Setelah petugas itu pergi, aku pun melangkah kembali untuk mencari tempat duduk kosong sambil menunggu tes masuknya. Aku menemukan tempat duduk kosong disamping seorang peserta laki-laki yang sedang membaca buku.

"Halo, apakah tempat duduk ini kosong atau ada orang lain yang sudah menempatinya ?" tanyaku pada pria tersebut.

"Huh ? ah tempat duduk itu kosong kok, kalau mau duduk disitu, duduk saja" jawab laki-laki tersebut.

"Terima kasih" kataku sambil mau duduk. Laki-laki tersebut mengangguk dan melanjutkan untuk membaca bukunya kembali. Setelah duduk, aku pun melihat ke arah laki-laki tersebut.

"Oh jadi sihir ini bisa digunakan seperti ini" kata dia di dalam hati.

"Dia sepertinya sedang fokus sekali membaca buku tersebut, kayaknya buku itu menjelaskan tentang penggunaan sihir. Dan sepertinya dia tidak kesal dan terganggu saat aku mengajaknya bicara tadi. Aku jadi merasa bersalah sudah berprasangka buruk dan membaca pikirannya" pikirku.

Aku pun memutuskan untuk membaca buku yang kubawa di tas. Aku hanya membawa beberapa buku yang penting punya mendiang kakekku. Sebagian ku simpan di tas dan sisanya ku taruh di sihir penyimpanan. Aku memutuskan untuk membaca buku sampai tes masuknya dimulai.

-

Saat aku masih membaca buku, waktu sudah cepat berlalu. Sampai muncul suasana yang menghebohkan.

"Wah lihat, itu Putri Irene. Dia cantik sekali," kata salah seorang peserta.

"Apa orang seperti ku bisa untuk mengencani seorang Putri Irene ya ?," kata peserta yang lain.

"Hahaha jangan mimpi kamu, lagipula Putri Irene itu anak seorang Duke. Jika ingin mengencaninya kamu harus memiliki status bangsawan yang setara atau lebih tinggi darinya," kata peserta lainnya yang menimpali.

Irene Emerald San Lucia, putri dari seorang Duke yang memimpin provinsi San Lucia yaitu Duke Louis Emerald San Lucia. San Lucia sendiri berada di utara kerajaan San Fulgen. Tempat tersebut dikenal dengan suhunya yang dingin.

"Tapi untuk seseorang yang tinggal di daerah yang dingin, Putri Irene tidak mengenakan pakaian tebal untuk menghangatkan dirinya, apa dia sudah menggantinya saat perjalanan kesini ?," pikirku.

Rambutnya yang panjang berwarna putih seperti salju, tidak kalah putihnya dengan warna kulitnya. Tingginya yang bisa dikatakan tinggi untuk ukuran perempuan yaitu 175 cm, wajar jika banyak yang mengatakan jika dia cantik, akupun sependapat dengan itu. Ah ngomong-ngomong, tinggiku adalah 185cm. Aku menggunakan skill ku untuk melihat apa yang dipikirkan Putri Irene, tapi tidak ada apa-apa.

"Dia tidak memikirkan apa-apa ? sepertinya dia tidak terganggu dengan banyaknya peserta yang melihat ke arah dirinya. Dia orang yang menarik," ujarku.

Dia tampak tidak bereaksi dengan pandangan dan sapaan para peserta lain dan hanya diam berdiri bersandar di dinding. Mungkin ini alasan dia dipanggil sebagai Si Putri Es karena sikapnya yang dingin. Setelah menggunakan skill membaca pikiranku ke dirinya, entah kebetulan atau tidak, Putri Irene menoleh ke arahku. Aku tidak tahu Putri Irene menoleh tepat ke arah ku atau menoleh ke belakangku, tapi aku memutuskan untuk membungkukkan wajahku sebagai rasa hormat ke Putri Irene. Putri Irene tampak biasa saja dan setelah itu dia mengganti pandangannya ke arah lain.

"Mana mungkin kan jika Putri Irene tau kalau barusan aku menggunakan skill untuk membaca pikirannya ?," pikirku.

"Sepertinya aku harus lebih waspada menggunakan skill ini, takut jika ada orang lain yang tau jika pikiran mereka sedang dibaca," kataku dalam hati.

-

Setelah kehebohan yang diakibatkan oleh datangnya Putri Irene, kehebohan lainnya terjadi lagi saat putra-putri para Marquess juga telah tiba. Lalu disusul oleh Putra Duke of San Angela, yaitu Enzo William San Angela juga sudah tiba, keadaan menjadi heboh lagi.

"Putra dari Duke of San Angela ya, provinsi yang berada di barat San Fulgen yang berbatasan dengan negeri Demi-Human, Sedona ya ? Kelihatannya dia cukup kuat, yah wajar untuk anak dari seorang Duke," pikirku.

Aku melihat ke arahnya dan sepertinya dia sangat ramah dengan peserta lain, dia membalas sapaan ke peserta yang menyapanya dan melambaikan tangan ke arah mereka. Senang melihatnya jika ada bangsawan yang ramah seperti itu. Setelah beberapa saat, kehebohan terjadi lagi dan bahkan lebih heboh dari sebelumnya. Ya itu karena telah tibanya Pangeran Charles dan Putri Chloe di tempat tes masuk akademi. Tidak mengherankan jika banyak yang heboh saat mereka tiba, karena mereka adalah anak dari Yang Mulia Ratu dan pesona mereka itu tidak terbantahkan. Warna rambut mereka yang berwarna pirang keemasan sangat lah indah dan mempesona, pasti warna rambut mereka karena turunan dari Yang Mulia Ratu.

"Pangeran Charles!,"

"Putri Chloe,"

"Kyaa Pangeran Charles sangat tampan sekali,"

"Apakah mungkin bagiku untuk menikahi Putri Chloe ?,"

"Aku bersyukur sekali bisa mengikuti tes masuk berbarengan dengan Pangeran Charles dan Putri Chloe," begitulah yang mereka katakan.

Para peserta sangat heboh dan semua pandangan tertuju ke arah Pangeran Charles dan Putri Chloe. Pangeran Charles tampaknya juga sangat ramah, dia menyapa peserta yang lain juga dan melambaikan tangan ke arah mereka. Sementara untuk Putri Chloe, tampaknya dia sedikit terganggu dengan banyaknya pandangan yang diarahkan kepadanya. Karena penasaran, aku pun membaca pikirannya.

"Duh, kenapa banyak pandangan yang diarahkan ke arahku. Aku jadi malu kalau begini aku tidak bisa fokus," kata Putri Chloe di pikirannya.

"Sepertinya sang Putri adalah orang yang pemalu, berbeda dengan kakak kembarnya yang sangat ramah," kataku.

Aku tidak menemukan kata-kata seperti menghina atau merendahkan peserta yang bukan bangsawan dari pikiran Putri Chloe, bisa disimpulkan bahwa Putri dan Pangeran merupakan Bangsawan yang baik, sama sepertinya Ibu mereka.

"Sepertinya Ibu mereka mengajarkan hal yang baik ke anaknya," batinku.

- Bersambung