Mile Phakphum seketika lupa perdebatan. Lelaki itu berada di tengah rapat saat manajernya menginterupsi. Wanita bernama Fern pun langsung membisiki kabar dari telepon. "Ada apa?" tanyanya.
"Tuan, istri Anda hamil 2 Minggu. Saya baru diberitahu Phi Newyear."
"Apa?"
"Sekarang beliau baru siuman di RS. Tadi pingsan ...."
Dengan pikiran terbelah-belah, Mile pun segera menyelesaikan rapat dan skip makan malam guna menjenguk si manis mungil. Namun, Mile juga manusia biasa. Lelaki itu bukan pangeran berkuda, melainkan pengantin baru dengan usia 32. Dia sempat termenung tidak menyangka. Selama 5 menit Mile diam untuk coba menenangkan diri. "Oke, aku akan jadi ayah betulan. Gila, ini sama sekali bukan candaan. Ya Tuhan, aku harus cepat menemui dia."
Sebagai mantan perjaka Mile jelas panik sekali. Jemarinya tremor ketika di jalan. Dia juga tidak tahu harus bagaimana, kecuali ada untuk sang istri.
"Apo ....?"
Rupanya Apo meringkuk ketika dirinya datang, manifestasi kucing hitam itu sepertinya malu. Mile yakin Apo tidak lelap tidur. Si manis hanya sedang sembunyi di balik selimut. Ini jelas benih malam pertama mereka karena kurun waktu pembuahannya nge-pas. Mana mungkin saat berada di luar negeri.
"Sayang, Phi Mile sudah di sini ...." bisik Mile. Dia memgambil duduk di sisi ranjang. "It's okay, it's okay. Bisa lihat Phi sebentar?"
"...."
"Apo ...."
Mile tetap menyibak selimut. Dia kira dengan mengharapkan baby Apo sudah sangat siap, tapi saat kejadian hamil remaja itu mengalami mood-swing. Dia menghambur ke Mile dan melingkari pinggangnya. Si manis merajuk manja, tapi juga agak ketakutan. Mungkin kalau secepat ini di luar bayangan juga. Untung saat sang suami datang rasa aman di dadanya hadir. "Phi Mile baby-nya jadi dong ...." adunya. "Phi, berarti sekarang aku calon Mama?"
Mile mengelus-elus punggung si manis. "Ya, Mama. Tapi tidak perlu takut, Sayang. Banyak yang senang kok. Kau dapat dukungan semua orang. Dariku, Daddy, Mommy, Papa, Mama ... aku yakin mereka takkan menolak cucunya. Apalagi Daddy dan Mommy-ku sudah kepingin. Pastinya happy sekali."
"Iya ...."
Apo pasti syok hingga terdiam lama, dia hanya mendusel ke pangkuan Mile tanpa mengajak bicara. Mile juga kadang tidak ditanggapi, tapi mereka saling menemani. Setidaknya dokter memberikan kabar bagus, yakni kehamilan Apo sehat dan tinggal dibawa pulang.
"Terima kasih, Dok."
"Sama-sama."
Masih Dokter Sprite juga yang menangani.
"Aku sama Phi Mile pulang dulu, Dadah."
"Dah ...."
Dokter Sprite pun mengimbangi cara Apo berkomunikasi. Dia melambaikan beberapa kali untuk membalas Apo Nattawin. Jujur, dalam hati Sprite kagum karena Apo mau digandeng Mile Phakphum (maksudnya, lihat age gap mereka berdua?), jauh sekali. Belum lagi ukuran tubuhnya.
Mile yang menggenggam tangan Apo tampak seperti ayah si manis, tapi keduanya saling membalas senyum selama berjalan di lorong.
Indah sekali.
Itu adalah hubungan pernikahan yang mutualisme.
Soulmate.
Mungkin bisa dikatakan Mile dan Apo lebih harmonis dan dewasa dalam menyikapi kehamilan, karena Sprite pernah melihat pasangan yang lebih tua berdebat karena bayi dalam kandungan. Yang mau digugurkan lah, yang mau bercerai lah, yang saling menyalahkan lah ... padahal siapa juga yang pembuat bayi ketika di ranjang? Sprite betul-betul tidak habis pikir.
"Oh, iya ... Sayang? Kau suka minum susu kan selama ini?"
"Umn, suka. Memang kenapa, Phi?" jawab Apo sembari menoleh. Fokusnya pada langit malam terdistraksi, remaja itu menampakkan wajah polos.
"Selama ini susu untuk pertumbuhan kan?"
"Iya, buat tulang."
Apo pun mengangguk pelan.
"Oh ...."
"...."
"Hmm ... kalau diganti dengan materna mau tidak? Biar adik bayi-nya sehat," tawar Mile hati-hati. "Kau juga dapat nutrisi lebih. Jadi tidak mudah capek."
Apo sadar GPS mobil menandakan sebentar lagi mendekati supermarket. "Mau." Dia segera mengangguk. "Tapi, nanti boleh beli beberapa merk tidak, Phi? Soalnya aku ini cocok-cocokan," katanya. "Biar kucoba satu per satu pas di rumah. Umn, next time kalau sudah tahu mana yang enak kan tinggal beli susu yang itu terus. Janji."
Mile tak tahan untuk tak menepuk ubun istrinya. "Of course, kita belanja yang lain juga kalau kau suka."
"Thank you."
"Dan makan malam?" kata Mile. "Oh, iya. Tadi kata Dokter Sprite bagaimana? Soal yang dulu? Pembalutnya sudah boleh lepas total? I mean, tidak perlu ganti lagi kalau habis pup dan pipis."
Telinga Apo langsung memerah. Sebetulnya dia ingin tenggelam ke dasar bumi, tapi ini kan obrolan biasa antara pasangan suami-istri. Apo hanya harus menjawabnya, dalam hati dia berdebar tidak karuan. "Iya, sudah kok, Phi. Dokter Sprite bilang aku bisa dinyatakan sembuh," katanya, walau tak berani menatap Mile lama-lama. Si manis pun menatap ke jalan raya. Tanpa dia sadari kedua tangan itu terkepal gelisah. "Umn, tapi bagusnya kapan ya, Phi? Buat bilang soal ini?"
"Huh? Kepada?"
"Pappy dan Mommy," jawab Apo. "Papa dan Mama juga, Phi. Mereka pasti terkejut."
Mile memutar setirnya dulu agar berbelok secara halus. Dia memang tipe fokus jika tidak dalam kondisi terpaksa, Apo dia serahin ponsel dari dalam dashboard. "Coba baca chat-ku yang terakhir dengan Mommy? Sebelum kita bertemu dokter sebetulnya aku sudah mengabari mereka. Lewat grup keluarga."
"Eh?"
Jantung Apo berdebar seketika.
"Why? It's not fair?"
"Sejak kapan ada grup keluarga, Phi?"
"Sejak tadi. Apa kau kurang suka, Sayang?" tanya Mile. "Kurasa mereka justru harus segera tahu."
Apo pun tak mau berkomentar, sebab kehamilannya disambut baik. Keempat orangtuanya itu heboh sendiri bahkan sampai sekarang masih mengobrol di dalam GC.
ROMSAITHONG-WATTANAGITIPHAT FAMILY
_______________
[Mommy: Ya ampun, Baby Kitt! Itu tadi test-pack betulan! Betulan! Anak kita sekarang cek hamil. Masih di RS! Wahai para besan keluarlah!! Apo kita hamil 2 minggu!]
[Daddy: Apa? Wow. Kaget aku ada grup yang baru]
[Papa Man: Aku akan punya cucu?! Seriusan, Nak? @_ Anda]
[Mama May: ANAK MANISKU DEMI APA SUDAH ISI?! YA AMPUN SERIUS LANGSUNG 2 MINGGU??? ASTAGA! Selamaaaaaaaaaat! @_ Anda Tapi ini bukan nyicil kan ya? Betulan hasil di malam pertama? Ngomong-ngomong anakku hebat sekaliii. Dimana Apo, nak peluk @_ Anda ....]
.... dan obrolan bahkan sampai gender dan nama-nama.
Apo pun tersenyum, walau tangan berkeringat. Dia turut bahagia mereka sangat antusias. Oh, bahkan Mommy Nee akan mengadakan makan malam keluarga. Kata Nee, Apo harus dapat selebrasi sebagai rasa syukur cucu pertama mereka akan segera launching.
"Bagaimana, Po?" tanya Mile lagi-lagi.
Si manis pun mengembalikan ponsel, lalu tiduran di paha Mile sambil terpejam. "Senang ...." katanya. "Senang sekali, Phi. Biasanya mereka tidak seheboh itu."
"Ha ha ha ha, ya kan?"
"Umn."
Apo sempat lihat sang ibu menawarkan menu favoritnya dari fumah, May bilang akan memasakkan khusus untuk Apo pas acara nanti. Dia lantas makan malam dengan Mile di resto, masuk supermarket. Sebanyak 5 merk susu kehamilan dia masukkan ke troli.
"Ada lagi?" tanya Mile, tanpa peduli orang sekitar melihatnya penuh cinta karena tampan sekali. Mereka pasti heran lelaki berjas necis belanja di sana, masih berdasi, memakai arloji, tetap rapi. Mile sudah seperti suami yang keluar dari dunia manhwa-manhwa.
"Ada, Phi," kata Apo sembari mengangguk. "Tapi apa tidak kelamaan? Aku ingin berkeliling dan mungkin ini akan lama."
"Ho, of course."
"Kalau Phi Mile ingin memilih barang sendiri juga tidak apa-apa kok. Aku mau melihat-lihat dulu. Nanti kita saling cari saja."
"Seriusan?"
"Aku akan telepon Phi Mile kalau kejauhan."
"Oke."
"Sip."
"Minta keranjang kalau mau bawa banyak, Po. Nanti barang dikumpulkan saja ke troli."
"Iya ...."
"Hati-hati."
Apo pun tersenyum sebelum pergi. Tidak lupa dia dipegangi satu kartu kredit milik Mile. Sang suami bilang itu untuk sementara waktu. Sebab kartu khusus Apo belum bisa jadi sampai sekarang. Hmmm, begitu toh ceritanya. Pantas sejak pulang honeymoon Mile hanya meninggalkan uang kertas di ranjang. Kalau bukan saldo kartunya sendiri bertambah, tapi kata Mile kartu Apo biar tetap jadi kartu Apo. Itu urusannya lain. Sang suami maunya bikin yang memang darinya sebagai nafkah--oke, lupakan dulu. Pembahasan tadi bisa terlalu jauh.
"Mau beli baju dulu ah, ke sana ....." gumam Apo. Dia pun segera masuk ke dalam stan fashion, si manis tampak bahagia membawa banyak tas belanja keluar. Dia masih masuk lagi di stan lain karena rasa penasaran. Namun yang semula memilih kaos, matanya kini salah fokus. "Ih, ya ampun. Itu kan yang namanya baju haram?" batinnya kala menatap lingrie. "Aku yakin pernah melihatnya di Tik tok ...."
Hati-hati Apo pun menelusuri barisan manequin berdiri, di sana ada khusus wanita dan pria sekaligus.
Apo rasa jiwa submissive-nya jadi tersentil, mungkin karena kehamilan cepat dia ingin mencobanya sebelum perut membesar.
"Tapi, Phi Mile suka tidak ya ... aku pakai yang seperti ini?" Ujung jari Apo membelai yang berbahan tipis. "Aku ingin, tapi rasanya malu sekali ...."
Semenit, dua menit.
Apo kecil tidak terdeteksi petugas stan karena tenggelam di balik manequin. Tubuhnya benar-benar tersembunyi, jadi tak satu pun mengganggu acara berpikirnya.
"Ah, tidak usahlah. Tidak sanggup ya Tuhan membayangkannya ...." putus Apo. Dia cepat-cepat pergi dari sana, lalu keluar usai menebus banyak celana pendek yang lucu.
"Sayang, apakah sudah selesai?"
"Sudah Phi ...."
Apo pun lari-lari karena tak perlu menelepon Mile, malahan ketemu dulu. Si manis lantas menunjukkan barang yang dibeli, sambil menampakkan gigi rapi diantara senyum lebar itu.
"Apa, hm? Coba lihat."
"Ini! Banyak-banyak!"
Mile melongok sebentar ke isi tasnya.
"Good."
"Aku juga mau kebab sebelum pulang
...."
"Kita beli itu di luar saja ...."
"Owkay."
Begitu keluar Mile pun memasukkan semua barang ke dalam bagasi. Kali ini membawakan belanjaan sendiri meski harus kesusahan di kanan kiri. Shit, Newyear. Mile jadi ingat sopirnya yang rikuh terus, dia tiba-tiba ingin menaikkan gaji Newyear karena tak pernah mengeluh.
"APOOOOOOOOOOOOOO YA AMPUN SELAMAT DATAAAAAANGG!" seru Nee ketika Apo sampai rumah. Wanita itu memeluk menantunya dengan ciuman pipi kanan dan kiri. Nee tak peduli Apo tertawa kencang karena kegelian.
"Ha ha ha ha ha ha! Mommy! Mommmy!"
"Thank you buat calon cucuku!" seru Nee. "Happy 15 September 2020 ...."
Bersambung ....