Rules to be a good partner for life. Terbiasa mengikuti text-book membuat Apo sering membaca tata dan cara. Saat LDR pun bukanlah pengecualian. Pagi itu dia badmood sejak bangun dari tidur, bahkan saat ditanya mertua di meja makan Apo tak menjawab jelas. Dia hanya bilang butuh waktu sendiri, meski ditawari curhat Apo memilih melipir pergi. Remaja itu duduk di tepi kolam sambil mengelusi bulu putih Snowwy. Dia berhenti belajar masak, karena tak ada yang mencicipi. "Phi Mile, kangen ...." gumamnya, karena itu hubungan jarak jauh pertama si manis sejak menikah.
Apo pun membuka internet demi menyidak kasus hatinya, lalu membaca beberapa artikel tentang LDR. Kata si blogger: 1) Hindari komunikasi terlalu sering dengan pasanganmu 2) Jangan menyembunyikan perasaanmu 3) Jangan mudah percaya dengan kabar dari orang lain 4) Jangan bohong 5) Jangan slow respon--oke? Sampai sini Apo berhenti membaca. Si manis rasa menjadi juara 1 istri idaman tak mudah, karena meski paham kenyataannya sulit mengendalikan perasaan di dalam dada.
Remaja itu mulai tantrum tidak jelas. Usai muntah-muntah dia mematikan ponsel dan malah menghilang total. Apo makin jengkel seiring waktu karena keinginannya digendong kembali lagi. Dia ingin bermanja-manja dengan Mile dan memberi makan ikan. Lambat laun Apo mulai menyalahkan Mile. Dia benci
kondisi perutnya tak enak, atau sakit bekas gigitan Mile ketika bercinta. Dia ingin ditemani Mile dan di-puk-puk pada ubunnya. Tapi Apo tidak pernah bilang.
.... benar, dia malah melanggar poin satu dan dua. Parah.
"Tuan Natta."
"...."
"Tuan? Apakah Anda di dalam?"
"...."
"Tuan Nattawin?"
"...."
"Tuan Natta, apa Anda baik-baik saja?"
Apo tetap hibernasi meski dipanggil berulang kali. Sore itu dia menangis, dan pura-pura tertidur. Apo tidak mau berurusan dengan Mile daripada tak sesuai ekspetasi. Apo takut ditolak, jika mengirim pesan kepada sang suami. Dia tahu Mile sibuk dan ribut di jauh sana. Semua demi untuknya juga, dan relasi yang lebih luas. Jika dia bertanya "Apa kabar" tapi malah mengganggu nanti, bagaimana? Apo tak mau malu dan kehilangan harga diri untuk kesekian kali. Dia ingin menahannya untuk seorang diri.
"Tuan, Anda ditelepon Tuan Mile," kata seorang pelayan yang tiba-tiba masuk ke kamar. Setelah sehari penuh kunci serep pun dipakai. Itu memang bagian guide-book apabila anggota Keluarga Romsaithong ada yang tak beres. Bahu Apo ditepuk-tepuk agar mau bangun. Si pelayan harap Apo menerima telepon, tapi justru mendapat gelengan.
"Aku mengantuk, jangan ganggu," kata Apo sambil menarik selimutnya lagi.
Si pelayan pun laporan tentang penolakan dia. Lima menit kemudian Mommy Nee lah yang turun tangan ke kamar. "Sayang," Wanita itu baru saja pulang kerja, tapi bersedia membawa nampan berisi menu dinner lengkap susu. "Sayang Apo, makan dulu yuk. Kau belum sarapan lho sedari pagi. Iya kan cuma dua sendok ... huh? Mana mungkin bisa kenyang. Nanti baby-nya lapar di dalam sana."
Masa bodoh, Apo tak mau peduli. Pinggulnya keram kerena kontraksi si janin. Padahal belum kentara, mini Kitty ini sudah senang berulah di dalam. Apo semakin meringkuk saat selimutnya disingkap. Dia menepis tangan Mommy Nee, meski hanya kena sentuhan yang lembut.
"Tidak mau, Mommy. Suruh Phi Mile pulang sekarang ...." kata Apo, yang mulai terisak. "Hiks, biasanya Phi Mile pulang bawa jajan ...."
"Ulululu ... memang siapa yang tega memarahinya saat ini?" batin Nee. "Bawa jajan?" Wanita cerdas itu pun coba memancing.
"Umn ...." Apo mengangguk, meski wajahnya masih tertutupi lengan.
"Jajan apa, Sayang? Donat?" tanya Nee sambil mengeluarkan ponsel. Dia menelpon Mile agar puteranya mendengar. Dia perlu petunjuk lebih mengenai misi ngidam ini.
Si manis menggeleng-geleng. "Bukan ... jajan yang ada gambar hujan-nya ...." suaranya terdengar parau. "Hiks, Phi Mile cepat pulang ...." rengeknya. "Hiks, hiks, hiks ... Phi Mile, aku mau hadiah permennya juga. Hiks, yang ada pancake-nya--hiks, huhu ... Apo kangen mau gendong ... hiks. Katanya kepingin lihat aku jago masak--hiks ... aku sudah mulai jago bikin Tom Yum, tapi Phi-nya malah hilang ... hiks, Phi ...."
Merasa cukup data Nee pun mematikan sambungan. Dia membiarkan Apo mengeluarkan isi hati, sambil mengajak bicara topik yang random. Jari-jari Nee tak berhenti mengetik pesan dengan cepat. Dia akan memarahi Mile kalau sampai tidak menunggunya offline.
[Mommy: Dengar itu, Sayang? Dimana kau biasanya beli jajan hujan? Memang ada ya jajan ada hujannya? Bayi-mu butuh perhatian. Cepat bilang. Biar nanti dibelikan Daddy mumpung dia masih di luar sana]
Balasan Mile secepat kilat.
[Mile: --share loc--]
[Mile: Itu kue kecil-kecil yang box-nya berlogo hujan, Mom. Seperti ini: Bukan kue hasil guyuran hujan. Perjalanan 7 menit dari kantor. Tapi kalau dari rumah memang jauh]
[Mommy: Oke. Terus permen hadiah dan pancake-nya?]
[Mile: --share loc--]
[Mile: Yang pancake ada di sini]
[Mile: Note: kalau beli 3 box jajan hujan biasanya dapat permen tusuk warna-warni]
[Mile: --sending some pictures--]
[Mommy: Good, sekarang fokus saja pada kerjaanmu. Biar Mommy urus yang di sini]
[Mile: Thanks, Mommy. Kalau bisa suruh Apo mengaktifkan ponselnya juga. Aku susah kalau begini]
[Mommy: Oke]
"Ya ampun, keningmu hangat sekali. Pasti karena kurang asupan sehari ini. Yuk, Sayang. Minum dulu susunya. Jajanmu otw di perjalanan ...." kata Nee setelah mem-forward pesan kepada sang suami. Dia mengelus-elus kening si manis, menantunya itu pun perlahan menampakkan mata bengkaknya.
"Phi Mile pulang, Mommy?"
"Hm, sambil bawa jajannya."
Apo pun mengucek mata. "Serius, Mommy? Phi Mile pulang?" ulangnya.
Sebenarnya Nee tidak tega, apalagi dinas Mile baru sehari. Apo masih harus menahan rindunya seminggu lagi, tapi mau bagaimana kalau situasinya begini. Dia harus membohongi si manis. Membuatnya mau minum segelas susu sampai habis. Oh Tuhan, memang merepotkan, tapi anak ini cukup sulit kuabaikan. Dia menggemaskan sekali ....
"Ahhh ...."
"Enak?"
Nee menerima gelas kosongnya.
"Umn, mau keluar dulu nanti ketinggalan Phi Mile pulang."
"Eh? Sayang ...."
Apo Nattawin sudah turun ranjang dan berlari keluar kamar. Remaja itu meninggalkan sang ibu mertua, hanya dengan piama dia pergi bahkan lupa mengenakan sandal lantai. Lama sekali dia menunggu. Nee yang ketar-ketir pun segera ikut menyusul, wanita itu harus menyaksikan bagaimana Apo menangis lagi karena yang datang Rom, ayah mertuanya.
"Apo Sayang, Pappy bawa banyak jajan ...." kata Rom sambil menenteng paper-bag berbagai ukuran. "Enak lho. Tadi Pappy belikan varian barunya juga."
"Hiks ...."
Apo pun mundur-mundur pada awalnya, tapi kemudian menghambur ke pelukan sang ayah mertua. Suara tabrakannya kencang sekali, mau tak mau dia harus sadar bahwa sang suami masih di jauh sana.
"Owwh, menantu kesayangannya Pappy. Shh, shh," bisik Rom. "Sabar, ya. Mile pasti pulang kok kalau selesai. Sekarang makan bareng-bareng dulu sama kami. Eih, apa kabarnya Snowwy? Pappy belum lihat dia lagi seharian."
"Hiks, hiks, hiks, Pappy ...."
Rom pun menepuk-nepuk punggung Apo sebisanya.
"Hmmh ...."
"Pappy, mau ketemu Phi Mile ...."
"Iyaaaa"
"Pappy, Phi-nya kenapa lama ...."
.... dan masih banyak rajukan lainnya. Mertua Apo itu hanya geleng-geleng, pasalnya baru sekali ini mereka melihat Apo tantrum cukup parah. Nee dan Rom jadi sulit meninggalkan. Keduanya mengajak si manis menikmati jajan di ruang keluarga dan berbagi kukis. Ya, walau Apo tidak semangat. Nee bahkan menawarkan tidur bareng jika Apo mau, tapi si manis menolak.
"Umn, terima kasih Mommy, Pappy. Besok janji aku tidak begini lagi ...." kata Apo, lalu memberikan salam hormat kepada Nee dan Rom. "Maaf, tadi itu aku ... aku hanya--ugh, tidak tahu kenapa. Pokoknya aku benar-benar minta maaf. Mommy dan Pappy juga selamat beristirahat."
Nee pun segera memeluk Apo sebelum kembali ke kamar betulan. "It's okay, Sayang. Tidak apa-apa. Itu normal. Mommy juga pernah hamil muda sepertimu kok, ya kan Pap? Mommy malah minta dibelikan Kach-Chae waktu sudah tengah malam. Ha ha ha .... memang siapa yang jual? Pappy sampai minta dibuatkan pemilik kedainya yang sudah mengantuk."
Apo langsung membalas peluk. Dia mengangguk, walau saat sudah baring di kamar si manis kembali merasa sepi. "Iya, Mommy ...." katanya, mengulangi cara menjawab Nee beberapa saat lalu. "Aku tahu kok, aku akan jadi anak baik ...." Perlahan dia memeluk guling di sisi. "Hiks, aku janji mulai besok jadi anak yang baik ... hiks. Maaf hari ini sudah merepotkan kalian semua ...."
Bersambung ....