A/N: Maternity photoshoot adalah pemotretan saat ibu sedang hamil
***
Lusanya, Mile dan Apo pun datang ke tempat-tempat indah untuk mengambil maternity photoshoot yang diinginkan. Ada yang di pantai, taman, rooftop, kolam, studio penuh bunga-bunga, dan masih banyak lagi. Dalam sehari Apo mendapat beberapa tema shoot untuk dipelajari, lengkap antribut baju dan aksesoris yang nantinya dia kenakan. Ada beberapa tema sensual pilihan Mile atas saran dua desainer pribadinya, walau menurut Apo baju-baju itu tak bisa disebut "baju". Pasalnya Apo hanya mendapat beberapa kain transparan yang nantinya ditempelkan ke tubuh telanjang, itu pun hiasan di pojokannya begitu menarik mata. Apo yakin siapa pun akan bernafsu pada hasil fotonya, padahal dirinya hamil, tapi sisi erotika dan kecantikan justru ditonjolkan si fotografer.
"Phi, harus ya memakai baju yang ini? Ya ampun kelihatan semua ...." gumam Apo saat didandani perias. Dia masih berkaus pendek dengan boxer hitam, belum ganti, tapi sudah ngeri duluan. Kain organza dan ciffon berhiaskan bunga itu diangkatnya ke udara. Jujur Apo sudah overthinking parah, karena jika tanpa celana dalam ini bisa jadi sesi pemotretan porno.
"Ya, di studio kan hanya kita bertiga, Po. Aku, kau, dan si fotografer. Lagipula ini memang profesinya. Hampir setiap hari dia melihat orang hamil yang shoot macam-macam tema. Aku yakin takkan dia ambil hati."
"Ugh, iya sih," gumam Apo. "Tapi agak ...."
"Agak memuaskan mataku?" goda Mile, yang tengah memakai suit hitam tanpa dasi. Dua kancing teratasnya dilepas bebas agar dada kelihatan. Lelaki itu memperlihatkan gaya retro yang kembali trend di masa kini. "Kau kan ingin hasilnya terpajang di kamar, hm? Suamimu sendiri juga yang melihatnya."
Merasa kalah, Apo pun menghela napas. "Ya sudah aku ganti dulu ...." katanya, lalu menunjuk-nunjuk. "Tapi Phi jangan mengintip ya!! A-Aku mau memakai benda ini dengan benar. Awas! Nanti titid-ku bisa kelihatan ...."
... oke? Percakapan apa sih barusan. Padahal mereka juga saling lihat ketika bercinta.
Namun Mile membiarkan Apo lewat untuk bersembunyi. Di balik dua partisi si manis pun lepas-lepas dan memakai kain jahitan minimalis itu.
Benar-benar sangat seksi, shit! Apo seperti dewi Venus dan Nymph dalam mitologi Yunani, bedanya versi mungil dan tidak boleh disetubuhi di tempat itu (padahal kalau ditanya jujur Mile sempat meneguk ludah. Namun sesi photoshoot bisa terganggu jika menuruti penisnya setiap saat)
"Wahhh, bagus-bagus ternyata!" seru Apo usai mendapat album foto yang dia inginkan. Saran si fotografer tidak perlu dilakukan setiap bulan, melainkan kala pergantian trisemester saja. "Tapi aku maunya lihat Dede Ayi terus. Tidak boleh ya?" tanyanya. "Kalau iya, aku akan foto sendiri seperti kemarin lusa. Maksudku, kalau Phi Mile lebih setuju dengannya."
"Apo ... dasar." Dalam perjalanan pulang, Mile pun geleng-geleng sambil menyetir mobilnya. "Bukannya tidak setuju, oke? Tapi kalau dalam sebulan Phi ada waktu seluang ini, ya tentunya tidak masalah. Kau tahu sendiri shoot barusan menghabiskan waktu banyak sekali. Lihat? Kita berangkat pagi pulangnya saja malam hari."
"Ung, oke ...." dengus Apo, walau dalam hati tidak rela. "Tapi belikan waffle dulu, ya Phi. Aku tidak mau langsung ketemu rumah dan Snowwy. Terlanjur seneng bisa keluar, yaaaaa?"
"Hmm."
Apo merangkul lengan kiri Mile dan mendusel ke sana. "Ih, jawabnya kedengaran tidak lega. YAAAAAAA?"
"Yaaaaa."
Si manis langsung tertawa kencang. Seminggu kemudian dia baru mantab memberitahu anak-anak BT, tentu saja circle Apo itu langsung ricuh.
[Apo: HALOOOO GUYYYYSSSSS! AKU KEMBALIIIIII!! Ada yang kangen aku tidak? Ada kan? Pasti ada! Aku tahu kalian kangen padaku!!]
[Nodt: WHOOOAAAAAAAA!! SIAPA INI GUYSSSSS!! ADA YANG INGAT ADA PENGANTIN SUPER DUPER SOMBONG!! Ih sampai lupa sama teman sendiri!!!]
[Gulf: EH BUSET COY! KELUAR JUGA KAU KUTIL BADAK! @__ Anda Masih ingat punya teman rupanya? Kemana aja? Sibuk awikwok dengan suami?]
[Win: @__ Anda bro, asli aku ngakak! Jangan diambil hati, ya! Biasa lah, yang jomblo-jomblo biasanya iri berat! Belum merasakan enaknya adu pedang!]
[Gulf: @__ Win Bangsat kau ya! Awas aku dapatnya Hot Daddy seperti Phi Mile! Kusodok mulutmu kalau penis mainan!]
[Win: Oh tentu tidak bisa @__ Gulf mulutku sudah dipenuhi penisnya Bright. Wleee~]
[Masu: GC ini makin bar-bar aja ya kutengok. Dasar sial, lulus sekolah bukannya pintar kita malah makin mesum Sekali-kali contoh dong kawan kita @__ Jeff satur, yang betulan sakit bokong gara-gara semalam tapi diam di pojokan]
[Jeff: DIAM YA ANJING!! @__ Masu Mau keep in private tidak jadi lah gara-gara mulut soak-mu itu! Mau kusembelih ya?!]
[Us: Sorry Jeff, aku malah ikut-ikut ngakak. Kau sih, tidak jujur saja kalau titid Phi Jirayu enak. Btw, kalau bosen kasih saja pacarmu ke aku! Diterima kok! Kebetulan boti cantik sepertiku butuh suami yang ganteng]
[Jeff: @__ Us Diam ya gatel!! Phi Jirayu itu punyaku!]
[Nodt: WHOAAAAAAAAA!! POSESIP! POSESIP! CWIIIT! CWIIITTT!! AHAY!]
[Win: Eheeeeeyyyyy, yang mau nikah ni yeeeeee]
[Apo: @__ Jeff Waaah, aku ketinggalan berita. Betulan Jeff kau mau menikah? Kupikir kena buketku kemarin bohongan! Eh, sudah dekat atau bagaimana ini? Kapan tanggalnya?]
[Bass: @___ Apo Bantu jawab, 27 hari dari sekarang, Po. Hitung mundur sama-sama yuk! Sorry juga baru ikut nimbrung]
[Apo: WHOAAAAA!! CONGRATULATIONS JEEEEEFFF! @__ Jeff]
[Masu: CONGRATULATIONS AGAIIIN! @__ Jeff]
[Win: Ikut aja ahhh, congratulations! @__ Jeff]
[Nodt: Selamat! Selamat! Selamat!]
[Jeff: Njir, shit! Diam kalian semua! Jangan buat aku menyesal berubah pikiran! Pacarku itu memang agak ambisius. Ya sudahlah, intinya kami memang mau menikah]
[Apo: Okeeeee]
[Apo: Btw, guysss. Sebenarnya aku mau kasih kabar baik juga. He he. Aku hamil mini Kitty. Taraaaaaaaaa!]
[Apo: --sending some pictures--]
..... WHOAAAAAAAAAAAAAAAA!!
Seruan anak-anak BT pun bergaung seketika. Typing GC kompak ribut bersamaan, sangking cepatnya balasan anggota di dalamnya sampai-sampai menyerupai bot sosial media. Well, siapa yang tidak jantungan tahu soal Apo si mungil tengah mengandung. Jeff dan Masu bahkan di-bully karena ikut merahasiakan, padahal menurut anak BT keponakan pertama mereka harus disambut pesta meriah.
[Apo: Mauuuuuu. Xixixi. Ayok guysss, rame-rame ke rumah kami. Tapi aku minta Phi dulu ya. Pasti boleh kok. Aku yakin. Lagian Phi Mile sibuk sendiri pekan ini. Senengnya ditemani kaliaaaaaaaaaan]
[Masu: GOOOOOOOOOO!!]
[Us: GOOOOOOOOOOO]
[Nodt: GOOOOOOOOOOOOO]
[Gulf: GOOO!! GOOO! GOOO! ]
[Perth: Ada apa ini, rame banget. Tapi nimbrung aja lah. GOOOOOOOOOO!! ]
[Bass: @__ Perth Ckckck. Telat, telat, telat]
Apo pun senyum-senyum tanpa sadar. Remaja itu makin gembira karena Mile mengizinkan seperti perkiraannya. Sang suami hanya berpesan jika berpesta tetap hati-hati. Jangan main bentrok sembarangan cuma karena ingat keseruan bareng teman.
"Harus ingat lagi hamil, ya Sayang. Phi tidak mau dengar kabar jelek waktu jauh begini. Tapi Rabu sudah pulang kok. Dinas kali ini cuma 2 hari ...." kata Mile lewat telepon. Lelaki itu berjalan menuju ruang rapat koleganya. Dia di dalam lift sebuah perusahaan yang ada di San Fransisco.
"Oke, Phi ...."
"Janji lho ya."
"Iyaaaaa."
"Yang pintar selama di rumah. Jangan menangis lagi. Kalau ingin oleh-oleh khusus bilang saja. Buat temanmu juga."
"Owkayyy."
"Dah."
"Dah."
"Titip salam untuk Snowwy kalau begitu, suruh menjaga istriku," tegas Mile, seolah tidak ingin mengakhiri obrolan tersebut tapi sudah waktunya masuk ke ruang rapat.
"Xixixi, aku baik-baik saja di sini Phi ...."
"Ok, sip. Kututup dulu teleponnya."
"Siaaap."
Apo pun minta Mama-nya untuk datang ke rumah, karena menurutnya masakan May memang paling cocok untuk pesta kali ini. Setidaknya para pelayan tinggal masak sesuai panduan, Apo berharap teman circle-nya mendapatkan berkah besar juga.
[Mama: Awww, seriusan Mama bisa masak besar? Ya ampun Ucil-ucil ... seneng banget sudah lama tidak begitu!]
[Apo: Eeeeeehh, Mama yakin bisa betulan? Kupikir bakal marah karena mau kurepoti]
[Mama: Ahhhh. Tidak begitu dong, Ucil-ucil. Buat cucu sih apa yang tidak. Oh, iya ... apa Mama ke sana dijemput? Eheeee]
[Apo: Pasti lah Ma. Besok biar Mr. Newyear ke sana ya. Jam 7 pagi biasaa? Acaranya kan siang-siang]
[Mama: Bisa, Sayang Mama akan masak enak-enaaaak!]
[Apo: Makasiii]
Pesta kecil-kecilan itu pun digelar di halaman belakang. Ada seafood, BBQ, dan ayam panggang yang mendominasi hidangan. Selagi piring dibagi ke meja panjang, Apo membantu menata sapu tangan bunga-nya. Nee punya selera bagus dalam memberinya hadiah alat rumah tangga seperti ini.
"Happy makan, semuanya!" kata Apo, lalu mereka foto-foto bersama dengan berbagai gaya.
Anak-anak BT jelas tidak pulang dengan tangan kosong, Apo sudah memberikan buah tangan untuk mereka, meski bukan pembelian Mile. Si manis tidak mau merepotkan Mile selagi di luar sana, toh masalah seperti ini sepele. Dia juga ingin mengurangi jatah jajan sesekali, hitung-hitung rekeningnya menipis sedikit.
"Jangan kapok main ke sini, ya. Yang penting calling dulu sebelum datang. Nanti kusiapkan banyak makanan. Aku juga sering gabut kok di rumah," kata Apo sembari mengulurkan paper bag paper bag hadiah kala anak-anak BT berpamitan gantian. Dia memeluk mereka satu per satu, sinar matanya berbinar lembut dengan rasa tersanjung yang penuh di dalam dada. Bagaimana tidak? Menikah muda menurut Apo cukup berat, karena jiwa nakalnya selalu dikekang oleh hubungan yang resmi. Dia masih beruntung memiliki circle yang amat baik, setidaknya anak-anak BT tidak melupakannya setelah menjalani kehidupan yang berbeda corak. "Aku akan sangat kangen kalian."
"Kami juga, Po," kata Gulf, yang sering heboh di GC tapi waktu bertemu tidak tahan menanggung rindunya juga. "Kami akan kemari lagi kalau ada waktu luang."
"Iya."
"Tapi Iwin minta maaf karena dia sekarang di luar negeri," kata Masu yang mendapat giliran. "... ha ha, kuliahnya anak orang kaya memang beda ya? Aku tidak bisa membayangkan ke NBA atau Oxford segala macam."
"Ssssh, Masu. Iya kok aku tidak apa-apa. Ada kalian pun sudah senang. Seadanya saja. Thank you."
"Masama ...."
Sejak saat itu, waktu pun berlalu lebih nyaman dan menyenangkan untuk Apo. Si manis mulai terbiasa hidup sebagai istri Mile Phakphum, walau sesekali dia tantrum jika kehamilannya makin membesar. Apo tetap menghiasi hari dengan belajar masak seperti biasa, merawat Snowwy hingga si anabul tumbuh gemuk, dan dia punya hobi baru menanam bunga di taman. Apo rasa, dengan kebiasaan yang makin feminin harus terima jika si anak sulung nanti perempuan. Toh Mile benar ini bayi mereka juga. Dengan sesi photoshoot setiap bulan, Apo jadi lebih tenang. Sebab dia bisa memperhatikan perubahan perut tanpa takut tiba-tiba menjadi monster.
Oh, lupa. Satu lagi ... Apo juga melepas piercing pusar sementara agar tidak melukai diri sendiri karena proses pembengkakan ruang rahim.
[Phi Mile: Sudah siap untuk USG lagi, Sayang? Ini bulan ke-4 lho. Mestinya sudah bisa diketahui laki-laki atau perempuan. Yang semangat]
[Apo: Sudah kok, Phi. Aku ini lagi menunggu di teras rumah. Tinggal berangkat]
[Phi Mile: --sending you a sticker--]
[Phi Mile: Good, Phi juga lagi otw dari kantor Tunggu ya, Cantik]
[Apo: Oke, Phi ]
[Phi Mile: Sampai jumpa di rumah]
[Apo: Siap. Eiei, nii]
Setelah itu tanda 'terakhir dilihat' pun muncul di nomor Mile Phakphum, namun Apo tetap betah memandangi stiker mochi yang dia terima. Si manis bahkan penasaran bagaimana rasanya digendong putar-putar seperti itu oleh sang suami. Apakah perutnya semakin mual? Atau sensasinya justru lebih dari naik roller coaster di Lotte World? Apo kadang heran sendiri dengan apa yang dia mau dadakan.
"Aduh, ssssh ... sakit," desis Apo tiba-tiba. Dia refleks menekan perut yang membuncit karena rasanya ngilu, ponsel dia letakkan karena itu kontraksi terhebat di dalam pertama kali. "Ssssh, nngh ... k-kenapa ya ini. Sakit sekali tolong ...." Dia terus memohon hingga pelayan yang memberi makan ikan mendengar keluhan itu.
"Eh! Tuan Natta! Tuan Natta! Anda ini sebenarnya kenapa?" tanya si pelayan langsung datang tanpa meletakkan pakan ikan. Apo hanya geleng-geleng karena tidak tahu, dia hanya ingin berbaring segera tapi kursi teras tidak ada yang memanjang.
"Perih sekali aduh ...." keluh Apo lagi. Dia sungguh takut terjadi sesuatu seperti yang Jeff dan Masu pernah bilang dulu. Bahwa berbohong soal sakit rahim, kini bisa kembali pada dirinya sendiri. "Akhhh ... Phi Mile, baby-nya--hhh ... cepat pulang ...."
Remaja itu pun memeluk meja sangking tidak kuasanya, dia tak peduli lagi usai membukakan layar ponsel ke si pelayan yang ingin menelpon bantuan.
"HALO! PHI NEWYEAR!! ANDA DI MANA SEKARANG?! INDOMART DI SEBELAH? ALAH CK--TINGGAL DULU SOAL ITU, CEPAT PULANG! TUAN NATTA SEKARANG BUTUH BANTUAN SECEPAT MUNGKIN!!"
"Akhhh---"
"Eh?! Eh! Tunggu dulu, Tuan Natta--!!"
Setelah itu semuanya gelap.
Bersambung ....